Advertisement
Kisah Wido Widiatmoko: Sang Perawat Federal-Federal Terlantar
![Kisah Wido Widiatmoko: Sang Perawat Federal-Federal Terlantar](https://img.harianjogja.com/posts/2025/02/15/1203843/federal.jpg)
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Federal Jogja menjelajahi berbagai tempat untuk menjemput sepeda Federal yang terlantar. Dia akan memungut, merestorasi, merawat, dan mencarikan pemilik anyar untuk membuat cerita baru.
Masa kecil Wido Widiatmoko sama seperti umumnya anak-anak. Dia belajar mengayuh sepeda sejak kecil. Saat memasuki akhir sekolah dasar, tepatnya setelah khitanan, Wido membeli sepeda pertamanya. Uang dari khitan membantunya membeli sepeda Polygon.
Advertisement
Setelahnya, pasang surut hobi bersepeda berjalan alami, kadang naik kadang turun. Memasuki pandemi Covid-19, saat banyak orang kembali lagi ke hobi bersepeda, Wido justru bermain motor custom. Dia memang tipe orang yang suka ngulik. Namun bengkel milik teman sebagai ruangnya berkreasi akhirnya tutup.
Saat pandemi mulai mereda, hobi bersepeda mulai turun. Kini giliran Wido yang kembali ke hobi lamanya, di sekitar tahun 2022. Apabila dahulu membeli yang baru, kini dia mencari sepeda bekas, untuk kemudian direstorasi.
BACA JUGA : Waduh! Ada Gangguan Jaringan Komputer di Seluruh Bandara Jerman
“Pertama kali beli [sepeda bekas itu] Federal City Cat, belinya di Sleman, di bengkel kecil rumahan, malem-malem, dapet di postingan Facebook. Beli Rp450.000, kondisi bahan, komplit tapi belum bisa dipakai, harus ganti ban, servis, dan lainnya,” kata Wido, saat ditemui di bengkel Federal Jogja, Bantul, Sabtu (8/2/2025).
Wido menemukan kesenangan mengulik sepeda Federal, dari mengecat, memasang aksesoris, hingga menjajal hasil akhirnya. Sembari diuji coba, dia mengunggah penampakan dan performa sepeda ke media sosial. Sekitar dua pekan setelah restorasi selesai, sepeda itu laku Rp1,5 juta. “Awalnya emang karena seneng aja, berawal dari hobi, kalau ada yang mau ya monggo. [Saat ada yang beli] baru tahu ada potensi [usaha],” katanya.
Merawat yang Terlantar
Wido semakin intens mencari Federal-Federal ‘terlantar’. Dia menjelajahi dan mendatangi sepeda yang bertebaran di marketplace, utamanya Facebook. Wido juga mendatangi pasar-pasar tiban, seperti Pasaran Kliwon di Bantul dan Pasaran Legi di Klaten. Penjelajahan mencari bahan Federal juga sampai di Solo hingga Magelang.
Di awal-awal, semua bahan sepeda Federal dia sikat. Namun perjalanan mengulik memberitahunya, bahwa tidak semua sepeda bekas bisa direstorasi dengan maksimal. Justru kondisi yang buruk bisa membuatnya rugi.
“Jual rugi juga pernah, misal aku beli bahan dan restorasinya Rp2,1 juta, aku jualnya Rp2,1 juga, tenaganya enggak dibayar, yang penting ada pengalaman membangun, jam terbang naik, karena masih belajar,” kata laki-laki berusia 31 tahun tersebut.
Kini, Wido memilah sepeda bekas yang sekiranya masih bisa terselamatkan. Perhatian utamanya pada frame atau rangka utama sepeda. Dia perlu memastikan tidak ada besi yang keropos atau peyok. Sementara bagian-bagian kecil sepeda bisa menggunakan onderdil baru.
“Semuanya autodidak, enggak ada yang ngajarin, nonton youtube, dan yang penting praktik,” katanya.
Restorasi satu sepeda sekitar empat hari. Setelah itu perlu dicek fungsionalnya dengan uji coba langsung di jalan. Bulan Januari 2025 lalu, Wido bisa menjual 12 sepeda. Kebanyakan konsumen Federal Jogja berasal dari luar Pulau Jawa, seperti Sulawesi, Kalimantan, hingga Sumatera. Wido pernah menjual sepeda dengan harga termurah Rp900.000 dan termahal Rp4,5 juta.
Obat Nostalgia
Tidak ada alasan khusus Wido senang dengan sepeda jenis Federal. Dia mengatakan bahwa kesan sepeda tersebut yang lawas, unik, dan langka, bisa jadi menjadi faktor yang membuatnya suka. Sepeda Federal juga cukup terjangkau, sehingga hasil setelah restorasi masih bisa menjangkau kelas menengah ke bawah.
