Advertisement
Seni Instalasi Partisipatif Akan Mempercantik Taman Budaya Embung Giwangan

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Kebudayaan Kota Jogja akan memasang sejumlah karya seni instalasi di Taman Budaya Embung Giwangan dengan tema Dari Pintu ke Pintu. Dengan melibatkan masyarakat termasuk anak-anak, karya seni ini akan dipajang di sejumlah titik sepanjang tahun, secara bertahap.
Penata Kelola Instalasi Karya Seni Partisipatif Dari Pintu Ke Pintu, Sheila Sanjaya, menjelaskan Taman Budaya Embung Giwangan merupakan sarana dari Pemkot Jogja untuk menjadi hub pengembangan kebudayaan dan kesenian masyarakat Kota Jogja.
Advertisement
“Karena ini adalah area yang baru, pameran ini untuk memulai, wiwitan dari pintu ke pintu. Mengetuk pintu, mengajak masyarakat menjadi bagian dari instalasi yang akan dumbuh ke depan di area Taman Budaya Embung Giwangan,” ujarnya dalam pembukaan pameran, Jumat (20/12/2024).
Instalasi Karya Seni Partisipatif Dari Pintu Ke Pintu ini uniknya melibatkan warga sekitar, seniman dari Rintisan Kelurahan Budaya serta komunitas seni lainnya. Salah satu komunitas seni yang digandeng yakni Wayang Merdeka, yang mengajak anak-anak untuk melukis wayang yang terbuat dari sampah.
“Kita memulainya dengan instalasi pintu, yang direspons oleh komunitas Wayang Merdeka. Nah nanti akan tumbuh bersama perkembangan Rintisan Kelurahan Budaya. Pameran ini sengaja menghidupkan titik-titik di Taman Budaya Embung Giwangan yang belum terakses,” kata Penata Kelola Instalasi Karya Seni Partisipatif Dari Pintu Ke Pintu lainnya, Hardiwan Prayoga.
Adapun Rintisan Kelurahan Budaya yang dilibatkan sebanyak 36 keluirahan. Masing-masing akan merespon titik-titik di sekitar pintu itu dengan karya mereka. “Tapi untuk jumlahnya masih sambil jalan. Penempatannya lebih di area utara,” katanya.
Instalasi karya seni partisipatif ini nantinya akan ditempatkan di area outdoor semuanya. “Tantangannya di situ. Karena kalau indoor, Taman Budaya ini sudah punya galeri. Jadi bagaimana agar orang tetap bisa mengakses kesenian tanpa harus masuk ke galeri,” ungkapnya.
Ketua Wayang Merdeka, Miko, menuturkan Wayang Merdeka menyasar anak-anak dalam pembuatan karya seni wayang. “Setiap bulan kami keliling Jogja memberi workshop wayang-wayangan kepada anak-anak,” katanya.
Uniknya, Wayang Merdeka menggunakan medium sampah atau barang bekas untuk membuat wayang. Karakter dan pewarnaan wayang yang dibuat pun bukan seperti pada wayang klasik, melainkan bebas sesuai imajinasi anak-anak.
“Sekarang global warming adalah problem lingkungan. Kami perkenalkan persoalan lingkungan lewat main-main. Sampah dari rumah menjadi mainan wayang-wayangan. Dari sampah menjadi sesuatu yang bernilai baru,” kata dia. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

BPS Sebut Harga Beras Terus Naik di Beberapa Kabupaten/Kota pada Minggu Kedua Juni 2025
Advertisement

Destinasi Wisata Puncak Sosok Bantul Kini Dilengkapi Balkon KAI
Advertisement
Berita Populer
- Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Bakal Dihilangkan, Begini Alasan Bupati Gunungkidul
- Okupansi Hotel Tak Optimal, PHRI DIY Sebut Kost Harian Harga Murah Jadi Biangnya
- Rp8,3 Miliar Anggaran Rehabilitasi RTLH di Sleman Disalurkan Pertengahan Juli 2025
- Libatkan Seluruh Perangkat Daerah, Pemkot Jogja Targetkan Stunting di Bawah 10 Persen
- Ini Langkah Desa Wisata di Kulonprogo Mengatasi Dampak Larangan Study Tour dari Jawa Barat
Advertisement
Advertisement