Advertisement

UGK dan UI Lakukan Inventarisasi Potensi Tanah Longsor di Kapanewon Gedangsari

Andreas Yuda Pramono
Senin, 26 Februari 2024 - 22:47 WIB
Mediani Dyah Natalia
UGK dan UI Lakukan Inventarisasi Potensi Tanah Longsor di Kapanewon Gedangsari Suasana evakuasi rumah roboh terdamapak tanah longsor di Kalurahan Hargomulyo, Gedangsari, Gunungkidul, Kamis (1/2/2023). - ist - BPBD Gunungkidul

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Universitas Gunung Kidul (UGK), DIY berkolaborasi dengan Universitas Indonesia (UI) mengkaji potensi tanah longsor di Kapanewon Gedangsari, Gunungkidul. Proses inventarisasi tersebut turut mengajak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.

Staf Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Gunungkidul, Aris Triwiyono mengatakan UGK dan UI berupaya memetakan titik rawan longsor di Kapanewon Gedangsari.

Advertisement

Hasil kajian tersebut nantinya akan menjadi salah satu bahan pertimbangan pengambilan kebijakan yang lebih tepat. Aris menegaskan potensi tanah longsor di Kapanewon Gedangsari tinggi. Hanya dia belum dapat memberikan data detail jumlah kejadian tanah longsor.

“Proses kajian tidak cukup hanya satu atau dua bulan. Medan topografi [Gedangsari] juga gampang-gampah susah,” kata Aris ditemui di kantornya, Senin (26/2/2024).

Kepala Pelakasana (Kalak) BPBD Gunungkidul, Purwono mengatakan kejadian kebencanaan merupakan urusan bersama. Sebab itu, kajian yang dimulai oleh UGK dan UI merupakan bagian dari kepedulian dunia pendidikan untuk ikut meminimalkan risiko kebencanaan.

“Kalau kajian di BPBD terkait dengan bencana, kami memetakan peta pengurangan risiko bencana. Ini sifatnya saling mengisi saling menunjang,” kata Purwono.

Baca Juga

Duh, 20 EWS Tanah Longsor di Gunungkidul Rusak

Tanah Longsor di Gunungkidul, Seorang Warga Lansia Tertimpa Lemari

BPBD DIY: Hujan dan Angin Kencang Sebabkan Tanah Longsor di Gunungkidul

Purwono menjelaskan kawasan utara seperti Gedangsari, Ngawen, dan Patuk memiliki potensi longsor lebih tinggi dibandingkan kawasan selatan yang notabene merupakan kawasan karst. “Zona selatan relatif kuat karena bebatuan. Di utara dominasi tanah merah. Kalau terpicu air mudah menggelincir,” katanya.

Ketua Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI), Adi Wibowo mengatakan inventarisasi potensi bencana alam tanah longsor dilakukan dengan mengamati kondisi fisik lingkungan dan didukung data kejadian longsor dari BPBD sejak 2013 hingga 2023.

Kata Adi, pengamatan tersebut dilakukan untuk merumuskan permasalahan yang terjadi di Kapanewon Gedangsari baik dari segi kondisi fisik Kapanewon Gedangsari maupun sosial masyarakatnya. “Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan peta dari variabel-variabel penentu untuk menunjukkan daerah rawan bencana dan kapasitas masyarakat dalam menghadapi tanah longsor,” kata Adi dalam keterangan tertulis di situs www.ui.ac.id.

Kapanewon Gedangsari menjadi salah satu daerah yang paling rawan mengalami bencana tanah longsor. Hal itu terjadi karena kondisi wilayah yang berbukit-bukit dan berada di ketinggian 200-700 mdpl.

Daerah tersebut didominasi oleh jenis tanah latosol, batu-batuan induk vulkanik, dan sedimen taufan. Adi, dalam situs tersebut menyampaikan bahwa melalui data dari BPBD Gunungkidul pada tahun 2022 Kabupaten Gunungkidul telah mengalami bencana tanah longsor sebanyak 370 kali. Dari jumlah itu, Kapanewon Gedangsari menduduki peringkat pertama dengan jumlah kejadian longsor terbanyak, yaitu 75 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Jakarta Tetap Ibu Kota Indonesia hingga Ada Penetapan Baru

News
| Senin, 29 April 2024, 23:17 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement