Advertisement
Sejarah Lampu Petromak, Penerang di Masa Kegelapan yang Kini Hilang

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Anak yang lahir sebelum tahun 1990-an pasti mengetahui lampu petromak. Sebuah lampu tradisional unik yang cara menyalakannya dengan dipompa.
Ada dua bahan bakar yang dipakai, minyak tanah sebagai bahan bakar utama dan spiritus untuk menyalakan api pertama kali sebelum akhirnya menjadi terang dengan cara dipompa terus menerus.
Advertisement
Di era 1990-an masyarakat masih banyak menemukan lampu petromak ini di wilay pedesaan. Lampu ini akan menjadi banyak keluar terutama ketika ada hajatan atau perhelatan tontonan di tengah masyarakat. Akan tetapi keberadaan lampu petromak ini terus menerus meredup seiring perkembangan teknologi lampu pabrikan.
BACA JUGA : 456 Lampu LED Akan Dipasang di Sepanjang Ringroad Jogja
Bahkan lampu petromak sudah tidak ditemukan lagi di sebagian besar rumah penduduk memasuki tahun 2000-an. Lampu itu telah digantikan seperti lampu LED yang lebih terang.
Ternyata lampu petromak ini memiliki sejarah panjang. Berdasarkan laman Wikipedia. Lampu Petromax diciptakan pada tahun 1910 di Jerman oleh Max Graetz (1851–1937), yang juga menamai merek tersebut, berdasarkan lampu spiritus yang sudah terkenal.
Graetz merupakan presiden dari perusahaan Ehrich & Graetz di Berlin, yang mengembangkan lampu tersebut, dan juga sebagai desainer utamanya.
Ia menciptakan lampu menggunakan bahan bakar parafin yang kemudian menjadi spiritus, yang saat itu merupakan produk baru. Graetz berhasil menemukan proses untuk membuat gas dari parafin, yang memiliki nilai kalori sangat tinggi dan dapat menghasilkan api biru yang sangat panas.
Graetz kemudian merancang lampu tekanan bekerja dengan parafin yang diuapkan. Untuk memulai proses ini, lampu dipanaskan terlebih dahulu dengan spiritus metil (alkohol denaturasi), pada model berikutnya dengan obor terintegrasi yang disebut "Rapidstarter" yang berjalan langsung dari tangki parafin.
Dalam tangki tertutup, parafin diberi tekanan dengan pompa tangan. Panas yang dihasilkan oleh mantel kemudian digunakan untuk menguapkan parafin, yang dicampur dengan udara dan ditiup ke mantel untuk dibakar. Sekitar tahun 1916, lentera dan namanya mulai menyebar ke seluruh dunia. Nama Petromax berasal dari "Petroleum" dan "Max Graetz".
BACA JUGA : Bantul Terancam Darurat Sampah, Pemda DIY Beri Lampu Hijau Akses TPA Piyungan
Desainnya begitu sukses sehingga masih digunakan hingga saat ini. Nama Petromax telah menjadi sinonim dengan lampu tekanan parafin di banyak negara. Desain lampu tersebut kemudian digunakan untuk membuat kompor berdasarkan prinsip yang sama.
Di banyak negara "Petromax" adalah merek dagang terdaftar, misalnya untuk Amerika Serikat oleh Britelyt Inc. atau untuk Jerman dan beberapa negara Eropa lainnya oleh Pelam International Ltd. Desain Petromax sering kali ditiru, seperti oleh Tower di China, Lea Hin di Indonesia, atau Prabhat di India.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Prabowo Ungkap Penerapan Tarif Trump untuk Indonesia yang Saling Menguntungkan
Advertisement

Berwisata di Tengah Bediding Saat Udara Dingin, Ini Tips Agar Tetap Sehat
Advertisement
Berita Populer
- Polisi Ringkus Pelaku Penggelapan Sepeda Motor di Mergangsan Jogja
- Disdikpora Kulonprogo Belum Terima Laporan Penutupan SMP Maarif Yani, Ini Tanggapan Pihak Yayasan
- Banyak Sekolah Negeri di Kulonprogo Kekurangan Siswa, Bupati Ajukan Opsi Regrouping
- Lulusan Sarjana Jadi Pengangguran Terbanyak Kedua di Bantul
- Kepala Pilar Tol Jogja-Solo Ditargetkan Selesai Dikerjakan Agustus 2025
Advertisement
Advertisement