Kekeringan di Kulonprogo Meluas, BPBD Usulkan Penetapan Status Darurat Kekeringan
Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kulonprogo mengusulkan penetapan status tanggap darurat kekeringan kepada penjabat bupati setempat setempat karena dampak kekeringan semakin meluas seiring banyaknya kelompok masyarakat mengajukan permohonan bantuan air bersih.
Kepala Pelaksana BPBD Kulonprogo Taufik Prihadi di Kulonprogo, Jumat, mengatakan wilayah terkena dampak kekeringan meliputi enam kapanewon yaitu Kokap, Samigaluh, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang, dan Pengasih.
Advertisement
"Meluasnya dampak kekeringan terlihat dari meningkatnya permintaan distribusi (dropping) air bersih dari masyarakat. Peningkatan tersebut dirasakan terutama dalam dua pekan terakhir," kata Taufik, dilansir Antara
Ia mengatakan BPBD Kulonprogo usulan tersebut diajukan mengingat dampak kekeringan yang semakin meluas di musim kemarau ini.
BPBD Kulonprogo telah menyalurkan sebanyak 38 tangki air bersih sepanjang Juli-Agustus ini. Setiap tangki mampu menampung sebanyak 5 ribu liter air.
"Jumlah tangki ini belum termasuk dengan bantuan air yang dilakukan pihak lain seperti Dinas Sosial, TNI, dan POLRI," katanya.
Menurut Taufik, adanya surat keputusan (SK) status tanggap darurat kekeringan, pihaknya bisa mengakses pos belanja tak terduga (BTT) dari APBD Kulonprogo.
"BTT digunakan untuk mendukung program dropping air bersih," katanya.
Selain itu, BPBD Kulonprogo juga terus melakukan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak terkait skema bantuan air bersih. Koordinasi dilakukan dengan instansi pemerintah hingga pihak swasta yang memberikan bantuan.
"Perlu ada koordinasi agar proses dropping air bersih ke masyarakat tidak tumpang tindih," kata Taufik.
Namun demikian, kata Taufik, wilayah terdampak kekeringan pada 2024 ini mengalami penurunan dibandingkan 2023. Pada 2023, BPBD Kulonprogo mencatat sebanyak delapan kapanewon terdampak kekeringan.
"Kami berharap dampak kekeringan tidak semakin meluas," katanya.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan musim kemarau diprediksi berlangsung hingga September. Memasuki Oktober, hujan akan mulai turun meski baru di beberapa wilayah.
Ia mengatakan musim kemarau 2024 ini bersifat netral. Berbeda dengan kemarau 2023 yang terbilang sangat kering dan memicu terjadinya fenomena El Nino.
"Kalau sekarang kemaraunya bersifat lebih basah, tidak sekering tahun lalu," kata Dwikorita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Ini Kegiatan Kampanye Terakhir Ketiga Calon Wali Kota Jogja Jelang Masa Tenang
- Pasangan Agung-Ambar Tutup Kampanye dengan Pesta Rakyat
- Konstruksi Tol Jogja-Bawen Seksi 1 Ruas Jogja-SS Banyurejo Capai 70,28 Persen, Ditargetkan Rampung 2026
- Lewat Film, KPU DIY Ajak Masyarakat untuk Tidak Golput di Pilada 2024
- Jadwal Terbaru KRL Solo-Jogja Minggu 24 November 2024: Berangkat dari Palur Jebres, Stasiun Balapan dan Purwosari
Advertisement
Advertisement