Permukaan Air Tanah DIY Turun Akibat Kemarau, Sumur Jogja yang Paling Menyusut
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Musim kemarau panjang di DIY beberapa bulan terakhir menyebabkan turunnya permukaan air tanah di Bumi Mataram. Penurunan air permukaan tanah menyebabkan volume sumur di DIY makin menyusut.
Pemda DIY sudah memitigasi potensi kekeringan ini dengan berbagai cara. Lewat Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan Dan Energi Sumber Daya Mineral (DPUPESDM) DIY juga sudah dilakukan pengukuran tinggi air permukaan tanah dimana untuk mengantisipasi kekeringan lebih parah lagi.
Advertisement
Pengukuran tinggi permukaan air tanah di DIY dilakukan DPUPESDM DIY tiap bulan sekali, data hasil pengukuran tersebut menunjukkan tiga bulan terakhir terjadi penurunan permukaan air tanah.
Penurunan air permukaan tanah terbanyak terjadi di Kota Jogja selama Juli-September. Pada Juli terjadi penurunan permukaan air tanah di Jogja sebesar 9,48%, lalu Agustus tercatat 9,85%, dan terakhir September sebanyak 9,45%.
Penurunan permukaan air tanah kedua terbanyak terjadi di Sleman. Sedangkan berturut-turut selama Juli-September terjadi penurunan sebesar 6,36%, meningkat jadi 6,82%, masih meningkat lagi jadi 7,16%. Penurunan berikutnya terjadi di Kulonprogo, puncaknya terjadi pada September sebesar 6,84%. Kemudian penurunan permukaan air tanah di Bantul juga mengalami puncak pada September sebesar 4,25%.
Pengukuran penurunan permukaan air tanah di DIY tersebut dilakukan DPUPESDM berdasarkan 51 titik sumur yang digunakannya.
Sebaran sumur pemantau permukaan air tanah tersebut ada di Kota Jogja sebanyak 16 titik, di Sleman ada 17 unit sumur pemantau, lalu Bantul terdapat 11 sumur, dan Kulonprogo ada 6 unit.
Kepala DPUPESDM DIY Anna Rina Herbranti menjelaskan meski pun terjadi penurunan permukaan air tanah tapi masih dalam kondisi aman. “Berdasarkan Perda DIY No.5/2012 tentang Pengelolaan Air Tanah, kondisi air tanah dikatakan aman apabila rerata penurunan muka air tanah kurang dari 20%. Sekarang masih berada di angka kurang dari 10%, jadi dalam kondisi aman,” katanya, Senin (9/10/2023).
Meskipun penurunan permukaan air tanah dalam kondisi aman, Anna tak tidak memungkiri kondisi kekeringan di DIY. “Namun dengan melihat kondisi hidrogeologi daerah dan litologi batuannya, beberapa wilayah di DIY merupakan daerah yang memiliki sumber air kecil bahkan tidak ada, ada juga yang mengandalkan sungai bawah tanah serta tadah hujan,” terangnya.
Anna mencontohkan daerah dengan kondisi hidrogeologi dan litologi batuannya berpotensi krisis air adalah Panggang, Saptosari, Rongkop, dan Gedangsari di Gunungkidul; Dlingo dan Pleret di Bantul; serta Samigaluh dan Kokap di Kulonprogo. “Di lokasi tersebut sumur pantau juga tidak bisa dijadikan alat pantau karena memang kedalaman sumur gali lebih dari 20 meter atau bahkan tidak ada,” katanya.
Selain mitigasi kekeringan, pengukuran permukaan air tanah juga dimaksudkan untuk mengontrol penggunaan sumber air bersih itu. “Hasil analisa rerata air tanah dijadikan salah satu acuan untuk Badan Geologi dalam menerbitkan izin air tanah,” katanya.
Pengawasan pada perizinan air tanah, salah satunya dengan memantau penggunaan air tanah pada sektor usaha sesuai volume yang diizinkan. Mengecek sumur resapan terpelihara dengan baik, sehingga pada saat hujan maka air yang masuk ke Bumi tertampung dengan benar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Anies Baswedan Diprediksi Mampu Dongkrak Elektabilitas Pramono Anung-Rano Karno
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Prakiraan Cuaca Hari Ini di Jogja dan Sekitarnya, BMKG: Masih Didera Hujan
- Jelang Pilkada Sleman, Harda-Danang Gelar Silaturahmi dengan Ponpes Wahid Hasyim
- Jadwal dan Lokasi Bus SIM Keliling Kota Jogja Kamis 21 November 2024
- Jalur Trans Jogja ke Sejumlah Mall dan Kampus di Jogja
- Jadwal SIM Keliling Bantul Kamis 21 November 2024: Di Polsek Srandakan
Advertisement
Advertisement