Wido mengatakan Federal terakhir diproduksi tahun 2000. Pabrikannya dari PT. Astra Internasional Tbk (ASII). Sekitar tahun 1990-an, setiap pembelian motor GL Pro atau Mobil Kijang, maka hadiahnya sepeda Federal. Berhentinya produksi Federal, membuat jumlah sepeda ini tidak bertambah lagi. Sekarang bahkan banyak Federal yang sudah jadi rongsok.
Justru lawasnya sepeda ini, yang membuat setiap kali pencarian atau penjualan, terdapat ruang nostalgia. “Pernah ada yang jual sepeda bekas Federal, dia bilang kenangan dari ayahnya yang udah meninggal. Saat dia bersih-bersih gudang, nemu tiga sepeda, yang dijual dua,” kata Wido.
Bangkitnya kenangan lama tidak hanya dari penjual sepeda bekas, namun juga pembelinya. Wido pernah mendapatkan pembeli, yang memang sengaja mencari sepeda Federal. Pembeli itu pernah mendapat hadiah Federal dari ayahnya, namun sudah lama hilang.
Dia ingin mencari lagi sepeda yang sejenis. “Cari yang kaya gitu, ketemu Federal Jogja, langsung dibayar harganya Rp1,5 juta. Dulu dibeliin ayahnya tahun 80-an harganya Rp1,5 juga,” katanya. “Dia seneng banget, kenangan sama bapaknya dulu, sampai cerita bikin story di media sosial panjang banget, itu terharu sih. Ini bisa jadi obat kangen kalau kata orang-orang.”
Menjaga Ini Tetap Menyenangkan
Federal Jogja lahir dari kesenangan mengulik sepeda. Maka operasionalnya juga lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Wido Widiatmoko hanya menjual restorasi sepeda Federal sesuai dengan seleranya.
BACA JUGA : Ekonom Dukung Keputusan BI Tahan Suku Bunga 6%
Dia tidak menerima reparasi atau pesanan custom sepeda dari konsumen. Setidaknya sejauh ini belum menerima, tidak tahu misal ke depannya akan berubah. “Aku menjalankan bengkel ini sesuai dengan yang mau dijual aja, konsep dari sini,” katanya.
Wido khawatir, saat menerima pesanan custom atau reparasi, maka pengerjaannya akan terburu-buru. Hal tersebut berpotensi berdampak pada kualitas hasil akhir sepedanya. Belum lagi misal pesanan menumpuk, Wido khawatir pikirannya justru semakin tidak tenang. “Khawatirnya ngerjainnya enggak ikhlas dan enggak santai,” kata Wido.
Mengerjakan sesuai dengan kemauan, sebab Wido juga punya kesibukan lain. Dia memiliki toko thrifting. Wido juga seorang abdi dalem musikan. Dia tergabung dalam Yogyakarta Royal Orchestra (YRO), atau kelompok orchestra di Kraton Jogja.
“[Federal Jogja] ini kegiatan pas enggak ada job musik, jadi enggak ada target. Ngerjainnya santai dan rapi, kalau ngerjainnya ikhlas hasilnya bagus,” kata Wido.
Dengan prinsip ini, Wido berharap usaha Federal Jogja bisa bertahan lama, syukur-syukur sampai dia tua. Wido juga berharap memiliki bengkel yang semakin luas. Saat ini, perlengkapan yang berada di bengkel semakin banyak dan menumpuk.
Seperti siang itu, Wido baru saja pulang dari Klaten, berburu frame sepeda Federal. Hasilnya, tiga frame bisa Wido bawa pulang, untuk menunggu jadwal restorasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2025/02/12/1203973/andong-patalan-bantul.jpg)
Pemerintah Kalurahan Patalan Bantul Sediakan Wisata Naik Andong Keliling Perdesaan
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal SIM Keliling di Kulonprogo Hari Ini, Sabtu 15 Februari 2025
- Jadwal Terbaru KA Prameks Kutoarjo-Jogja, Sabtu 15 Februari 2025, Naik dari Stasiun Kutoarjo ke Tugu Jogja
- Jadwal SIM Keliling di Gunungkidul Hari Ini, Sabtu 15 Februari 2025, Cek Lokasinya di Sini
- Jadwal Bus Damri dari Jogja-Bandara YIA dan Sekitarnya, Sabtu 15 Februari 2025
- Jadwal SIM Keliling di Bantul, Sabtu 15 Februari 2025, Cek Lokasinya di Sini
Advertisement
Advertisement