Tekan Kenakalan Remaja di Bantul, Akademisi UMY Dorong Penguatan Nilai Keagamaan di Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL–Ada puluhan jumlah kasus kenakalan remaja di Bantul pada tahun 2023. Berdasarkan data Polres Bantul, ada sebanyak 26 kasus kenakalan remaja di Bantul tahun 2023. Kemudian pada Januari-April 2024, jumlah kasus kenakalan remaja mencapai 18 kasus.
Untuk itu, akademisi UMY mendorong penguatan nilai keagamaan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat untuk menekan jumlah kasus tersebut.
Advertisement
Dosen Pendidikan Agama Islam UMY, Sadam Fajar Shodiq menyampaikan, penanaman nilai keagamaan dapat menjadi upaya preventif untuk menekan angka kenakalan remaja di Bantul. Menurutnya, penanaman nilai keagamaan perlu dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
BACA JUGA:
“Implementasi nilai keagamaan tidak bisa parsial, harus menyeluruh dan harus dibarengi dengan kebijakan sekolah yang mendukung,” ujarnya di UMY, Jumat (11/10/2024).
Sadam menilai, keluarga sebagai lingkungan terdekat anak memiliki peran penting dalam penanaman nilai keagamaan. Menurutnya, orang tua perlu meluangkan waktu untuk berinteraksi dan mengawasi aktivitas serta perkembangan anak.
Dia menuturkan, saat masa remaja, anak perlu mendapatkan dukungan emosional yang kuat dari orang tuanya dalam proses pencarian jati diri. Selain itu, orang tua juga dapat menanamkan nilai keagamaan dalam proses pencarian jati diri tersebut.
“Para remaja yang sedang mencari jati diri dan menghadapi berbagai tekanan membutuhkan dukungan emosional yang kuat dari orang tua mereka. Tanpa dukungan ini, para remaja mungkin merasa kesulitan dalam mengelola stres dan emosi mereka,” kata Sadam.
Kemudian, seluruh guru juga memiliki peran untuk menanamkan nilai keagamaan kepada siswa di sekolah. Menurut Sadam, penanaman nilai keagamaan tersebut akan menciptakan iklim sekolah yang inklusif yang mendukung perkembangan anak. Selain itu, peran teman sebaya dan pergaulan di luar sekolah juga berpengaruh terhadap perkembangan siswa.
Sadam menyebut, sebagian besar waktu yang dihabiskan anak adalah di luar sekolah. Sehingga diperlukan pengawasan dan dukungan orang tua serta masyarakat untuk mengantisipasi kenakalan remaja.
“Di sekolah anak bisa saja terlihat baik, tapi di luar kita tidak tahu. Bisa saja ada geng dari sekolah lain. Kita tidak bisa menaruh tanggung jawab sepenuhnya di sekolah, tetapi peran serta orang tua, pengawasan, dan perhatian orang tua serta masyarakat itu penting,” jelasnya.
Menurutnya, jumlah kasus kenakalan remaja dapat ditekan dengan sinergi dari keluarga, sekolah dan masyarakat yang mendukung perkembangan anak. “Diperlukan pendekatan yang holistik yang tidak hanya melibatkan remaja, tetapi juga orang tua dan masyarakat secara keseluruhan,” tandas Sadam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Libur Natal dan Tahun Baru, Hampir 500 Ribu Kendaraan Telah Keluar dari Jabodetabek
Advertisement
Mulai 1 Januari 2025 Semua Jalur Pendakian Gunung Rinjani Ditutup
Advertisement
Berita Populer
- UKDW Ambil Bagian Dalam Penanggulangan Bencana yang Inklusif
- Wujudkan DIY sebagai Destinasi Wisata Ramah Muslim
- Amankan Natal dan Tahun Baru, Polresta dan Satpol PP Jogja Kerahkan Ratusan Personel
- DIY Bakal Kedatangan 9,4 Juta Orang, Ribuan Personel Diterjunkan Amankan Libur Akhir Tahun
- Diduga Bekerja ke Kamboja Secara Non Prosedural, Imigrasi Yogyakarta Cegah Keberangkatan 3 WNI
Advertisement
Advertisement