Advertisement

Cegah Stunting Bukan Hanya Tugas Istri, Tapi Juga Suami

Media Digital
Jum'at, 02 Februari 2024 - 07:47 WIB
Abdul Hamied Razak
Cegah Stunting Bukan Hanya Tugas Istri, Tapi Juga Suami Suasana Sosialisasi Budaya Baca dan Literasi dan Bedah Buku Stunting di Indonesia: Analisis dan Pencegahan di Balecatur, Gamping, Sleman, Kamis (1/2/2024). Harian Jogja - Sirojul Khafid

Advertisement

SLEMAN—Memberikan asupan gizi yang baik agar anak terhindar dari stunting bukan semata tugas istri, namun juga suami. Kolaborasi keduanya bahkan sejak istri mengandung.

Hal tersebut dikatakan Wakil Ketua DPRD DIY, Anton Prabu Semendawai, dalam acara Sosialisasi Budaya Baca dan Literasi dan Bedah Buku Stunting di Indonesia: Analisis dan Pencegahan di Balecatur, Gamping, Sleman. Acara ini merupakan inisiasi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY dan DPRD DIY.

Advertisement

BACA JUGA: Pencegahan Stunting, Menteri Kesehatan: Perhatikan Asupan Gizi

Anton berpendapat meski perempuan yang memiliki tugas mengandung, menyusui, dan sebagainya, bukan berarti suami atau laki-laki tidak punya peran. Tidak masalah, saat istri sedang hamil dan masa-masa pengasuhan, kemudian suami membantu memasak dan mengerjakan urusan rumah lainnya.

Di samping itu, suami dan istri juga perlu memperhatikan asupan makanan anak sejak dalam kandungan. "Harapannya saat melahirkan anak-anak, nantinya menjadi generasi emas, dan memaksimalkan bonus demografi Indonesia [pada tahun 2045]. Buku ini bisa dibawa oleh bapak ibu semua, untuk mempopulerkan atau membuat masyarakat gemar membaca, seperti pepatah buku adalah jendela dunia," kata anggota DPRD dari fraksi Partai Gerindra ini, Kamis (1/2/2024).

Bahan makanan penting bagi anak salah satunya susu. Apabila diambil rata-rata nasional, mungkin satu anak di Indonesia hanya mendapatkan satu tetes susu perharinya. Akses belum merata. Berbeda dengan India yang memang memiliki budaya minum susu sejak puluhan tahun lalu.

Anton berpendapat budaya minum susu di India, salah satu yang membuat masyarakatnya banyak duduk di posisi penting teknologi dan ekonomi dunia. Selain susu, perlu juga asupan gizi dari makanan lain seperti telur dan lainnya. "Tidak harus mahal, tapi bisa buat kreasi sendiri, tidak harus daging, tapi bisa sayur dan buah," katanya.

Aktivis Pemuda di Kota Jogja, Muhammad Iqbal Hardian, mengatakan gaya hidup orang tua bisa berpengaruh pada stunting anak. Misal trend anak muda yang lebih senang penampilan tubuh daripada kesehatan. Sebagai contoh, istri yang mengandung namun tidak ingin terlihat gendut.

Alhasil, si perempuan hamil tersebut justru malah diet. Dia takut makan yang berdampak pada membesarnya badan. "Pengennya nampak cantik jadi diet saat hamil, banyak terjadi di era ini, nanti justru anak yang akan terdampak, karena di dalam kandungan butuh asupan gizi, butuh makanan yang sehat, tapi ibu enggak mau makan takut gemuk," kata Hardian, yang juga Pendamping Posyandu.

Sehingga sejak dalam kandungan, sampai 1.000 hari sejak lahir, orang tua perlu memperhatikan gizi anak. Asupan gizi berdampak pada kecerdasan, kepintaran, dan faktor tubuh lainnya.

Sebagai informasi, stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Hal ini menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan datang, termasuk seseorang berpotensi mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata-rata IQ anak normal.

Penulis buku Stunting di Indonesia: Analisis dan Pencegahan, Dara Ayu Suharto, mengatakan buku ini membuka tirai dengan menggali konsep dasar stunting, menyajikan gambaran mendalam mengenai kondisi stunting di Indonesia, serta menyoroti langkah-langkah identifikasi dan pengendalian stunting. Melalui analisis faktor penyebab stunting, buku ini berusaha memberikan pandangan komprehensif dan solusi konkret.

"Semoga buku ini bukan hanya menjadi sumber wawasan tetapi juga menjadi pemicu tindakan nyata dan menciptakan generasi yang lebih sehat dan berkualitas di tanah air," kata Anggota DPRD Kabupaten Sleman tersebut.

Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Arsip DIY, Martono Heri Prasetyo, mengatakan di samping berbagi ilmu tentang stunting, kegiatan bedah buku sebagai usaha menumbuhkan dan meningkat kegemaran membaca. Terlebih saat ini penggunaan ponsel yang kurang tepat bisa berdampak pada tumbuh kembang anak dan cucu.

Di depan 150 warga yang datang, Martono berbagi pentingnya buku dalam menambah wawasan, termasuk buku bertema stunting. "Ini salah satu usaha kami meningkatkan minat budaya baca di masyarakat DIY. Pada 2023, DIY menduduki peringkat pertama dalam kategori gemar budaya membaca, ini patut kita banggakan," kata Martono. "Harapannya bapak ibu bisa memperoleh ilmu dari buku tersebut, entah seperempat atau setengah atau seberapapun."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pagi Ini Kualitas Udara Jakarta Terburuk di Dunia Urutan Ketiga

News
| Kamis, 16 Mei 2024, 07:27 WIB

Advertisement

alt

Tidak Hanya Menginap, Ini 5 Hal Yang Bisa Kamu Lakukan di Garrya Bianti Yogyakarta

Wisata
| Senin, 13 Mei 2024, 15:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement