Advertisement
Penjelasan Sosiolog UGM Terkait Fenomena Koin Jagat
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Nurul Aini menanggapi fenomena permainan Koin Jagat yang banyak dimainkan oleh para penggemarnya.
Fenomena permainan Koin Jagat bukanlah hal baru. Di Indonesia fenomena serupa sebelumnya pernah terjadi kala demam pokemon booming dengan konsep yang serupa dengan Koin Jagat. Dari waktu ke waktu permainan seperti ini selalu menarik antusiasme tinggi dari masyarakat.
Advertisement
Waktu luang yang tersedia dan akses teknologi yang tidak terbatas menambah laku permainan ini. Ditambah lagi moda permainan yang berhadiah uang tunai tentu saja menarik minat. "Literasi digital yang rendah menyebabkan maraknya fenomena ini," kata Aini dalam siaran tertulis Kamis (23/1/2025).
Aini menilai overstimulasi terhadap hiperrealitas akan berpengaruh terhadap kehidupan sosial. Pasalnya kehidupan sosial sendiri lanjut Aini merupakan realitas sehingga manusia tidak dapat melakukan interaksi-interaksi di dunia nyata.
Tak hanya itu, aspek adiksi atau kecanduan juga dianggap Aini ada dalam permainan koin ini. Padahal kecanduan dalam sosiologi merupakan suatu problem sosial. Ada banyak sekali problem sosial yang menyebabkan kecanduan seperti alkohol, judi, pinjol yang memiliki efek adiksi dan apabila tidak dikelola akan menyebabkan adiksi.
"Efek kecanduan ini meningkatkan kriminalitas dan konflik serta merugikan tidak hanya dari segi material tetapi juga dari segi emosional," ujarnya.
Bagi Aini seluruh pihak wajib turut aktif dalam menanggulangi masalah ini. Pihak developer kata Aini punya tanggung jawab utama dalam mengembangkan permainan yang lebih aman dan tidak merugikan masyarakat. "Terutama hak pengguna fasilitas umum adalah yang paling utama dan wajib dilindungi," ujarnya.
Pemerintah sebagai pemegang regulasi menurut Aini wajib mengontrol perkembangan gim yang ada di Indonesia. Selain itu pemerintah juga harus mendorong masyarakat untuk lebih melek teknologi dan memiliki literasi digital yang baik. Sebab, masyarakat yang sudah mendapatkan literasi akan lebih mudah untuk memfilter apa yang mereka mainkan.
"Apabila dirasa membahayakan lebih baik untuk menghindari saja karena ini bukanlah sebuah prestasi kerja sehingga tidak selayaknya kita mengejar itu," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Dapat Kucuran APBN Rp17 Miliar, Jalan di Pertigaan Cepit Sampai Gapura Masuk Bantul Dilebarkan Tahun Ini
- Mengenal AKBP Ary Murtini, Kapolres Gunungkidul yang Menginspirasi dan Mencintai Batik Tulis
- Petani di Bantul Mulai Panen, Stok Padi Melimpah
- Angka Kasus DBD di Bantul Ngegas, Sampai 60 Kasus di Awal 2025
- Dapat Bantuan Rp600 Juta dari Pemerintah DIY, Lumbung Mataraman Akan Dibangun di Kalurahan Piyaman Gunungkidul
Advertisement
Advertisement