Pendidikan Khas De Britto Sudah Cerminkan Kurikulum Merdeka, Ini Buktinya..
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—SMA Kolese De Britto hingga saat ini masih mengkaji dan menjaring masukan terkait Kurikulum Merdeka yang telah diluncurkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) beberapa waktu lalu. Meski begitu, pendidikan khas De Britto yang diterapkan sekolah tersebut telah mencerminkan penerapan kurikulum merdeka dengan menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran.
Wakil Kepala Sekolah Urusan Humas dan Jejaring SMA Kolese De Britto, H.J. Sriyanto menyampaikan SMA Kolese De Britto hingga saat ini masih mengkaji dan menjaring masukan terkait Kurikulum Merdeka. Meski begitu, menurutnya pendidikan khas De Britto yang telah diterapkan selama ini memiliki kesamaan dengan Kurikulum Merdeka.
Advertisement
“SMA Kolese De Britto belum mengikuti kurikulum merdeka, sebenarnya kalau kita kaji, sebenarnya mirip dengan pendidikan khas De Britto yang sudah kami lakukan 75 tahun ini,” ucapnya dalam seminar nasional dalam rangka Lustrum XV SMA Kolese De Britto bertajuk Kurikulum Merdeka, Pendidikan Khas De Britto di Era Disrupsi dan Perkembangan Teknologi di SMA Kolese De Britto, Sabtu (13/5/2023).
Dia menyampaikan pendidikan khas De Britto dengan menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran telah diterapkan selama ini. Hal itu sejalan pula dengan konsep Kurikulum Merdeka.
Baca juga: Gambaran Tol Jogja Solo Ruas Purwomartani-Trihanggo, Sisi Selatan View Kota Jogja dan Utara Merapi
“Kalau kita membicarakan mengenai perhatian ke siswa, menempatkan siswa sebagai subjek, kita memiliki cura personalis, itu suatu konsep perhatian pribadi [perhatian tiap pribadi siswa] menjadi salah satu yang khas di De Britto,” imbuhnya.
Selain itu, menurutnya ada pula pendidikan khas De Britto yakni 1L+5C yang dinilai memiliki kesamaan dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang ada dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM).
Dalam 1L+5C, menurut Sriyanto pendidikan di SMA Kolese De Britto mengarahkan pembentukan pribadi siswa menjadi pemimpin pengabdi (leader of service) yang kompeten (competence), berhati nurani benar (conscience), berbela rasa (compassion), berkomitmen sebagai pejuang keadilan (commitment), dan konsisten (consistency). Menurut Sriyanto, itu sejalan pula dengan P5. Diketahui P5 dirancang agar dapat mewujudkan pelajar pancasila yang mampu berperilaku sesuai nilai-nilai pancasila.
“Diharapkan ke depan sekolah-sekolah bisa relevan menyambut zaman dan membantu para siswa untuk menjadi diri mereka sendiri bertumbuh sesuai kodrat zaman mereka,” katanya.
Selanjutnya, Anindito Aditomo Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud Ristek menyampaikan Indonesia telah lama mengalami krisis belajar, di mana banyak murid yang berada di sekolah, namun tidak mendapat kesempatan belajar yang berkualitas. Karena itu menurutnya diperlukan transformasi sistemik untuk mengatasi krisis belajar.
“Dalam 3 tahun terakhir, Kemendikbud Ristek telah meluncurkan 24 program dan kebijakan Merdeka Belajar sebagai upaya mentransformasi sistem pendidikan,” katanya.
Dari Kurikulum Merdeka yang diterapkan dalam kebijakan Merdeka Belajar menurutnya diharapkan dapat mengembangkan literasi siswa/i sebagai kompetensi dasar melalui pengurangan materi dan fleksibilitas untuk menerapkan pembelajaran terdiferensiasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Hindari Kerusakan, Distribusi Logistik Pilkada 2024 Dibungkus Plastik Berlapis
- 2 ASN yang Dipecat karena Selingkuh Aktif Kembali, Bupati Gunungkidul Kecewa
- Bantul Berlakukan Status Siaga Banjir dan Longsor hingga 31 Desember 2024
- 150 Kader Adiwiyata SMP N 3 Banguntapan Dilantik, Siap Bergerak Lestarikan Lingkungan
- Polres Bantul Kerahkan 228 Personel untuk Mengamankan Masa Tenang Pilkada 2024
Advertisement
Advertisement