Advertisement

4 Produk Lokal DIY Mendapatkan Sertifikasi Indikasi Geografis, Ini Manfaatnya

Sunartono
Rabu, 24 April 2024 - 12:07 WIB
Sunartono
4 Produk Lokal DIY Mendapatkan Sertifikasi Indikasi Geografis, Ini Manfaatnya Seminar Nasional Indikasi Geografis 2024, Rabu (24/4/2024). Sebanyak empat produk kearifan lokal asli DIY telah mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis (IG) dari Pemerintah Pusat. - Istimewa.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Sebanyak empat produk lokal asli DIY telah mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis (IG) dari Pemerintah Pusat. Produk yang terdaftar akan mendapat perlindungan sepenuhnya dari pemerintah sehingga diharapkan bisa terus berkembang.

Indikasi Geografis merupakan suatu tanda menunjukkan daerah asal suatu barang atau produk karena faktor lingkungan geografis termasuk alam, manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang atau produk yang dihasilkan.

Advertisement

Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian RI Reni Yanita menjelaskan timnya telah memberikan fasilitas perlindungan Indikasi Geografis untuk produk yang memiliki ciri khasyang tidak ditemukan di tempat lain.

BACA JUGA : Pemberdayaan Difabel di Kaliagung Kulonprogo, Dapat Pelatihan Ecoprint

Adapun lima produk lokasi yang difasilitasi antara lain Tenun Gringsing dari Karangasem Bali, Tenun Doyo Benuaq Tanjung Isuy Jempang dari Kutai Barat Kalimantan Timur, Batik Tulis Nitik dari Bantul, Batik Tulis Complongan dari Indramayu dan Batu Giok dari Nagan Raya dan AcehTengah.

"Secara nasional saat ini ada 144 produk khas lokal yang sudah terdaftar di Indikasi Geografis, dari angka itu tercatat 15 dari luar negeri, 129 produk lokal Indonesia di mana empat di antaranya dari DIY," katanya di sela Seminar Nasional Indikasi Geografis 2024, Rabu (24/4/2024).

Adapun empat produk lokal asal DIY yang sudah terdaftar dan mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis terdiri atas Batik Nitik Bantul, Salak Pondoh Sleman, Gula Kelapa Kulonprogo dan Gerabah Kasongan Bantul. Yeni menegaskan banyak manfaat yang diperoleh ketika suatu produk kearifan lokal sudah terdaftar di Indonesia Geografis.

Kearifan lokal tersebut akan mendapatkan perlindungan agar tidak diproduksi secara massal dari pihak atau daerah lain. Melalui perlindungan tersebut harapannya masyarakat sekitar produk tersebut akan mendapatkan manfaat secara ekonomi.

"Produk lokal yang bisa terdaftar di Indikasi Geografis ini berkualitas dan reputasinya bisa terjaga dengan baik. Manfaat lain akan memberikan dampak dari sisi wisata. Misalnya produk Salak Pondoh Sleman ini bisa menjadi destinasi wisata edukasi, begitu juga dengan produk kopi bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan," katanya.

Menurutnya untuk mendaftarkan produk kearifan lokal tersebut butuh sinergi semua pihak. Baik dari pemerintah daerah setempat maupun masyarakat. Oleh karena itu daerah yang akan mengajukan potensi wilayahnya bisa membentuk komunitas.

"Seperti Batik Nitik Bantul, itu ditetapkan Indikasi Geografis karena komunitas masyarakatnya kuat, untuk tetap menjaga batik tersebut baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya," katanya.

Direktur Merek dan Indikasi Geografis Kemenkumham RI Kurniaman Telaumbanua mengatakan DIY masih memiliki banyak potensi yang bisa masuk di Indikasi Geografis. Oleh karena itu pemerintah daerah setempat bisa segera mengajukan dan membangun komunitas.

BACA JUGA : Demi Sertifikat Ini, Sentra Industri Gerabah Kasongan Didaftarkan ke Kemenkumham

Potensi itu di antaranya Kopi Robusta Merapi Sleman, Jambu Dalhari Sleman, Beras Sleman, Tenun serat Gamplong, Gamelan Bantul, Kakao Gunungkidul, Keju Sleman, Kerajinan Kulit Tata Sunging, gamelan Bantul, kakao Gunungkidul.

"Kami mendorong agar lebih banyak yang mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis. Kita baru 129 produk lokal, sedangkan negara lain sudah mencapai 4.000," ujarnya.

Asisten Sekda DIY Bidang Perekonomian Pembangunan Tri Saktiyana mengatakan Pemda DIY terus mendorong upaya peningkatan produk lokal DIY untuk terdaftar di Indikasi Geografis. Menurutnya empat produk milik DIY tersebut memang layak mendapatkan IG. Ia mencontohkan Batik Nitik Bantul memang butuh proses pembuatan cukup lama, Oleh karena itu harganya mahal. 

"Kami mendorong edukasi seperti Salak Pondoh ini termasuk eksotis menarik, harganya sempat jatuh, karena banyak yang menanam. Kami berharap edukasi ini bisa terus berjalan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Viral Bocah Menangis Kelaparan Minta Makan, Malah Dicaci Maki Ibunya

News
| Senin, 06 Mei 2024, 16:47 WIB

Advertisement

alt

Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk

Wisata
| Sabtu, 04 Mei 2024, 09:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement