Advertisement
Wali Kota Jogja Komitmen Lanjutkan Program Gandeng-Gendong dan Batik Segoro Amarto

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA - Seusai dipimpin oleh penjabat wali kota selama tiga tahun berturut-turut, estafet kepemimpinan di Kota Jogja saat ini dipegang oleh Hasto Wardoyo.
Berbagai inovasi sudah dia canangkan di awal kepemimpinannya ini. Meski demikian, Hasto berkomitmen untuk melanjutkan berbagai program peninggalan dari pemimpin sebelumnya yang menurutnya bernilai tinggi.
Advertisement
Saat ditemui belum lama ini di Balai Kota Jogja, Hasto mengatakan akan kembali menggerakkan program Gandeng-Gendong. Ini merupakan program yang digagas oleh Wak Wali Kota Jogja Periode 2017-2022 Heroe Poerwadi.
BACA JUGA: 8 Proyek Strategis Pemkot Jogja Ini Tetap Jalan Pakai APBD
Lewat program Gandeng-Gendong, UMKM di Kota Jogja digerakkan untuk berdaya. UMKM digandeng untuk bisa menyuplai makanan dan minuman untuk berbagai acara di lingkup Pemkot Jogja. Program ini juga dinilai sukses memutar roda perekonomian di Kota Jogja.
"Saya di Kota Jogja paham betul semua yang baik akan saya teruskan," ujarnya saat ditemui di Balai Kota Jogja beberapa waktu lalu.
Selain program Gandeng-Gendong, produk batik bermotif khas Kota Jogja juga akan terus disebarluaskan. Batik ini diberi nama Segoro Amarto, yang juga sekaligus menjadi jargon andalan Kota Jogja. Segoro Amarto punya kepanjangan Semangat Gotong Rotong Agawe Majune Ngayogyakarta.
Menurut Hasto, penanda daerah memiliki nilai yang penting. Bukan dalam segi nilai material, tapi dalam segi imaterial ataupun dilihat dari filosofinya. Sebuah penanda daerah diharapkan bisa turut menghidupkan perekonomian warga Kota Jogja.
Batik Segoro Amarto misalnya, jika dipatenkan, didaftarkan pada Hak Kekayaan Intelektual, dan wajib digunakan dalam lingkup pemerintahan ataupun pendidikan maka akan turut menghidupkan para perajin batik di Kota Jogja.
BACA JUGA: Mengatasi Masalah Sampah, Pemkot Jogja Gandeng UGM untuk Kembangkan Teknologi Pengolahan
Menurutnya, ini sejalan dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto untuk mencegah capital flight. "Kalau hanya batik biasa yang tidak ciri khas tertentu dan tidak di hak kekayaan intelektual-kan, pada belinya di Tanah Abang, impor dari negara lain dalam bentuk printing, uangnya lari. Harus berdikari dalam bidang ekonomi dan harus swa-sembada. Menyiapkan batik tidak cukup satu setengah tahun. Kalau mau dari nol dan ketika masa jabtan sudah mau habis, kan repot," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Amerika Serikat Keluarkan Peringatan Perjalanan untuk Warganya ke Indonesia, Hati-Hati Terorisme dan Bencana Alam
Advertisement
Berita Populer
- PN Segera Agendakan Sidang Gugatan Praperadilan Polresta Sleman
- Fakta Kebocoran Soal ASPD SMP di Jogja: Ada Guru Mengunduh File Rahasia, Mengambil Soal dan Membagikan ke Siswa
- Pernikahan Luna Maya dan Maxime Pakai Tata Rias Khas Jogja, Begini Respons Himpunan Ahli Rias DIY
- UAJY Terima SK Guru Besar dan Pembukaan Prodi Teknologi Informasi Program Doktor
- Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan Indonesia 2025 Meningkat
Advertisement