Kembangkan Kawasan Pertanian Sehat, Hasil Panen Padi di Sleman Bisa Tembus 9 Ton Per Hektarnya
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman berkomitmen untuk terus mengembangkan kawasa pertanian sehat. Program ini dinilai efektif meningkatkan produktivitas karena panenya bisa mencapai sembilan ton gabah kering giling per hektarenya.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman, Suparmono mengatakan, program Sleman Kawasan Pertanian Sehat ditetapkan melalui Instruksi Bupati No.19/Instr/2023. Selain itu, juga diperkuat melalui pembentukan Peraturan Bupati No.62/2023 tentang Pengembagnan Pertanian Organik Berbasih Kawasan.
Advertisement
BACA JUGA: Strategi Wujudkan Swasembada Pangan, Kementan Lakukan Refocusing Anggaran Rp1,7 Triliun
“Program ini juga memiliki peluang peningkatan nilai ekonomi melalui branding Padi Sehat Sleman,” kata Pram, sapaan akrabnya, Senin (28/10/2024).
Dia menjelaskan, fokus utama dari program ini melalui proses budidaya tanaman pertanian dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia untuk pemeliharaan. Sebagai gantinya, pemupukan atau pemeliharaan peternakan menggunakan bahan organik serta agesia hayati.
“Sudah mulai dijalankan untuk komoditas padi, cabai dan ternak telur,” katanya.
Meski demikian, Pram mengakui, program yang berjalan masih didominasi untuk tanaman padi. Hal ini dianggap wajar dikarenakan padi masih menjadi tanaman pangan utama di Masyarakat.
“Sudah ada 2.000 petani yang melaksanakan program pengemanga kawasan pertanian sehat,” kata Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakjat, Setda Sleman ini.
Menurut dia, tujuan program ini untuk menyejahterakan petani, melindungi konsumen, menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu, juga memenuhi kebutuhan pasar akan produk pertanian sehat, terutama seiring dengan pesatnya pertumbuhan industri pariwisata di Sleman.
Anggota Gabungan Kelompok Tani Ngudi Waluyo di Padukuhan Prumpung, Sardonoharjo, Ngaglik, Sriyono mengatakan, sudah mengenal Budidaya Tanaman Sehat (BTS) sejak lima tahun yang lalu dan hingga sekarang terus menerapkannya. Dia pun tidak lagi ketergantungan dengan pupuk kimia subsidi untuk pemeliharaan tanaman padi. “Sangat menghemat, karena pupuknya bisa buat sendiri ,” katanya.
Sriyono bercerita, awal menerapkan BTS, untuk luasan 1000 meter persegi. Panen yang dihasilkan juga meningkat mulai dari 5-6 ton hingga menembus sembilan ton gabah kering giling per hektarenya. “Tahun ketiga bahkan panenya mencapai sembilan ton per hektare,” ungkapnya.
Menurut dia, hasil panen lebih bagus daripada dengan budidaya konvensional, meski tanpa menggunakan pupuk kimian. Pasalnya, yang terpenting petani rajin menyemprotkan POC buatan sendiri, maka pertumbuhan tanaman bagus dan lebih aman dari serangan organisme pengganggu tanaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Terbaru KRL Jogja-Solo Jumat 22 November 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo
- Jadwal SIM Keliling di Kulonprogo Jumat 22 November 2024
- Heroe-Pena Optimistis Kantongi 40 Persen Kemenangan
- Jadwal Terbaru KRL Solo-Jogja Jumat 22 November 2024: Berangkat dari Palur Jebres, Stasiun Balapan dan Purwosari
- Program WASH Permudah Akses Air Warga Giricahyo
Advertisement
Advertisement