Advertisement

TPA Piyungan Ditutup Permanen, Pemulung Mulai Bingung

Stefani Yulindriani Ria S. R
Senin, 18 Maret 2024 - 21:17 WIB
Maya Herawati
TPA Piyungan Ditutup Permanen, Pemulung Mulai Bingung Sejumlah armada pengangkut sampah lalu lalang di sekitar TPA Piyungan, beberapa waktu lalu. - dok - Harian Jogja

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Ratusan pemulung nyaris kehilangan mata pencaharian menjelang penutupan permanen Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) atau TPA Piyungan pada April 2024. Meski begitu, beberapa pemulung tetap akan mengolah sampah, sebagain lainnya berencana beralih pekerjaan.

Ketua Komunitas Pemulung TPA Piyungan Makaryo Adi Ngayogyakarto (Mardiko), Maryono khawatir ada ratusan pemulung yang terancam kehilangan mata pencaharian dengan rencana penutupan TPA Piyungan.

Advertisement

"Ini [rencana penutupan TPA Piyungan] otomatis pemulung yang selama 29 tahun membantu mengurangi debit sampah di TPA Piyungan menjadi kehilangan mata pencahariannya," katanya, Senin (18/3/2024).

Menurutnya ada sekitar 300 pemulung disana yang mengandalkan tumpukan sampah disana untuk menghidupi keluarganya.

Dia menuturkan selama ini belum pernah ada sosialisasi terkait dengan rencana penutupan TPA Piyungan kepada pemulung disana. Meski begitu, dia telah mengaku telah mengetahui mengenai rencana penutupan TPA Piyungan sebelumnya. Karena itu, komunitasnya berencana membangun rumah produksi untuk mengantisipasi penutupan TPA Piyungan.

BACA JUGA: 4.200 Jiwa Mengungsi Akibat Banjir Pantura Demak dan Kudus

"Dengan rumah produksi ini, warga masyarakat dan pemulung dapat kami salurkan bekerja di rumah produksi pilah sampah di TPA Piyungan dengan Komunitas Mardiko," katanya.

Komunitas Mardiko setiap hari mampu mengolah sampah hingga 2 ton. Komunitas tersebut pun mampu memilah dan mengolah sampah dengan teknologi yang ada.

"Sampah yang ada kamu pilah manual, setelah itu dipilah dengan teknologi, kemudian ada incenerator untuk menghancurkan residu, sehingga sampah bisa selesai di komunitas kami," katanya.  Dari jumlah sampah yang diolah, hanya menghasilkan residu sekitar 3,5 kuintal. "Sehingga per 2 ton kami bisa membantu mengolah debit sampah hingga 1,65 ton," katanya.

Dia pun berencana akan menambah kapasitas pengolahan sampah disana, sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan untuk puluhan pemulung lainnya.  "Kalau ini bisa diperbesar, kami bisa menghimpun pemulung yang kehilangan pekerjaan," katanya.

Pemulung lainnya, Agus mengaku telah memikirkan untuk beralih profesi menjadi penjual kuliner kekinian di Jogja. Dia mengaku telah mulai berjualan sejak pandemi, meski belum ada rencana penutupan TPA Piyungan. "Untuk jaga-jaga saja, waktu pandi itu ekonominya sedang sulit," katanya.

Pria asal Klaten tersebut mengaku telah tinggal kawasan di TPA Piyungan sejak tahun 1998. Dia merasakan penurunan sampah yang dapat dikumpulkan dari tahun ke tahun. Dulu dia mengaku dapat mencari sampah hingga 100 kg per hari, saat ini hanya separuhnya. Kebijakan pembatasan pemungutan sampah yang berlaku di zona transisi dari 08.00-13.30 dinilai menyebabkan penurunan sampah yang dikumpulkan pemulung.

Selama ini dia mengumpulkan sampah plastik dan kertas dengan harga jual berkisar Rp1.500-1.800 per kg. Dia mengaku uang yang didapatnya per hari pun belum dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. "Saat ini [pendapatannya] hanya bisa untuk gali lubang tutup lubang," ujarnya.

Kepala DLHK DIY Kusno Wibowo mengaku pihaknya belum memberikan sosialisasi resmi kepada pemulung disana. Meski begitu menurutnya, sosialisasi telah diberikan kepada pekerja harian lepas disana.

Menurutnya disana ada belasan pekerja harian lepas yang selama ini bekerja dalam proses penimbangan sampah, saat TPA Piyungan ditutup, pihaknya akan bekerja sama dengan Pemkot Jogja untuk mempekerjakan mereka di tempat pengolahan sampah RDF milik Kota Jogja.

"Untuk pegawai kami yang harian disampaikan secara formal. Kami sampaikan kebijakan desentralisasi akan dilakukan mendekati akhir April [2024]," katanya. 

Dia menjelaskan pemanfaatan lokasi TPA Zona Transisi akan dikaji lebih lanjut setelah bulan April 2024 mendatang setelah TPA Piyungan ditutup.  “Kemudian nanti mau diapakan, apakah untuk dihijaukan atau untuk yang lain,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Puncak Musim Kemarau Diprediksi Juli-Agustus, Soal El Nino Ini Kata BMKG

News
| Sabtu, 27 April 2024, 16:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement