Capaian Vaksin JE di Jogja Masih Rendah, Dinkes Sebut Banyak Orang Tua Keberatan Anaknya Divaksin
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja mulai menggulirkan vaksinasi Japanese Enchepalitis (JE) pada 3 September lalu. Rencananya, pemberian vaksinasi JE akan terus dilaksanakan hingga 31 Oktober dan menyasar pada 81.000 anak di Kota Jogja. Namun, hingga saat ini Dinkes mencatat capaian vaksinasi JE belum mencapai 50 persen. Ini tak lepas dari sejumlah kendala.
Kasi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Jogja Endang Sri Rahayu menjelaskan pihaknya kerap menerima penolakan dari orang tua. Ada sebagian orang tua yang tak menghendaki anaknya untuk diberi vaksin JE.
Advertisement
“Kita pantau cukup banyak yang mengatakan tidak mau pada surat karena merasa tidak penting, dan ada yang memang betul-betul tidak mau divaksin, bahkan vaksin jenis lainnya pun tidak mau,” kata Endang, Jumat (27/9/2024).
Endang mengatakan sebagian orang tua sudah merasa cukup dengan vaksinasi dasar yang diberikan di puskesmas. Seperti vaksin hepatitis B, vaksin BCG, vaksin PCV, dan polio. Padahal, menurut Endang vaksinasi JE penting untuk diberikan pada anak usia 9 bulan hingga 15 tahun. Sebab, ini merupakan pencegah penyakit meningitis atau peradangan otak.
“Padahal ini kan namanya radang otak berat. Namanya sakit bisa sembuh, tapi bisa juga dengan meninggalkan gejala sisa atau cacat. Jadi, ini sangat penting untuk mencegah meningitis radang otak,” katanya.
BACA JUGA: Sempat Ada Suspek JE di Kota Jogja, Dinkes Gencarkan Vaksinasi
Endang menuturkan, vaksinasi JE ini hampir tak menimbulkan efek samping. Sebelum disuntikkan vaksin, anak akan menjalani skrining kesehatan dulu. Sebab, vaksin hanya boleh diberikan pada anak dengan keadaan sehat. Dia menambahkan, sejauh ini pemberian vaksinasi diberikan di puskesmas sesuai jadwal di puskesmas masing-masing.
“Harapannya nanti cakupannya paling tidak mencapai 95 persen,” imbuhnya.
Sebelumnya, Kepala Dinkes Kota Jogja Emma Rahmi Aryani mengatakan Kota Jogja menjadi wilayah endemi lantaran adanya temuan 13 kasus JE di DIY. Dia menyebut penyakit JE ditularkan melalui nyamuk Chulex. Nyamuk ini cenderung hidup di tempat yang jauh dari pemukiman. Misalnya, di kebun, sawah, hingga air yang kotor. Nyamuk Chulex terbilang berbeda dengan nyamuk Aedes Aegypti yang justru lebih senang hidup di air bersih.
"Justru tidak dekat rumah karena dia juga jangkauan terbangnya lebih jauh dibanding nyamuk demam berdarah," kata Emma.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Anies Baswedan Diprediksi Mampu Dongkrak Elektabilitas Pramono Anung-Rano Karno
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Ada 488 PNS Pensiun di Tahun Ini, Begini Harapan PJs Bupati Sleman
- Jadwal KRL Jogja Solo Terbaru, Kamis 21 November 2024, Naik dari Stasiun Tugu hingga Palur
- Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini, Kamis 21 November 2024, Berangkat dari Stasiun Palur, Jebres dan Solo Balapan
- Jadwal Kereta Bandara YIA, Berangkat dari Stasiun Tugu Jogja, Kamis 21 November 2024
- Diskriminasi Masih Marak, Jurnalis Perlu Mengadvokasi Kelompok Minoritas
Advertisement
Advertisement