Advertisement
Pemkab Gunungkidul Diminta Cari Solusi Permanen untuk Krisis Air Bersih

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Anggota DPRD Gunungkidul mendorong pemkab Gunungkidul memiliki solusi pasti untuk menangani krisis air bersih yang terjadi saban tahun. Pasalnya, penyaluran bantuan air dinilai hanya bersifat sementara sehingga tidak menyelesaikan permasalahan yang ada.
Ketua DPRD Gunungkidul, Endang Sri Sumiyartini mengatakan, krisis air bersih menjadi masalah yang belum terselesaikan saat musim kemarau. Hingga sekarang, sudah ada program penyaluran bantuan ke Masyarakat yang membutuhkan.
Advertisement
Hanya saja, ia mengakui program ini bukan menjadi solusi jangka panjang. Hal itu dikarenakan, pelaksanaan hanya sebatas membantu sehingga saat air yang diberikan habis, maka harus mencari lagi.
“Hanya solusi sementara, makanya kami dorong pemkab untuk memikirkan solusi jangka panjang sehingga masalah krisis air bersih di musim kemarau dapat teratasi,” kata Endang, Sabtu (30/8/2025).
BACA JUGA: Puluhan Ribu Warga Gunungkidul Alami Kekeringan
Meski demikian, pihaknya juga terus mendorong agar pelaksanaan penyaluran bantuan air bersih juga semakin dipercepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan di Masyarakat. Adapun solusi jangka panjang yang ditawarkan bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Selain menemukan potensi sumber-sumber baru yang dilengkapi dengan program konsevasi air, juga bisa dilakukan dengan upaya perluasan layanan PDAM. Di sisi lain, juga dibutuhkan pembangunan embung sebagai tempat penampungan air yang dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar.
“Sebenarnya potensi sumber air di Gunungkidul banyak karena memiliki sejumlah sungai bawah tanah. Ini bisa dimanfaatkan untuk perluasan jaringan air bersih ke Masyarakat, sehingga tidak lagi mengalami krisis saat kemarau,” katanya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Gunungkidul, Sumadi mengatakan, di tahun ini mengganggarkan untuk bantuan air bersih sebanyak 1.500 tangki. Hanya saja, ia mengaku hingga sekarang pagu anggaran tersebut belum terpakai karena penyaluran droping air urung dilaksanakan.
“Masih aman karena belum ada permintaan, makanya penyaluran bantuan air bersih belum dilaksanakan hingga sekarang,” kata Sumadi.
Menurut dia, fenomena kemarau basah memberikan pengaruh besar karena meski sudah memasuki musim kering. Namun, sambung Sumadi, di wilayah Gunungkidul masih sering terjadi hujan.
Kondisi ini pun ikut berdampak terhadap stok Cadangan air bersih warga masih mencukupi. “Hujan yang turun menjadi penambah Cadangan air bersih milik warga, khususnya di wilayah-wilayah yang sering mengalami krisis saat kemarau,” katanya.
Disinggung mengenai potensi rawan kekeringan di Gunungkidul, Sumadi mengaku sudah meminta data dari setiap kapanewon. Hingga sekarang, sambung dia, sudah ada 24.137 jiwa di sepuluh kapanewon terancam kekeringan di kemarau tahun ini.
Kapanewon Panggang menjadi wilayah terdampak karena ada laporan sebanyak 13.624 warga yang berpotensi mengalami kekurangan air bersih. “Berikutnya ada Kapanewon Saptosari dengan jumlah 2.916 jiwa dan Kapanewon Girisubo sebanyak 2.612 jiwa. Untuk tujuh kapanewon lainnya, warga terdampak kurang dari 2.000 jiwa di setiap kapanewonnya,” ungkapnya. (David Kurniawan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Kebun Bunga Lor JEC Jadi Destinasi Wisata Baru di Banguntapan Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Top Ten News Harianjogja.com, Minggu 31 Agustus: Bahaya Kontraksi APBD DIY, Aksi Demo 1 September
- Jadwal Bus Sinar Jaya ke Pantai Parangtritis dan Pantai Baron, Cek di Sini
- Pemkab Ajukan Pinjaman ke BPD DIY untuk Bangun Gedung Baru RSUD Sleman
- Aliansi Jogja Memanggil Menilai Wajar Rakyat Marah, Ini Alasannya
- Pemkab Bantul Usulkan 3.000 Tenaga Harian Lepas Jadi PPPK Paruh Waktu
Advertisement
Advertisement