Advertisement
Pengembangan Pariwisata Sleman, Dispar Gagas Trail of Industrialisation

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Sleman terus berupaya mengembangkan sektor pariwisata di Bumi Sembada. Dispar kemudian mengajukan gagasan yang dapat dirancang dan dikerjakan secara kolaboratif mengenai konsep trail of industrialisation.
Kepala Bidang Pemasaran Dispar Sleman, Kus Endarto, mengatakan dia membagi pengembangan pariwisata di Sleman menjadi tiga wilayah, yaitu Sleman Timur, Barat, dan Utara. Di tiap wilayah ini, ada kapanewon/ kecamatan yang akan menjadi tumpuan pengembangan pariwisata.
Advertisement
Secara umum, konsep trail of industrialisation berporos pada peninggalan-peninggalan sejarah yang merekam perkembangan industri di Sleman. Dispar akan menghubungkan dan membuat narasi di tiap jejak peninggalan yang ada.
Di sisi timur, kapanewon yang masuk dalam segitiga pariwisata adalah Kalasan, Prambanan, dan Berbah. Tiga kapanewon ini akan menyokong pariwisata sekitarnya. Prambanan yang berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah memiliki potensi untuk dieksplorasi. Adapun Berbah berbatasan dengan Bantul dan Kalasan berdekatan dengan perkotaan Depok.
Di sisi barat, kapanewon yang masuk dalam segitiga pariwisata adalah Tempel, Seyegan, dan Minggir. Tempel berbatasan berbatasan dengan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Minggir berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo dan Seyegan berdekatan dnegan perkotaan Sleman.
“Gamping dan Godean akan ikut mendukung pengembangan pariwisata di segitiga sisi barat,” kata Kus Endarto kepada wartawan, Jumat (21/3/2025).
Sementara, sisi utara hanya mencakup Kapanewon Cangkringan dan Pakem yang dimulai dari Museum Gunung Merapi ke atas. Di tiga wilayah yang Kus sampaikan tersebut akan dikembangkan dengan teman yang berbeda-beda.
Paling tidak, kata dia pengembangan sisi timur akan menjelajahi candi. Sisi barat akan menjelajahi potensi pertanian termasuk irigasi Van Der Wick. Sisi utara akan kental dengan narasi sejarah, seperti sejarah komisi tiga negara (KTN) 1948.
“Kami juga punya gagasan dalam membuat rumah jompo internasional. Ini ada kaitannya dengan usia harapan hidup di Sleman. Kami melihat demografi Sleman dalam mengembangkan pariwisata,” katanya.
Kepala Dispar Sleman, Ishadi Zayid, mengatakan pengembangan pariwisata di Sleman ke depan akan bertumpu pada community based tourism yang dapat dilihat melalui keberadaan desa wisata. Desa wisata dapat menjadi tawaran atau siasat agar wisatawan mau berkunjung di Sleman.
“Exit tol yang ada di sisi timur dan barat Sleman bisa menjadi ancaman selain juga peluang. Orang bisa sekadar melintas saja,” kata Zayid.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Upacara Tawur Agung Digelar di Candi Prambanan, Catat Tanggalnya
Advertisement
Berita Populer
- Prakiraan Cuaca di Jogja Hari Ini, Sabtu 22 Maret 2025, Waspada, Ada Hujan Ringan!
- Catat, Ini Jadwal dan Tarif DAMRI
- Wamentan Minta Petani Tak Jual Padi di Bawah HPP
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 22 Maret 2025: Dari Prediksi Perputaran Uang Wisatawan di Sleman Capai Rp1 Triliun Selama Libur Lebaran Hingga Rekayasa Exit Tol Tamanmartani Terkini
- Rute dan Tarif Trans Jogja Terkini
Advertisement
Advertisement