Kampung Ketandan Malioboro Akan Ditata dengan Konsep Budaya Tionghoa dan Jawa
Advertisement
Harianjogja,com, JOGJA—Penataan Kawasan Ketandan Malioboro Jogja terus dilakukan untuk mendukung Sumbu Filosofi. Kawasan itu akan ditonjolkan akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa.
Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY, Dian Lakshmi menyampaikan kawasan Ketandan yang banyak dihuni masyarakat Tionghoa dalam penataannya akan tetap memperhatikan unsur lokalitas. Menurutnya, penataan kawasan tersebut tidak seperti chinese town yang ada di Singapura atau Malaysia, namun penataannya akan menyajikan akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa.
Advertisement
“Arah hadap bagunannya kan juga enggak sama persis, dia [penataan Kawasan Ketandan] enggak mungkin ngungkuri [membelakangi] Kraton. Jadi ada kejawaannya yang kuat di sana, akulturasi. Saya suka nyebutnya Kampung Ketandan,” katanya, Rabu (9/8/2023).
BACA JUGA : Kampung Ketandan Jadi Salah Satu Tempat Relokasi Pedagang Teras Malioboro 2
Dinas Kebudayaan DIY telah memiliki master plan rancangan penataan Kawasan Ketandan dari sisi kebudayaan. Namun, penataan kawasan tersebut menurut Dian perlu kolaborasi lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
“Ini baru memetakan kajian dari beberapa OPD. Kami punya master plan, tetapi dari sisi kebudayaan. Kan harus digabung juga dengan beberapa program dari Dinas Perhubungan dan Dinas Koperasi dan UKM,” katanya.
Menurut Dian revitalisasi bangunan yang ada di Ketandan terus dilakukan, tahun 2022 misalnya sudah ada lima bangunan yang direvitalisasi. Kemudian, untuk tahun ini akan dilakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk melakukan penataan fasad Kawasan Ketandan di tahun depan.
Penataan Kawasan Ketandan selain untuk mendukung Sumbu Filosofi, menurut Dian juga sebagai upaya menghidupkan kawasan di sekitar Malioboro.
BACA JUGA : Kampung Ketandan, Berkelindannya Budaya Jawa dan Tionghoa di Jogja
“[Penataan Kawasan Ketandan] ada korelasinya dengan Sumbu Filosofi. Kita lihat sekarang proses penataan ke depan agar semua tidak terfokus di Malioboro, tetapi juga menghidupkan kawasan di belakang, termasuk penataan parkir, supaya tidak macet nanti terkoneksi ke [Taman Parkir] Senopati juga,” katanya.
Penataan Kawasan Ketandan dari sisi kebudayaan masuk dalam kajian usulan Sumbu Filosofi yang diajukan pada UNESCO.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- 5 Hari Penuh, Puluhan Pelajar Kulonprogo Jadi Nelayan
- Pengusaha Muda, Giffari Naufal Arisma Putra, Berkunjung ke Yogyakarta
- Warga Garan Denokan Gelar Selawat dan Doa Bersama untuk Kemenangan Harda-Danang
- Ada 488 PNS Pensiun di Tahun Ini, Begini Harapan PJs Bupati Sleman
- Jadwal KRL Jogja Solo Terbaru, Kamis 21 November 2024, Naik dari Stasiun Tugu hingga Palur
Advertisement
Advertisement