Advertisement
Nyaris Pecahkan Rekor Kasus Terbanyak, Segini Jumlah Penderita Leptospirosis di Gunungkidul
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul meminta kepada masyarakat untuk terus mewaspadai penyebaran penyakit leptospirosis. Hingga awal Oktober ini sudah ada 63 kasus leptospirosis menyerang warga di Bumi Handayani.
Angka itu, mengacu pada data data Dinkes Gunungkidul, sudah nyaris menyamai rekor persebaran penyakit yang bervektor tikus itu. Rekor terbanyak penyebaran leptospirosis terjadi pada 2017 dengan total 64 pasien dan 16 orang di antaranya meninggal dunia.
Advertisement
Pasca 2017, penyebaran mengalami penurunan karena dari kurun waktu 2018-2020, temuan kasus tidak lebih dari 16 orang yang terjangkit di setiap tahunnya. Namun, pada 2021, grafik penularan meningkat dengan jumlah 17 kasus dan di 2022 sebanyak 31 kasus.
Kepala Dinkes Gunungkidul, Dewi Irawaty mengatakan secara akumulasi kasus warga terjangkit leptospirosis di setiap tahunnya terus fluktuatif. Meski begitu, jika dilihat dari penyebaran dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ada peningkatan.
Peningkatan tertinggi terjadi di tahun ini karena hingga awal Oktober sudah ada 63 kasus dengan jumlah kematian tiga orang. Data sementara ini mendekati rekor kasus pada 2017 lalu yang mencapai 64 kasus. “Tahun ini masih bisa bertambah. Oleh karenanya, kami minta Masyarakat tetap mewaspadainya,” kata Dewi, Rabu (4/10/2023).
BACA JUGA: Gawat! Kasus Leptospirosis di Gunungkidul Naik Dua Kali Lipat
Guna mengurangi risiko penularan, Dewi meminta kepada masyarakat untuk terus menjalani pola hidup bersih dan sehat serta rajin berolahraga.
Selain itu, juga terus menjaga kebersihan lingkungan sehingga tidak menjadi sarang persembunyian tikus yang sering kali menjadi penyebab penularan penyakit ini. “Kalau lingkungan bersih maka kemunculan tikus bisa ditekan sehingga potensi penularan juga bisa berkurang,” katanya.
Dewi menambahkan, potensi penularan tidak hanya berada di lingkungan rumah, tetapi juga berada di area persawahan. Ia meminta kepada petani saat beraktivitas memakai alat pelindung diri seperti sepatu both, sarung tangan hingga baju lengan panjang. “Untuk pencegahan kami juga akan mengoptimalkan peran dari Satgas One Health yang ada di setiap kapanewon,” katanya.
Anggota Komisi D DPRD Gunungkidul, Ari Siswanto mengatakan, kasus leptospirosis tetap harus menjadi perhatian serius Pemkab Gunungkidul. Upaya pencegahan terus dilakukan agar jumlah kasusnya tidak terus bertambah. “Harus gerak cepat. Apalagi sudah ada korban jiwa,” katanya.
Menurut dia, sosialisasi pencegahan harus digalakkan karena penyebaran penyakit ini juga berkaitan dengan kebersihan lingkungan. “Semoga dengan aksi nyata dalam pencegahan membuat penyebaran bisa terkendalikan,” katanya.
Kasus Leptospirosis di Gunungkidul
Tahun | Jml. Kasus | Meninggal Dunia |
2017 | 64 | 16 |
2018 | 16 | 1 |
2019 | 9 | 2 |
2020 | 6 | 1 |
2021 | 17 | 4 |
2022 | 31 | 4 |
2023* | 63 | 3 |
*) data sampai awal Oktober 2023
Sumber tabel: Dinkes Gunungkidul
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kabinet Baru, Jokowi: Nama-Nama Calon Menteri Sudah Dipegang Sekjen Gerindra
Advertisement
Patung Gajah Mada Diletakkan di Dasar Laut untuk Tarik Minat Wisatawan
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Kereta Bandara YIA dari Stasiun Tugu Jumat 11 Oktober 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu
- Terbaru! Jadwal Kereta Bandara YIA Xpress Jumat 11 Oktober 2024, Tiket Rp50 Ribu
- Jadwal Terbaru KRL Jogja-Solo Jumat 11 Oktober 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan
- Jadwal Layanan SIM Keliling Gunungkidul Jumat 11 Oktober 2024: Hari Ini di Terminal Dhaksinarga
- Jadwal Terbaru! KRL Solo-Jogja Jumat 11 Oktober 2024, Berangkat dari Palur Lewat Jebres, Stasiun Balapan, Purwosari
Advertisement
Advertisement