Advertisement
Berawal dari Mimpi, Produk UMKM dari Bantul ini Tembus Luar Negeri

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL-Agus Dwiyanto, 37, salah satu pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) dari Bantul membuktikan bahwa hasil kerajinan UMKM bisa tembus pasar Internasional. Ia bersama istrinya Titis Hana Sasti, 33, sukses membuat tas dari kulit sapi asli yang dikirim ke sejumlah daerah di Indonesia hingga mancanegara. Bagaimana ceritanya, berikut laporan wartawan Harian Jogja, Ujang Hasanudin.
Lokasi produksinya tidak jauh dari pusat Pemerintahan Kabupaten Bantul. Berada di Dusun Menden, Kalurahan Bantul, Kapanewon Bantul. Setiap hari Agus bersama istri serta keempat orang yang membantunya memproduksi tas kulit sapi di situ.
Advertisement
Ada yang bagian menjahit, membuat pola, menggunting, bagian melipat hingga pengemasan, kemudian dikirim sesuai pesanan. Semuanya dilakukan dalam satu tempat yang juga menjadi rumah tinggalnya.
Agus mengatakan usahanya tersebut berawal dari sebuah mimpi yang ingin berwiraswasta. Ia mencari ide hingga akhirnya ditawari oleh temannya untuk membuat tas dari kulit sapi. Ia pelajari tawari temannya tersebut kemudian mencoba untuk membuat tas.
Tak disangka hasil buatannya ternyata mendapat apresiasi dari temannya dan juga para pengrajin dari kulit yang kemudian membuatnya percaya diri untuk memproduksi tas dan sepatu dengan peralatan manual.
BACA JUGA: Kisah Inspiratif Triyono Membangun Difa Bike, Ojek Penyandang Disabilitas di Jogja
Hasil produksinya ia promosikan sendiri dengan brand Walker Leather. Penjualan awalnya dilakukan dengan ikut pameran, bazar. Ia juga promosikan melalui media sosial seperti Instagram dan facebook. Pada 2018 ia mulai mencoba pasar digital melalui platform lokapasar atau e-commerce yang menurutnya menjadi titik balik penting dalam perkembangan usahanya.
Metode Penjualan
Dengan adanya lokapasar penjualannya menjadi terbantu. “Awalnya penjualan dilakukan sendiri tapi setelah masuk ke marketplace shopee produk banyak dilihat orang sehingga promosi jadi terbantu. Apalagi di marketplace ada program rutin kampanye produk lewat exposure. Kalau masuk top 1-20 orang semakin tahu,” katanya, Rabu lalu.
Menurutnya exposure merupakan strategi pemasaran untuk meningkatkan visibilitas merek dan produk agar lebih dikenal oleh masyarakat. Hasilnya produk Walker Leather pun makin dikenal dan akhirnya meningkatkan penjualan.
Tas motif produk Walker Leather di Menden, Kalurahan/Kapanewon/Kabupaten Bantul, Rabu (14/5/2025)./ Harian Jogja - Ujang Hasanudin
Dengan meningkatnya penjualan, proses produksi mulai menggunakan mesin agar lebih cepat, seperti mesin jahit dan juga mesin printing. Walker Leather pun tidak lagi hanya memproduksi tas dan sepatu namun juga dompet, ikat pinggang, hingga merchandise.
Pemesanan pun terus berdatangan dari berbagai kalangan, mulai dari instansi pemerintah, perusahaan BUMN hingga swasta dan perorangan. Produksinya dikirim ke hampir semua provinsi di Indonesia.
“Sampai luar negeri juga ke Malaysia, Thailand, dan Singapura,” ujarnya.
Untuk harga dompet banderol 180.000-300.000, ikat pinggang Rp230.000. Sementara tas Rp400.000 hingga Rp1 juta. “Tergantung ukuran dan motif-nya,” ucap Agus. Pihaknya juga menerima pesanan pembuatan berbagai merchandise dari kulit dan gratis grafir atau ukiran nama dalam merchandise.
Lebih lanjut Agus mengatakan dengan ikut pemasaran digital banyak diuntungkan. Tidak hanya memperluas jangkauan dan meningkatkan penjualan, namun juga dapat menekan biaya promosi. Selain itu juga menjaga kepercayaan.
Pekerja sedang menyelesaikan merchandise dari kulit sapi brand Walker Leather di Menden, Kalurahan/Kapanewon/Kabupaten Bantul, Rabu (14/5/2025)./ Harian Jogja - Ujang Hasanudin
Sementara itu Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (DKUKMPP) Bantul mencatat hampir 70 persen produk ekspor DIY 70 persennya dari Kabupaten Bantul. “Yang terbesar salah satunya dari sektor kriya dan kerajinan misalnya kerajinan kayu, kulit, logam, kaca, dan sebagainya,” kata Kepala Bidang Usaha Mikro, DKUKMPP Bantul, Dendi Sulistyo Wibowo mengatakan.
Jumlah ekspor khusus di Bantul tahun 2024 sebanyak 918 dari 80 eksportir dengan volume 27.785 senilai 120.574.383,72 Dolar Amerika pada 26 jenis komoditi terbesar antara lain furniture, kerajinan, garmen ke 88 negara tujuan diantaranya ke Amerika, Australia, Belanda, Perancis, Jerman dan sebagainya.
Menurut Dendi sebagian besar produk kerajinan yang diekspor masih melewati pihak ketiga atau trader yang menjadi agen ekspor. “Alasannya macam-macam, ada yang tidak mau ribet dengan perizinan. Ini menjadi PR kami untuk terus melakukan pembinaan,” katanya.
Selain itu pihaknya juga terus melakukan pendampingan pada sejumlah pelaku UMKM untuk go digital. Menurutnya digitalisasi merupakan keniscayaan untuk memperluas pemasaran produk UMKM Bantul. Sarananya melalui marketplace seperti shopee, tokopedia, media sosial, dan e-katalog lokal, kemudian juga kolaborasi dengan startup, BUMDes, koperasi digital, dan institusi pendidikan diperkuat.
Saat ini masih belum banyak UMKM Bantul melakukan pemasaran lewat marketplace. “Digitalisasi kami terus kawal, dari cangkupan UMKM yang berdigital belum ada separuhnya dari jumlah UMKM keseluruhan di Bantul. Kami terus dorong,” ujarnya. Ia juga mengajak pelaku usaha untuk terus mengupdate teknologi informasi untuk kemajuan usahanya. ([email protected] )
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Demo Besar Pengemudi Ojol Hari Ini di Jakarta, Massa Bergerak Mulai Pukul 12.30 WIB
Advertisement

Berikut Sejumlah Destinasi Wisata Berbasis Pedesaan di Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Disdikpora Bantul Nilai ASPD Penting
- Pemkab Gunungkidul Alokasikan Rp2,2 Miliar untuk Biayai Program Kesetaraan Pendidikan
- DIY Targetkan Bebas Malaria Juni 2025, Perang Terhadap DBD Terus Digencarkan
- Kasus Obesitas Melonjak, Dinkes Bantul Klaim Efek Skrining dan Gaya Hidup Tak Sehat
- Pelaksanaan Hari Pertama ASPD SD/MI di Bantul Diklaim Lancar
Advertisement