Resepsi Dhaup Ageng Pakualaman Hari Kedua, Ini Tarian yang Ditampilkan ke Tamu Undangan
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Dhaup Ageng atau pernikahan agung BPH Kusumo Kuntonugroho dengan Laily Annisa Kusumastuti memasuki resepsi hari kedua, Kamis (11/1/2024). Prosesi yang dimulai sejak pukul 18.30 WIB itu mengundang sebanyak 4.000 orang di Kagungan Dalem (KD) Bangsal Sewatama Puro Pakualaman.
Pada acara terakhir pernikahan putera bungsu KGPAA Paku Alam X dan GKBRAyA Paku Alam X itu turut menampilkan sejumlah beksan (tarian) yaitu Běksan Tyas Muncar, Bědhaya Wasita Nrangsmu dan Lawung Alit.
Advertisement
Salah seorang panita Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman Kanjeng Mas Tumenggung Widyo Hadiprojo mengatakan pada prosesi hari kedua ini pengantin mengenakan kain batik motif parang indra widagda dengan harapan agar pengantin bisa memegang teguh keteladanan bathara indra yang memerhatikan pendidikan bagi diri dan orang lain.
"Pada resepsi ini ditampilkan tiga beksan tari, yaitu Beksan Tyas Muncar, Bedhaya Wasita Nrangsmu, dan Lawung Alit Běksan Tyas Muncar," katanya.
Beksan Tyas Muncar menggambarkan pancaran hati remaja putri yang mengalami proses masa keremajaannya dengan penuh kebahagiaan sehingga dapat menapaki kehidupan selanjutnya dengan baik melalui aktivitas membatik.
Baca Juga
Puluhan Delegasi Kerajaan Nusantara Hadir di Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman
Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman, Ini Sajian Menu Para Tamu Undangan
Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman, Pengantin Jalani Ritual Panggih
"Beksan ini terinspirasi dari kecintaan permaisuri KGPAA Paku Alam X terhadap iluminasi dalam naskah kuno skriptorium Pakualaman yang kemudian dialihwahanakan menjadi motif-motif batik yang indah," jelasnya.
Sementara, Bedhaya Wasita Nrangsmu ditarikan oleh tujuh orang penari putri yang merepresentasikan tentang piwulang yang menjadi bekal bagi kaum perempuan dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Selain kesabaran, rasa sumarah, kasih sayang, seorang perempuan juga harus mampu menangkap pasěmon ekspresi wajah suami dan anggota keluarga lainnya.
"Seorang wanita utama harus berpijak mengikuti piwulang agar senantiasa meraih keselamatan, ketentraman serta sentosa jiwa raga," ujarnya.
Penciptaan karya tari ini diilhami dari teks Sěrat Piwulang Estri yang ditulis oleh KGPAA Paku Alam II. Wasita Nrangsmu dimaknai sebagai nasihat tentang pentingnya memahami ekspresi wajah.
Kemudian pada beksan Lawung Alit diambil dari era Pangeran Notokusumo yang kemudian bertahta sebagai KGPAA. Paku Alam I (1812-1829) adalah putra Sultan Hamengku Buwana I. Di dalam Babad Pakualaman disebutkan bahwa tradisi pementasan Běksan Lawung yang ada di Kraton Yogyakarta dilestarikan di Pakualaman.
"Dinamakan Běksan Lawung karena penari memperagakan keterampilan menggunakan lawung tombak. Běksan Lawung Alit ini diperagakan oleh empat peraga sebagai prajurit yang sedang berlatih olah kanuragan dan empat peraga pěngampil sebagai abdi dalem ploncon," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kena OTT KPK, Gubernur Bengkulu Dibawa ke Jakarta untuk Pemeriksaan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Kampanye Pilkada Kulonprogo Rampung, Logistik Siap Dikirim
- Begini Komitmen Paslon Pilkada Jogja untuk Mewujudkan Birokrasi Bersih Tanpa Korupsi
- 50 Kepala Dukuh Perempuan Kulonprogo Ikut Pendidikan Politik
- Ini Dia 3 Karya Budaya Indonesia yang Diusulkan Masuk Menjadi WBTb ke UNESCO
- Ini Kegiatan Kampanye Terakhir Ketiga Calon Wali Kota Jogja Jelang Masa Tenang
Advertisement
Advertisement