Advertisement

Promo Desember

Pentas Teater: Sang Raja Mogok Kembali Dikenang lewat Aksi Teatrikal

Stefani Yulindriani Ria S. R
Rabu, 11 Desember 2024 - 10:17 WIB
Ujang Hasanudin
Pentas Teater: Sang Raja Mogok Kembali Dikenang lewat Aksi Teatrikal Penampil menampilkan aksinya dalam Proyek Teater Suryopranoto: Enam Tubuh Si Sang Raja Mogok di Pabrik Gula Madukismo, Rabu (4/12/2024). - Harian Jogja / Stefani Yulindriani

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL–Sore itu sekitar pukul 15.00 WIB, Pabrik Gula Madukismo, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul terlihat berbeda. Tiga panggung disediakan disana. Panggung di sisi kiri dipenuhi dengan alat musik tradisional dan modern; ada gitar, drum, biola, keyboard, kendang, dan saron.

Sementara panggung yang berada di tengah diisi dengan sebuah beberapa kursi dengan lukisan seorang pria yang mengapit panggung itu di sisi kanan dan kirinya. Kemudian, ada panggung di sisi kanan yang dipenuhi dengan wayang, kelir dan beberapa perangkat pertunjukan lainnya.

Advertisement

Sementara puluhan orang berdatangan ke sana. Ada yang datang sendirian dan ada pula yang datang mengajak kawan serta keluarga. Beberapa dari mereka merupakan tamu undangan, warga setempat, dan para pemerhati seni dan sejarah.

Kedatangan mereka bukan tanpa sebab, di sore yang cerah itu, sebuah pertunjukan teater akan dimulai dalam hitungan menit. Di sana, penggalan kisah kehidupan Raden Mas (RM) Suryopranoto yang kerap dikenal dengan Sang Raja Pemogokan akan ditampilkan.

Kisah RM Suryopranoto yang merupakan pahlawan nasional yang jarang diulas dalam buku, atau pertunjukan membuat penasaran puluhan orang. Puluhan orang pun datang meluangkan waktu untuk menikmati pertunjukan sambil mencecap-cecap spirit Suryopranoto yang masih tertinggal dalam kisah itu.

Salah satu pengunjung pertunjukan tersebut, Argoseto mengaku sengaja datang kesana untuk menikmati pertunjukan tersebut. Mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Sleman tersebut mengaku tertarik dengan sejarah sehingga dia meluangkan waktunya sore itu.

Argoseto mengaku penasaran dengan sosok Suryopranoto. Kisah Suryopranoto selama ini menurutnya cukup jarang diulas, padahal dia salah satu tokoh yang berpengaruh di Jogja kala itu. Latar belakang Suryopranoto yang merupakan keluarga bangsawan Jawa, namun dia berani menggerakkan buruh kala itu, menjadi kisah unik bagi Argoseto.

“Saya penasaran, makanya saya datang kesini,” ujarnya.

BACA JUGA: Nidji Rilis Dua Lagu Baru, Lampu Hati dan Zayang-zayang, Ini Maknanya

Beberapa menit menjelang pukul 16.00 WIB, rangkaian pertunjukan tersebut dimulai. Pertunjukan tersebut dibuka dengan menampilkan sebuah pertunjukan wayang, kemudian disusul dengan pertunjukan musik dari beberapa pemusik disabilitas netra. Setelah itu, pertunjukan pun dimulai. Seorang aktor dengan pakaian jawa menampilkan kisah Suryopranoto yang memperjuangkan kehidupan buruh. Dia menyuarakan kehidupan yang setara bagi para buruh.

Di sela-sela ribuan orang, Sutradara pertunjukan tersebut, Irfanuddien Ghozali menyampaikan ketertarikannya untuk mengangkat kisah Suryopranoto dalam pertunjukan teater tersebut lantaran sosok Suryopranoto dinilai memiliki pengaruh yang besar pada masa itu. Dia menilai sosok Suryopranoto yang berhasil menggerakkan ribuan buruh di Jogja masa itu menggambarkan kepedulian Suryopranoto pada kehidupan rakyat yang sulit. Selain itu, aksi yang berawal dari Jogja itu pun menyebar ke berbagai daerah lain menggambarkan Suryopranoto sebagai sosok yang menginspirasi di masa itu. Karena itu, menurutnya, sosok Suryopranoto patut dikenang dalam sejarah.

“Dalam sejarah, Suryopranoto mogok disini [sekitar Pabrik Gula Madukismo], kemudian mogoknya menyebar ke beberapa daerah lain,” ujarnya.

Ghozali menceritakan butuh waktu sekitar sebulan untuk riset dan sebulan untuk memproduksi pertunjukan tersebut. Waktu itu terkesan cukup singkat, namun berhasil menampilkan pertunjukan yang epik. Beberapa situs terkait Suryopranoto dikunjungi, salah satunya Pabrik Gula Madukismo.

Untuk mengenang kisah Suryopranoto, peserta diajak menjelajahi enam situs yang menggambarkan penggalan kehidupan Suryopranoto.

Sementara produser pertunjukan tersebut, B. M. Anggaran menceritakan beberapa waktu lalu pihaknya mendapat tawaran dari Kementerian Kebudayaan untuk menggarap teater tentang pahlawan nasional yang belum banyak dikenal publik. Kemudian, dia pun melakukan riset dalam waktu tertentu.

“Kami kaji dan kami kagum [dengan sosok Suryopranoto]. Dari sana kami membuat ide enam pertunjukan digarap enam sutradara yang berbeda,” ujarnya.

Dia menuturkan ada enam pertunjukan dalam rangkaian tersebut. Enam pertunjukan tersebut mengambil bagian dari biografi Suryopranoto. Pertunjukan tersebut diselenggarakan di Pabrik Gula Madukismo, di Aula Budi Utomo di SMAN 11 Yogyakarta, reigman sekolah Adidarma.

“Dulu dia melihat buruh harus bisa baca kalau enggak dibohongi oleh rentenir dan kolonial,” ujarnya.

Sementara turut hadir dalam pertunjukan tersebut, Yunan Satriawan, cucu buyut dari Suryopranoto. Yunan mengaku senang menyaksikan pertunjukan tersebut.

“Kami keluarga sangat senang dan berterima kasih karena sudah mengangkat ceria eyang kami yang hampir tidak disentuh oleh sejarah,” ujarnya.

Dia mengaku beberapa waktu lalu, tim pertunjukan tersebut datang kepadanya untuk menanyakan terkait dengan sosok Suryopranoto. Lantaran dia tidak menyaksikan sendiri kehidupan Suryopranoto, tidak banyak kisah yang mampu dituturkannya. Namun, dia memiliki beberapa arsip terkait Suryopranoto.

“Pada awalnya temen-temen datang ke kami selaku, menyampaikan apa yang mereka izinkan, kami juga menerima dengan senang hati dan apa yang diperlukan, nanti kami persiapkan seadanya, saya cuma buyut. Tetapi ada beberapa informasi yang mereka [minta]. Itu lemari nya, di cek apa yang diperlukan,” ujarnya.

Dia pun mempersilahkan tim tersebut untuk membuka sendiri dan mencari tahu sosok Suryopranoto dari berbagai dokumen yang ada tentang Suryopranoto. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pasangan Ridwan Kamil-Suswono Tak Daftarkan Gugatan MK hingga Batas Akhir

News
| Kamis, 12 Desember 2024, 08:27 WIB

Advertisement

alt

Mingguan (Jalan-Jalan 14 Desember) - Jogja Selalu Merayakan Buku

Wisata
| Selasa, 10 Desember 2024, 17:38 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement