Advertisement

14 Warga Bantul Meninggal Dunia Akibat Leptospirosis dalam 2 Tahun Terakhir

Stefani Yulindriani Ria S. R
Rabu, 12 Juni 2024 - 14:27 WIB
Sunartono
14 Warga Bantul Meninggal Dunia Akibat Leptospirosis dalam 2 Tahun Terakhir Ilustrasi leptospirosis. - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul mencatat adanya tren kenaikan jumlah kematian penderita leptospirosis di Bantul dalam dua tahun terakhir. Jumlah kematian tercatat ada 14 warga Bantul meninggal akibat leptospirosis dalam dua tahun terakhir.

Dinkes Bantul mencatat sepanjang 2022 jumlah kasus leptospirosis mencapai 141 kasus dengan 4 orang diantaranya meninggal dunia. Sementara sepanjang 2023 kasus leptospirosis meningkat hingga 168 kasus dengan 10 orang diantaranya meninggal dunia. Dengan demikian ada 14 warga Bantul meninggal dunia akibat leptospirosis dalam dua tahun terakhir.

Advertisement

BACA JUGA : Waspadai Leptospirosis di Sleman! Tiga Orang Meninggal Dunia

Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit Dinkes Bantul, Samsu Aryanto memprediksi jumlah kasus leptospirosis 2024 tidak setinggi dua tahun terakhir. Hal itu lantaran jumlah kasus leptospirosis pada Januari-Juni 2024 lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023. 

Jumlah kasus leptospirosis pada Januari-Juni 2023 ada 144 kasus. Sedangkan Januari hingga 12 Juni 2024 kasus leptospirosis mencapai 34 kasus. Pada periode yang sama tahun 2023 dan 2024 tidak ada penderita leptospirosis yang meninggal dunia. 

Ia menilai tidak ada penderita leptospirosis yang meninggal dunia pada Januari-Juni 2024 lantaran kesadaran masyarakat mengantisipasi dan menangani leptospirosis semakin meningkat. Selain itu kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ketika mengalami gejala leptospirosis diduga menjadi penyebab landainya jumlah kasus tersebut hingga pertengahan tahun ini. 

“Respons masyarakat untuk memeriksakan diri ketika mengalami gejala [leptospirosis] ke fasyankes terdekat meningkat tahun ini. Sehingga ketika ada gejala dapat ditindaklanjuti di fasyankes tersebut,” ujarnya, Rabu (12/6/2024). 

Samsu mengimbau masyarakat tetap mewaspadai penularan penyakit tersebut. Penularan penyakit tersebut disebabkan karena bakteri Leptospira interrogans. yang ada pada tikus. Penularan penyakit tersebut dapat terjadi saat penderita kontak langsung dengan urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri Leptospira interrogans.

Selain itu, penularan penyakit tersebut juga dapat terjadi ketika penderita kontak langsung dengan air atau tanah yang telah terkontaminasi bakteri tersebut. Kemudian penderita juga dapat tertular penyakit tersebut ketika mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri tersebut. 

BACA JUGA : Warga Prambanan Meninggal Dunia Akibat Leptospirosis

Dia meminta  masyarakat menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan membersihkan tempat yang berpotensi menjadi tempat perindukan tikus untuk mengantisipasi penularan penyakit tersebut. 

Kepala Dinkes Bantul, Agus T. W. menyampaikan sosialisasi kepada masyarakat telah dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penderita penyakit tersebut.  Ia berharap kepedulian masyarakat terhadap penularan penyakit tersebut semakin meningkat . 

“Dinkes [Bantul] sudah berkoordinasi dengan beberapa kapanewon untuk upaya pencegahan leptospirosis.Kami juga sudah menyampaikan beberapa tempat yang berpotensi tercemar [bakteri penyebab leptospirosis], misalnya di daerah sawah yang banyak tikusnya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

LBH Padang Akhirnya Beberkan Kronologi Penganiayaan Anak oleh Polisi

News
| Minggu, 23 Juni 2024, 21:27 WIB

Advertisement

alt

Inilah Rute Penerbangan Terpendek di Dunia, Naik Pesawat Hanya Kurang dari 2 Menit

Wisata
| Sabtu, 22 Juni 2024, 11:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement