Advertisement

Dampak Kekeringan, Ratusan Hektare Tanaman Pangan di DIY Gagal Panen

Yosef Leon
Selasa, 20 Agustus 2024 - 13:37 WIB
Abdul Hamied Razak
Dampak Kekeringan, Ratusan Hektare Tanaman Pangan di DIY Gagal Panen Ilustrasi kekeringan - Foto dibuat oleh AI - StockCake

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA–Sedikitnya 547 hektare tanaman pangan di wilayah DIY mengalami gagal panen akibat musim kemarau yang berkepanjangan di wilayah setempat. Rata-rata lahan itu berada di Kabupaten Gunungkidul dengan jenis tanaman berupa padi dan jagung yang tersebar di sejumlah kapanewon. 

Plt Kepala DPKP DIY Hery Sulistio Hermawan mengatakan, ratusan hektare tanaman yang gagal panen itu terdiri dari tanaman padi 412 hektare. Di Kapanewon Dlingo ada 5 hektare, Gedangsari 24 hektare, Semin 242 hektare, Ngawen 92 hektare, Ponjong 5 hektare, Nglipar 9 hektare dan Patuk 35 hektare. 

Advertisement

BACA JUGA: Kekeringan Melanda DIY, Sultan Jogja Siap Buka Akses Bantuan Anggaran untuk Kabupaten dan Kota

"Sementara sisanya sebanyak 135 di Kapanewon Saptosari gagal panen melanda tanaman jagung dan itu merupakan data akhir Juli," ungkapnya, Selasa (20/8/2024). 

Hery menjelaskan, selain padi dan jagung kekeringan juga melanda tanaman kacang tanah. Hal itu disebabkan dampak El Nino di mana curah hujan pada permulaan musim tanam pertama baru terjadi pada bulan Januari dan pada bulan Mei sudah tidak terjadi hujan, sehingga berpengaruh terhadap ketersediaan air irigasi pertanian.

"Dampak kekeringan berdasarkan laporan mulai Juni 2024 sampai dengan 31 Juli 2024 tercatat padi 1.153 hektare, kacang tanah 50 hektare dan jagung 135 hektare," katanya. 

Adapun wilayah kekeringan padi tersebar di Kapanewon Dlingo, Wates, Panjatan, Temon, Gedangsari, Semin, Ngawen, Ponjong, Nglipar, Patuk, Semanu, Saptosari, Playen dan Karangmojo. Sementara kacang tanah melanda Kapanewon Tepus dan Tanjungsari kemudian jagung di Kapanewon Saptosari. 

Menurut Hery, dengan fenomena kekeringan itu pihaknya telah melakukan pemetaan daerah rawan kekeringan dan melakukan monitoring ke pertanaman secara intensif. Kemudian mengoptimalkan sumur (gali/suntik), biopori, penerapan teknologi hemat air dalam mendukung ketersediaan air.

"Kami juga memberikan bantuan pembuatan sumur di 7 poktan melalui anggaran APBN Pusat," jelasnya. 

Selain itu, pihaknya juga memberikan bantuan sarana penanganan pompa untuk champion cabai di 11 poktan di Sleman dan Kulonprogo melalui anggaran APBN Pusat serta melalui Brigade Proteksi Tanaman (BPT) telah menyiapkan pompa air yang bisa dipinjam pakai oleh kelompok tani untuk kegiatan pompanisasi. 

"Kami juga memakai early warning system/ews dengan memanfaatkan sumber informasi sebagai upaya antisipasi kekeringan dan untuk meminimalkan risiko yaitu data kejadian kekeringan pada masa lalu, memantau informasi dari BMKG, membuat peta prediksi kekeringan, peta daerah rawan kekeringan, prediksi peta endemik kekeringan," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KPK Meminta Keterangan ke Kaesang Terkait Kronologi Pelaporan Penerimaan Gratifikasi

News
| Rabu, 18 September 2024, 01:17 WIB

Advertisement

alt

Wisata Kampung Belgia di Jember Tawarkan Agrowisata Heritage

Wisata
| Minggu, 15 September 2024, 20:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement