Kasus Kebakaran Lahan Mendominasi di Gunungkidul
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemadam Kebakaran Gunungkidul mencatat hingga sekarang ada 69 peristiwa kebakaran. Kasus terbanyak adalah kebakaran lahan sehingga masyarakat diminta tidak membersihkan lahan dengan cara membakar.
Kasubag Tata Usaha, UPT Pemadam Kebakaran Gunungkidul, Ngadiyono mengatakan, kebakaran lahan merupakan peristiwa kebakaran terbanyak di Gunungkidul. Meski tidak sampai menimbulkan korban jiwa, namun petugas pemadam harus bekerja ekstra keras agar kobaran tidak meluas atau merembet ke rumah atau bangunan lainnya.
Advertisement
Ia mencatat hingga Senin (11/9/2023) sudah ada 69 kebakaran di Gunungkidul. Jumlah ini didominasi kebakaran lahan sebanyak 24 kasus, kemudian disusul perapian 16 kasus, instalasi listrik 13 kasus, tungku api delapan kasus.
Selain itu, ada gas elpiji empat kasus, pengapian mobil dua kasus, lilin satu kasus dan rokok satu kasus. “Kalau dilihat dari data, memang kebakaran lahan menjadi yang paling banyak. Dari seluruh peristiwa kebakaran mengakibatkan kerugian sekitar Rp2,4 miliar,” kata Ngadiyono, Senin siang.
Baca juga: Jika Berkuasa, Cak Imin Menjanjikan Dana Desa Rp5 Miliar di 2024
Menurut dia, potensi kebakaran masih sangat mungkin terjadi, terutama menyangkut kebakaran lahan. Ngadiyono meminta kepada masyarakat agar tidak membuka atau mempersiapkan lahan untuk pertanian dengan cara membakar.
“Awalnya membakar sampah, tapi bisa merembet ke yang lain. Apalagi sekarang musim kemarau dengan embusan angin kencang yang dapat mempercepat kobaran api,” katanya.
Kepala UPT Pemadam Kebakaran Gunungkidul, Handoko mengingatkan kepada masyarakat untuk mewaspadai potensi kebakaran saat kemarau. Salah satu pemicunya dikarenakan adanya aktivitas membuka lahan dengan cara membakar sampah.
Ia tidak menampik membakar merupakan cara paling cepat untuk membersihkan lahan. Namun demikian, aktivitas ini tidak disarankan karena dapat memicu terjadinya kebakaran yang lebih luas.
“Mengolah lahan boleh untuk persiapan musim tanam. Tapi, sampah-sampah dari dedaunan yang ada jangan dibakar karena bisa menimbulkan kebakaran yang lebih luas,” katanya.
Handoko mengakui kebakaran yang terjadi sekarang ini sudah melampaui jumlah kasus yang terjadi di 2022 lalu. “Tahun lalu hanya ada 51 peristiwa kebakaran, tapi sekarang jumlahnya lebih banyak,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
DPR Apresiasi Pj Gubernur Jateng Atas Respon Soal Isu Netralitas Kades dan Lurah
Advertisement
Minat Berwisata Milenial dan Gen Z Agak Lain, Cenderung Suka Wilayah Terpencil
Advertisement
Berita Populer
- DKPP Bantul Optimistis Target PAD 2024 dari Kebun Buah Mangunan Tercapai
- Pemkab Mengusulkan Perbaikan 2 Irigasi di Kulonprogo ke Pemerintah Pusat, Ini Hasilnya
- KPU Kulonprogo Sosialisasikan Teknis Nyoblos Pilkada di Wilayah Perdesaan
- Rawan Ambruk, Pemilik Joglo Diminta Waspada saat Terjadi Hujan Deras dan Angin Kencang
- Agar Menarik Wisatawan Pemkab Bantul Diminta Kelola Agrowisata Bukit Dermo Secara Berbeda
Advertisement
Advertisement