Advertisement

Resepsi Dhaup Ageng Pakualaman Hari Kedua, Ini Tarian yang Ditampilkan ke Tamu Undangan

Yosef Leon
Kamis, 11 Januari 2024 - 20:57 WIB
Mediani Dyah Natalia
Resepsi Dhaup Ageng Pakualaman Hari Kedua, Ini Tarian yang Ditampilkan ke Tamu Undangan Suasana resepsi pernikahan agung atau Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman hari kedua yang digelar Kamis (11/1 - 2024). Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJADhaup Ageng atau pernikahan agung BPH Kusumo Kuntonugroho dengan Laily Annisa Kusumastuti memasuki resepsi hari kedua, Kamis (11/1/2024). Prosesi yang dimulai sejak pukul 18.30 WIB itu mengundang sebanyak 4.000 orang di Kagungan Dalem (KD) Bangsal Sewatama Puro Pakualaman. 

Pada acara terakhir pernikahan putera bungsu KGPAA Paku Alam X dan GKBRAyA Paku Alam X itu turut menampilkan sejumlah beksan (tarian) yaitu Běksan Tyas Muncar, Bědhaya Wasita Nrangsmu dan Lawung Alit. 

Advertisement

Salah seorang panita Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman Kanjeng Mas Tumenggung Widyo Hadiprojo mengatakan pada prosesi hari kedua ini pengantin mengenakan kain batik motif parang indra widagda dengan harapan agar pengantin bisa memegang teguh keteladanan bathara indra yang memerhatikan pendidikan bagi diri dan orang lain. 

"Pada resepsi ini ditampilkan tiga beksan tari, yaitu Beksan Tyas Muncar, Bedhaya Wasita Nrangsmu, dan Lawung Alit Běksan Tyas Muncar," katanya. 

Beksan Tyas Muncar menggambarkan pancaran hati remaja putri yang mengalami proses masa keremajaannya dengan penuh kebahagiaan sehingga dapat menapaki kehidupan selanjutnya dengan baik melalui aktivitas membatik.

Baca Juga

Puluhan Delegasi Kerajaan Nusantara Hadir di Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman

Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman, Ini Sajian Menu Para Tamu Undangan

Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman, Pengantin Jalani Ritual Panggih

"Beksan ini terinspirasi dari kecintaan permaisuri KGPAA Paku Alam X terhadap iluminasi dalam naskah kuno skriptorium Pakualaman yang kemudian dialihwahanakan menjadi motif-motif batik yang indah," jelasnya. 

Sementara, Bedhaya Wasita Nrangsmu ditarikan oleh tujuh orang penari putri yang merepresentasikan tentang piwulang yang menjadi bekal bagi kaum perempuan dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Selain kesabaran, rasa sumarah, kasih sayang, seorang perempuan juga harus mampu menangkap pasěmon ekspresi wajah suami dan anggota keluarga lainnya. 

"Seorang wanita utama harus berpijak mengikuti piwulang agar senantiasa meraih keselamatan, ketentraman serta sentosa jiwa raga," ujarnya. 

Penciptaan karya tari ini diilhami dari teks Sěrat Piwulang Estri yang ditulis oleh KGPAA Paku Alam II. Wasita Nrangsmu dimaknai sebagai nasihat tentang pentingnya memahami ekspresi wajah. 

Kemudian pada beksan Lawung Alit diambil dari era Pangeran Notokusumo yang kemudian bertahta sebagai KGPAA. Paku Alam I (1812-1829) adalah putra Sultan Hamengku Buwana I. Di dalam Babad Pakualaman disebutkan bahwa tradisi pementasan Běksan Lawung yang ada di Kraton Yogyakarta dilestarikan di Pakualaman.

"Dinamakan Běksan Lawung karena penari memperagakan keterampilan menggunakan lawung tombak. Běksan Lawung Alit ini diperagakan oleh empat peraga sebagai prajurit yang sedang berlatih olah kanuragan dan empat peraga pěngampil sebagai abdi dalem ploncon," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

PBB Sebut Evakuasi Warga Rafah Butuh Waktu 10 Hari

News
| Rabu, 01 Mei 2024, 21:57 WIB

Advertisement

alt

Peringati Hari Pendidikan Nasional dengan Mengunjungi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa di Jogja

Wisata
| Rabu, 01 Mei 2024, 14:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement