Advertisement

Lagi, Satu Anak Meninggal akibat DBD di Gunungkidul

Andreas Yuda Pramono
Kamis, 29 Agustus 2024 - 20:07 WIB
Arief Junianto
Lagi, Satu Anak Meninggal akibat DBD di Gunungkidul Ilustrasi - Pixabay

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Korban Demam Berdarah Dengue (DBD) di Gunungkidul bertambah. Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul menyampaikan ada satu anak berjenis kelamin laki-laki berumur 12 tahun meninggal akibat DBD. Anak tersebut yang berasal dari Kalurahan Tambakromo, Pojong, Gunungkidul ini sempat dirawat di RSI Karangmojo.

Kepala Dinkes Gunungkidul, Ismono mengatakan anak tersebut pada awalnya dibawa ke bidan. Setelah tidak ada perbaikan terhadap kesehatan, dia dibawa ke RSI Karangmojo dan dirawat mulai 22-25 Agustus 2024. “Tetapi kemudian si anak dirujuk ke RSUP Dr Sardjito. Meninggal dunia 25 Agustus sore di RSUP,” kata Ismono, Kamis, (29/8/2024).

Advertisement

Dinkes yang mendapat laporan pada Senin (26/8/2024) dari Puskesmas Ponjong II dan petugas langsung mengadakan penyelidikan epidemiologi (PE). Anak itu masih dalam fase panas, belum dengue shock syndrome (DSS). Seseorang akan mengalami DSS pada hari ke-34.

Ismono menambahkan kematian anak laki-laki tersebut merupakan yang ketiga setelah dua anak meninggal dunia akibat DBD beberapa waktu lalu. Dinkes akan mengkaji lagi penyabab dibalik kejadian DBD yang berujung pada kematian anak. “Anggaran tambahan untuk fogging fokus juga sudah ada. Prinsipnya memang kewaspadaan. Kalau ada tanda-tanda DBD ya langsung ke fasilitas kesehatan agar tidak terlambat,” katanya.

BACA JUGA: Tekan Kasus DBD, Nyamuk Ber-Wolbachia Bakal Dilepaskan di 5 Kota

Dia menengaskan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) menjadi kunci menghindarkan DBD di masyarakat. Adapun fogging hanya digunakan untuk memutus mata rantai.

Anggaran

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Gunungkidul, Sidig Hery Sukoco menegaskan Dinkes memang sudah memiliki anggaran untuk fogging focus. Hanya, fogging tidak dapat dilakukan secara serampangan.

“Kriteria fogging kalau ada kasus DBD saja. Fogging dilakukan apabila hasil Penyelidikan Epidemiologi sesuai SOP [standar opersional prosedur] fogging,” kata Hery.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Didukung Koalisi Besar, RK-Suswono targetkan Menang Satu Putaran di Pilgub Jakarta

News
| Senin, 16 September 2024, 22:17 WIB

Advertisement

alt

Kota Jogja Masih Jadi Magnet Wisatawan

Wisata
| Minggu, 08 September 2024, 11:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement