Advertisement

Promo November

Sejarah Selokan Mataram: Penuturan Saksi Pembangunan dan Proyek Mengelabui Jepang

Sunartono
Senin, 23 Oktober 2023 - 13:37 WIB
Sunartono
Sejarah Selokan Mataram: Penuturan Saksi Pembangunan dan Proyek Mengelabui Jepang Selokan Mataram Jogja - dok - Harian Jogja

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Selokan Mataram akhir-akhir menjadi perbincangan masyarakat Jogja. Setelah sempat terpaksa dihentikan alirannya karena dilakukan perbaikan, terbaru Selokan Mataram mengalami jebol di Kadipiro, Margodadi, Seyegan, Sleman.

Dalam sejarahnya Selokan Mataram ternyata merupakan proyek pengalihan yang dilakukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX demi menyelamatkan warga Jogja agar tidak diikutkan dalam kerja paksa di zaman penjajahan Jepang.

Advertisement

Selokan Mataram berhulu di Bendungan Karangtalun tepatnya di Dusun Karangtalun, Desa Karangtalun, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang atau di sisi timur Sungai Progo. Bendungan ini terbagi menjadi dua yaitu Selokan Van Der Wijk dan Selokan Mataram. Bendungan Karangtalun dan Selokan Van Der Wijk sudah ada terlebih dahulu yang dibangun pada masa pemerintahan Belanda.

BACA JUGA : Tanggul Selokan Mataram Jebol, PT Adhi Karya Pastikan Bayar Ganti Rugi dan Menyelidiki Penyebab

Berdasarkan situs Cagar Budaya Jogja, Selokan Mataram dibangun pada 1942 dan selesai pada 1944. Jaringan ini mampu menghubungkan Sungai Progo di sebelah barat dan Sungai Opak di sebelah timur. Selokan Mataram oleh pihak Jepang disebut dengan sebutan Gunsei Hasuiro atau Gunsei Yosuiro. Kedua kata tersebut memiliki arti saluran irigasi yang digunakan untuk keperluan militer dan sarana pemasok bahan pangan.

Selokan Mataram memiliki kanal legendaris sepanjang 30,8 km yang mengairi areal pertanian seluas 15.734 ha. Disebut sebagai proyek cerdik Raja Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan HB X untuk menyelamatkan rakyatnya dari kerja paksa romusha yang digulirkan Pemerintah Jepang.

Dengan dalih mampu menyetor lebih banyak hasil bumi sebagai logistik, usulan itu diterima bahkan didanai Jepang lalu dibangun pada 1944. Meski rakyat harus mengerjakan proyek saluran air buatan tersebut, namun mereka tidak terdampak kelaparan dan romusha.

Situs resmi Pemda DIY JogjaProv menuliskan kisah pelaku sejarah dan saksi hidup pembangunan Selokan Mataram bernama Tuban Cokro Sudarmo yang disapa Mbah Cokro. Saat dipekerjaan untuk menggali Selokan Mataram ia berusianya 20 tahun kala. Ia bersama setidaknya 10 orang sepantaran dirinya diminta Lurah setempat kerja bakti membantu saluran irigasi atas perintah Sultan HB IX.

Saat itu ia menggali tanah di area Trini, Trihanggo, Gamping, Sleman yang kini mencapai kedalaman dua kali tinggi manusia dewasa.

 "Saya dibawa bersama 10 orang sepantaran saya mencangkul selokan di area Dusun Trini sekarang. Kami bersama-sama berangkat pagi dari rumah dengan berjalan kaki menuju lokasi penggalian lalu pulang menjelang malam," ujarnya Mbah Cokro sebagai dilansir situs resmi Pemda DIY.

BACA JUGA : Ditutup Akibat Tanggul Jebol, Selokan Mataram Akan Dibuka 1 November 2023

Pembangunan Selokan Mataram dibiayai Jepang seharga 1,6 juta gulden, melibatkan lebih dari 1,2 juta buruh yang diupah dan 68.000 pekerja. Selokan Mataram juga disebut Kali Malang untuk menahan jangan sampai ada rakyatnya yang diikut dipekerjakan paksa sebagai romusha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Segera Menyusun Data Tunggal Kemiskinan

News
| Jum'at, 22 November 2024, 23:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement