Hujan di Awal Musim Kemarau, Petani di Gunungkidul Diminta Tak Terkecoh
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul mengimbau petani untuk tidak terkecoh dengan fenomena hujan di awal musim kemarau. Pasalnya, intensitas yang turun tidak akan mencukupi untuk satu masa tanam.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Rismiyadi mengatakan, berdasarkan prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di akhir April wilayah Gunungkidul sudah mulai memasuki musim kemarau. Meski demikian, ia tidak menampik di sebagian wilayah masih diguyur hujan.
Advertisement
Adanya fenomena hujan turun di awal musim kemarau, Rismiyadi meminta kepada para petani untuk tidak terkecoh. Pasalnya, intensitas yang turun diperkirakan tidak mencukupi untuk pemeliharan satu kali musim tanam. “Kami sudah buat edaran yang disebarkan ke kelompok-kelompok tani berkaitan dengan antisipasi tanam di musim kemarau,” kata Rismiyadi, Kamis (4/5/2023).
Menurut dia, salah satu isi dari edaran adalah mengimbau petani menanam tanaman pangan yang berusia pendek seperti kedelai atau tanaman hortikultura lainnya selama musim kemarau. Pemilihan yang efektif akan berdampak terhadap hasil panen.
Rismiyadi mengungkapkan, meski masih ada hujan tidak menyarankan tanaman padi. Adapun jagung juga hanya sebatas hijau-hijauan untuk pakan ternak dikarenakan kurang optimal pada saat menunggu sampai berbuah.
“Paling cocok seperti kacang hijau atau tanaman hortikultura lainnya. Masa penanaman pendek sehingga kebutuhan air masih tercukupi hingga panen tiba,” katanya.
Untuk perhitungan masa tanam, ia tidak menampik para petani sudah memiliki perhitungan sendiri berdasarkan pengalaman bertani. Meski demikian, ia tetap mengimbau kepada petani agar benar-benar mengantisipasi kemarau agar tidak terjadi kegagalan dalam musim tanam.
“Petani sudah punya ilmu titen [penanda] saat kemarau. Tapi, tetap harus diantisipasi karena jika sembarangan menanam takutnya hujan berhenti turun dan akan berpengaruh terhadap perkembangannya,” imbuh Rismiyadi.
Salah seorang petani di Sambirejo, Ngawen, Sularto mengatakan, lahannya termasuk jenis sawah tadah hujan. Oleh karenanya, mulai masa musim tanam kedua [musim kemarau] tidak lagi menanam padi dan memilih komoditas pangan lainnya. “Saya pilih kacang yang dikombinasikan dengan tanaman singkong,” katanya.
Menurut dia, akhir-akhir ini masih sering terjadi hujan padahal dinyatakan masuk musim kemarau sehingga bisa memasok kebutuhan air bagi tanaman milik petani. “Di beberapa wilayah masih ada yang menanam padi di masa tanam kedua, mudah-mudahan bisa menyuburkan [memenuhi kebutuhan air selama pemeliharaan] sehingga panen yang tinggal sebentar dapat maksimal,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Pemkab Bantul Kembali Bagikan 250 Pompa Air Berbahan Bakar Gas ke Petani
- KPH Yudanegara Minta Paguyuban Dukuh Bantul Menjaga Netralitas di Pilkada 2024
- Mendorong Pilkada yang Inklusif dan Ramah Difabel
- Terbukti Langgar Netralitas, Seorang ASN di Bantul Dilaporkan ke BKN
- KPU Sleman Targetkan Distribusi Logistik Pilkada Selesai dalam 2 Hari
Advertisement
Advertisement