Hingga Bulan Ini Sleman Nol Kasus Leptospirosis, Dinkes: Tetap Jaga Kebersihan
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman memastikan hingga bulan kedua 2024, belum ada temuan kasus leptospirosis. Meski demikian, masyarakat tetap diminta untuk mewaspadai potensi penyebaran yang disebabkan oleh air kencing tikus ini.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sleman, Khamidah Yuliati mengatakan di musim hujan, penyebaran penyakit leptospirosis menjadi salah satu yang harus diwaspadai. Meski demikian, dia mengakui hingga Minggu (11/2/2024), belum ada temuan kasus warga yang terjangkit penyakit ini. “Masih nihil karena memang belum ada laporan kasus terjangkit leptospirosis di Sleman,” kata Khamidah, Minggu siang.
Advertisement
Hanya saja, ia meminta kepada Masyarakat tetap mewaspadai penyebaran penyakit ini. Angka kasus diketahui belum ada, tapi sewaktu-waktu kemunculan kasus bisa terjadi kapan saja.
Khamidah menuturkan, di 2023 lalu ada 60 warga Sleman yang dinyatakan positif terjangkit leptospirosis. Dari jumlah ini, enam orang dinyatakan meninggal dunia. “Jadi harus tetap diwaspadai ancaman dari penyakit leptospirosis,” katanya.
Khamidah menjelaskan, ancaman penyakit leptospirosis erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan. Salah satu penyebab terjadinya penyebaran dikarenakan air kecing tikus yang mengandung bakteri leptospira.
Oleh karena itu, sambung dia, Masyarakat tetap diminta menjaga kebersihan lingkungan di sekitar rumah. Di sisi lain, kampanye Gerakan Kesehatan di Masyarakat (Germas) juga akan terus digalakkan. “Pola hidup bersih dan sehat merupakan hal yang wajib dijalankan. Makan minum yang bergizi seimbang agar imunitas tubuh baik sehingga tidak mudah tereserang penyakit,” katanya.
BACA JUGA: 11 Orang Meninggal Karena Leptospirosis di Bantul Sepanjang 2023, Kenali Gejalanya
Senada, Kepala Dinkes Sleman, Cahya Purnama mengatakan ancaman leptospirosis semakin meningkat pada saat musim hujan sehingga upaya kewaspadaan harus ditingkatkan agar tidak terjangkit penyakit ini. “Memang kasusnya masih nol. Tapi, tak lantas ancaman menghilang sehingga potensi penyebaran harus tetap diwaspadai,” katanya.
Selain ancaman penyebaran leptospirosis, ia meminta juga mewaspadai potensi penyebaran DBD. Cahya tidak menampik, secara kasus dalam tiga tahun terakhir ada penurunan yang signifikan.
Sebagai contoh, di 2022 ada 330 kasus dengan korban meninggal tiga orang. Setahun berikutnya jumlah kasus 146 kasus dengan korban meninggal dunia satu orang. “Penurunan tidak lepas dari program nyamuk Wolbachia di Sleman. Tapi, Masyarakat tetap harus mewaspadai dengan rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Presiden Prabowo dan PM Inggris Sepakat Dukung Gencatan Senjata di Gaza
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Top Ten News Harianjogja.com, Kamis 21 November 2024, Mary Jane hingga Jogja Planning Gallery
- Tabrakan dengan Truk Boks di Jalan Tempel-Turi, Pengendara Motor Meninggal di Lokasi Kejadian
- KAI Amankan 7.200 Barang Milik Penumpang, Total Senilai Rp11,4 Miliar
- Pekerja Kreatif Bertemu Calon Walikota Jogja Hasto Wardoyo, Bahas Apa?
- Hasil Pemetaan dan Rekomendasi dari Bawaslu Bantul Terkait Potensi TPS Rawan di Pilkada Bantul 2024
Advertisement
Advertisement