Advertisement

Kumandang Kidung Bocah, Mengorkestrasikan Kenangan Masa Kecil

Media Digital
Rabu, 24 Juli 2024 - 15:52 WIB
Maya Herawati
Kumandang Kidung Bocah, Mengorkestrasikan Kenangan Masa Kecil Pentas Musik Orkestra: Kumandang Kidung Bocah yang digelar di Concert Hall TBY, Kota Jogja, Selasa (23/7/2024). - Harian Jogja - Sirojul Khafid

Advertisement

JOGJATaman Budaya Yogyakarta (TBY) menggelar Pentas Musik Orkestra: Kumandang Kidung Bocah. Berlangsung di Concert Hall TBY pada Selasa (23/7/2024) malam, sekitar 1.000 orang memadati kursi penonton dan lesehan di tangga.

Di panggung hanya ada dua pemain musik. Suara gamelan yang lirih menjadi pembuka orkestra malam itu. Semenit kemudian, terdengar nyanyian lagu Padang Bulan dari para pemain orkestra. Mereka bernyanyi sembari menuju ke alat musik masing-masing. Biola, cello, gitar, terompet, drum, sampai bass. Tidak lama berselang, Guntur Nur Puspito sebagai konduktor masuk dan berdiri di hadapan para pemain.

Advertisement

Semua pemain mengatraksikan alat musiknya. Lagu kedua berjudul Cublak Cublak Suweng, dengan para penyanyi anak-anak berbusana tradisional. Sebelum lagu berakhir, kelompok penyanyi kedua masuk, dan menyambung ke lagu berikutnya, dengan judul Gambang Suling. Malam itu, ada 19 lagu anak berbahasa Jawa yang menghibur para penonton di TBY.

Kepala dan kaki penonton bergoyang, mengikuti irama lagu-lagu seperti Aja Rame-Rame, Dondong Opo Salak, Lir-Ilir, Pitik Walik Jambul, Menthok-Menthok, Jaranan, Kodok Ngorek, sampai Prau Layar.

“Selamat datang di Concert Hall TBY dalam Kumandang Kidung Bocah,” kata Kepala TBY, Purwiati. “Konser orkestra ini merupakan penghargaan pada seluruh anak Indonesia, dengan persembahan 19 lagu Jawa tempo dulu, yang sudah diaransemen ulang. Lagu-lagu yang penuh makna dan filosofi, yang perlu diperdengarkan lagi saat ini.”

Orkestra 2024 sekaligus memperingati Hari Anak Nasional, yang bertepatan jatuh pada 23 Juli. Acara tahunan ini ingin merevitalisasi lagu anak yang unik dan tidak kalah menarik.

Pengisi acara mayoritas anak-anak, yang di dalamnya ada 30 anak dari program Art for Children TBY. Anak-anak yang tampil dengan para senior tersebut harapannya bisa menyerap ilmu dan pengalaman dari para ahlinya. “Semoga ini menjadi alternatif tontonan dan tuntunan.

Melalui lagu-lagu yang syarat filosofi dan mendidik, harapannya bisa menemani tumbuh kembang anak untuk menciptakan generasi yang berkarakter,” kata Purwiati.

Menarik dan Asyik

Pentas Musik Orkestra: Kumandang Kidung Bocah tidak hanya menyajikan musik dan nyanyian. Dalam selang lagu-lagunya, muncul pantomim, penari, sampai sedikit drama. Saat lagu yang bercerita tentang buto, penyanyi menarik penonton anak untuk bergabung ke panggung. Mereka berlarian, seakan menghindari buto yang ditarikan oleh anak-anak juga.

Komposer Orkestra, Guntur Nur Puspito, mengatakan para penampil di antaranya Doni Saputro, Okki Kumala, Paksi Raras Alit, Silir Wangi, hingga Pandika Kamajaya. Keterlibatan komposer yang sempat bekerja sama dengan band Dewa 19 ini muncul dari kegelisahan. Sudah sejak 2019, Guntur ingin mengaransemen lagu-lagu anak. Gayung bersambut saat TBY juga ingin menampilkan lagu anak dengan konsep berbeda. “Ada sedikit kegelisahan, konsumsi anak sekarang cukup rentan dengan konten dewasa, seperti di medsos dan lainnya, terutama melalui ponsel,” katanya.

Dengan pertunjukan ini, setidaknya ada upaya untuk menghidupkan kembali lagu anak yang tidak kalah menarik dan asyik. “Penampil lebih banyak anak-anak daripada orang dewasa. Saya pertimbangkan itu, untuk memprioritaskan anak-anak,” kata Guntur.

BACA JUGA: Sultan Jogja Kumpulkan Bupati dan Wali Kota Bahas Percepatan Penanganan Sampah

Untukmu Anakku

Kadang perpindahan lagu tanpa jeda. Semisal ada jeda hening sejenak dalam perpindahan lagu, maka penonton akan bertepuk tangan dengan cukup keras. Anak-anak sesekali berdiri, ingin melihat dengan jelas penampil di panggung. Orang dewasanya, mereka menggoyangkan badan ke kanan dan kiri.

Setelah Lelo Ledung, lagu terakhir berjudul Aku Anak Indonesia. Lagu berbahasa Indonesia ini semakin keras saat penonton anak ikut bernyanyi. Meski konsepnya orkestra, tidak ada keheningan para penontonnya. Justru anak dan orang tua sembari bercakap.

Dalam lagu Pitik Walik Jambul, ada lirik Bocah Keset Dadi Bodho, Bocah Sregep Dadi Pinter. “Itu, kalau anak malas-malasan, nanti jadi bodoh. Kalau rajin, anak akan jadi pintar,” kata salah satu penonton, Doni Laksana, kepada anaknya.

Dia datang bersama istri dan satu anaknya. “Ini seperti memunculkan lagi jiwa anak-anak saya, anak yang saya ajak ke TBY dan kembali mengenang masa-masa indah itu. Saya enggak tahu anak saya paham tidak dengan lagunya, tapi dia terlihat menikmati,” kata Doni, pria berusia 49 tahun asal Sleman ini.

“Pernah denger lagu yang Cublak Cublak Suweng,” kata Rayi, anak Doni. “Baru pertama kali nonton orkestra, pengen nonton lagi.”

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menganggap setiap anak spesial, terutama bagi orang tuanya. Konser malam ini menjadi apresiasi untuk seluruh anak di Indonesia. Dian mengajak seluruh penonton bernostalgia, memanggil kembali ingatan masa kecil.

Melalui orkestra bertema lagu anak, dia berharap bisa menghidupkan kembali suka cita dolanan masa lalu, setidaknya lagu-lagunya. “Semoga memberikan kebahagiaan tersendiri malam ini. Ini untuk kalian anak-anak Indonesia yang kuat, beradab, berbudaya, dan generasi emas ke depan,” kata Dian. (***)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Menteri Imigrasi & Pemasyarakatan Sebut Rehabilitasi Narkoba untuk Kurangi Kelebihan Kapasitas Lapas

News
| Rabu, 30 Oktober 2024, 07:37 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Makanan Ramah Vegan

Wisata
| Minggu, 27 Oktober 2024, 08:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement