Advertisement

Naik Kelas, Saatnya Pasar Rakyat Geliatkan Perekonomian Kota Jogja

Admin Medsos Bisnis.com
Selasa, 27 Februari 2024 - 22:37 WIB
Mediani Dyah Natalia
Naik Kelas, Saatnya Pasar Rakyat Geliatkan Perekonomian Kota Jogja Wagub DIY, KGPAA Paku Alam X (kiri) menyerahkan tumpeng kepada Penjabat Wali Kota Jogja, Singgih Raharjo (kanan) dalam peresmian Pasar Sentul, Selasa (27/2 - 2024). Istimewa

Advertisement

JOGJA—Kota Jogja yang memiliki 29 pasar rakyat atau pasar tradisional memiliki karakter yang berbeda-beda satu di antara yang lainnya. Keberagaman itulah yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan pasar dan menjadikannya naik kelas serta berdampak pada kesejahteraan pedagangnya.

Untuk itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Jogja terus berupaya menaikkan kelas pasar rakyat (pasar tradisional) di Kota Jogja. Dengan naiknya kelas pasar tradisional, maka diharapkan kesejahteraan pedagang bisa ditingkatkan dan perekonomian masyarakat pun bergeliat.

Advertisement

Penjabat Wali Kota Jogja, Singgih Raharjo, salah satu upaya untuk menaikkan kelas pasar rakyat itu adalah dengan merevitalisasi bangunan dan meng-upgrade fasilitas yang ada di dalamnya. Dengan tampilan fisik baru yang lebih segar, bersih serta dukungan fasilitas yang lengkap, pengunjung Pasar Sentul diharapkan bisa lebih nyaman dan betah berbelanja. “Sehingga pariwisata pun bisa bergeliat. Terutama wisata belanja,” ucap Singgih saat ditemui di selasela peresmian Pasar Sentul, Jogja, Selasa (27/2/2024).

Tak hanya menyiapkan bangunan yang lebih menarik dan fasilitas yang lebih lengkap, peningkatan kelas pasar rakyat itu juga perlu dilakukan dalam hal penataan pedagang di area pasar. Sebut saja misalnya area pedagang komoditas basah dan kering, sudah seharusnya dipisah dalam zona yang berbeda. Dengan begitu, selain memudahkan pengunjung untuk berbelanja, kondisi pasar pun menjadi lebih bersih dan nyaman.

“Sehingga pasar [tradisional] nantinya tidak hanya sebagai tempat berbelanja kebutuhan pokok, tetapi juga bisa pusat ruang ekonomi kreatif,” ucap dia.

Pasar tradisional yang sejauh ini telah digarap Pemkot Jogja sehingga bisa jadi tempat nongkrong dan tak sekedar jadi tempat jual beli itu antara lain Pasar Prawirotaman, Pasar Kranggan, dan yang baru saja diresmikan, Pasar Sentul.

Pasar-pasar itu memang tak sekadar memiliki pusat kuliner dan tempat menongkrong yang mengubah wajah kusam pasar tradisional, tetapi di antaranya juga memiliki fasilitas workspace yang telah dilengkapi dengan Internet berkecepatan tinggi.

Singgih mengatakan dengan luasan Kota Jogja yang relatif kecil dibandingkan empat kabupaten lain di DIY, pasar tradisional jelas memiliki peluang lebih besar untuk dikembangkan.

Tidak hanya sebagai tempat bertemunya antara penjual dan pembeli tetapi juga sebagai pusat pengembangan ekonomi kreatif. “Pasar rakyat di wilayah perkotaan memiliki peluang besar untuk dikembangkan menjadi pusat aktivitas ekonomi kreatif, maka perlu inovasi agar bisa menjadi tempat bertemunya anak-anak muda yang kemudian perlu ruang-ruang kreatif untuk menciptakan juga menunjukkan produk ekonomi kreatif,” ujar dia.

Ruang Publik

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Kota Jogja, Veronica Ambar Ismuwardani mengatakan pemerintah daerah bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan pengembangan ekosistem pasar tradisional yang juga menjadi tanggung jawab dari Dinas Perdagangan.

“Pasar rakyat bukan hanya sebagai ruang jual beli, tapi juga tempat wisata, ruang edukasi dan media untuk pengembangan ekraf. Karena di pasar itu semuanya ada, dari kebutuhan bahan mentah sampai bahan jadi, hulu ke hilir tersedia. Dengan demikian potensi pasar sebagai pengungkit ekosistem jual beli sangat besar,” kata dia, Selasa.

Selain bahan komoditas pokok dan juga kuliner pasar juga potensial menjadi ruang publik untuk bertransaksi produk ekonomi kreatif. Dari 17 subsektor ekonomi kreatif, misalnya ketika berbicara soal fesyen, mulai dari kain hingga pakaian jadi tersedia di pasar. Kemudian untuk kuliner, bahan baku, makanan jadi hingga tempatnya juga ada di pasar. Termasuk seni pertunjukan yang mana di beberapa pasar rakyat terdapat ruang publik yang bisa dimanfaatkan.

“Kota Jogja punya plaza atau miniamfiteater di Pasar Ngasem, atrium di Pasar Beringharjo, panggung di Pasar Prawirotaman. Sebentar lagi juga ada di Pasar Sentul dan Pasar Pasty. Ini menunjukkan bahwa arah pengembangan pasar sangat bisa mengungkit perekonomian masyarakat juga kemajuan ekonomi kreatif,” katanya.

Ambar menjelaskan beberapa pasar rakyat di Kota Jogja juga menjadi langganan sebagai latar tempat produksi film baik itu dokumenter maupun fiksi, baik yang nonkomersial ataupun komersial. Mulai dari instansi pemerintah, perusahaan swasta juga komunitas seniman banyak yang mengajukan izin untuk melakukan pengambilan gambar di pasar.

“Penguatan branding pasar terus kami lakukan, salah satu yang menjadi tanda meningkatnya minat masyarakat pada pasar adalah jumlah kunjungan di beberapa pasar yang mengalami kenaikan. Seperti di Pasar Beringharjo pada musim liburan dalam satu hari bisa mencapai 15.000 pengunjung. Kemudian di Pasar Prawirotaman yang di akhir tahun 2022 dalam satu bulan hanya 500 kunjungan, sekarang satu bulan ada 10.000 pengunjung,” jelasnya. (***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

PKB dan PPP Kerja Sama Hadapi Pilkada Serentak 2024

News
| Selasa, 30 April 2024, 00:17 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement