Karakteristik Gempa di Jogja Beda dengan Wilayah Lain
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—BPBD DIY menyebutkan upaya untuk meningkatkan mitigasi terhadap bencana gempa bumi di DIY cukup sulit lantaran karakteristik sesar aktif yang ada berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia. Sesar aktif yang ada dan melewati sejumlah area di Jogja disebut tidak diasumsikan sebagai garis lurus yang membentang panjang.
"Gempa ini kan memang agak sulit beda dengan ancaman bencana alam lainnya. Dan sesar di Jogja belum tersingkap sempurna, memang ada prediksi soal Sesar Opak dan yang lain, tapi beda dengan daerah lain yang bisa ditarik garis lurus dan tahu wilayah mana saja yang dilewati," kata Plh Kepala Pelaksana BPBD DIY Danang Samsurizal, Selasa (4/7/2023).
Advertisement
Selain Sesar Opak dengan ancaman 6,6 Magnitudo ada pula Lempeng Megatrust dengan kekuatan mencapai Magnitudo 8,7 yang berpotensi sebagai ancaman bencana di Jogja. Selanjutnya juga ada Sesar Dengkeng, Oya, Progo dan baru-baru ini peneliti BRIN juga mengungkapkan keberadaan Sesar Mataram yang berpapasan dengan Sesar Opak, dimulai dari utara Candi Boko dan memanjang di sekitar selokan Mataram.
Menurut Danang, karakteristik gempa di Jogja berbeda. Pemetaan episentrum gempa memang bisa dilakukan berikut potensi ancamannya. Akan tetapi wilayah yang terdampak nantinya bisa saja berubah. Oleh karena itu petugas tidak berani memprediksi ancaman gempa bumi. Kajian secara akademis hanya memuat soal potensi wilayah yang terdampak.
Baca juga: Terjangkit Anthrax, Kapanewon Semanu di Gunungkidul Diisolasi Terbatas
"Kita hanya bisa buat potensi dengan banyak model. Kalau prediksi kan ada perkiraan waktu dan jelas kalkulasinya," kata dia.
Belum lama ini sejumlah instansi kebencanaan daerah dan nasional berkumpul dalam agenda Gladi Ruang atau Tabletop Exercise (TTX) yang membahas dan melihat kesiapan Jogja dalam menghadapi bencana gempa bumi akibat Sesar Opak. Ada lima fokus besar yang dikaji meliputi prabencana yaitu pencegahan, pengurangan risiko bencana, mitigasi, kesiapan dan kesiagaan.
"Kemarin itu masuk ke agenda kesiapan. Kita latihan kalau ada potensi gempa bumi kita bagaimana kesiapannya baik dari pendukung seperti regulasi dan SOP serta SDM tersedia," katanya.
Danang mengklaim bahwa secara umum dari skala 1-10 kesiapan Jogja menghadapi bencana gempa bumi berikut pengambilan keputusannya berada di angka 8. Instansi dari tingkat kabupaten/kota, provinsi dan nasional telah mempunyai kapasitas yang cukup dalam kesiapan menghadapi ancaman itu.
"Cuma yang masih muncul dan perlu evaluasi itu terkait dengan terkoordinirnya semua perangkat dengan baik," katanya.
Dalam waktu dekat ASEAN Disaster Emergency Response Simulation Exercise 2023 (ARDEX-23) bakal diselenggarakan di Bantul pada 31 Juli hingga 3 Agustus mendatang. ARDEX sendiri merupakan latihan penanggulangan bencana termasuk gempa untuk negara-negara ASEAN yang rutin dilaksanakan setiap tahun. "Pada agenda itu akan ada pengujian sejauh mana seluruh perangkat kebencanaan dan upaya mitigasinya itu siap," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Pemkab Tegaskan Tak Ada Penyertaan Modal kepada Aneka Dharma untuk Proyek ITF Bawuran
- Warga Keluhkan Pembakaran Sampah oleh Transporter, DLH Bantul Siap Bertindak
- 2 Sekolah di Kulonprogo Ini Berpotensi Terdampak Pembangunan Tol Solo-Jogja-YIA
- Viral Aksi Mesum Parkiran Abu Bakar Ali Jogja, Satpol PP Dorong Adanya Kontrol Sosial
- Pemkot Berkomitmen Selesaikan Sampah dari Hulu sampai Hilir
Advertisement
Advertisement