Advertisement

Kekeringan di Kulonprogo Mulai Mereda, Dropping Air Dihentikan

Khairul Ma'arif
Kamis, 13 November 2025 - 18:57 WIB
Jumali
Kekeringan di Kulonprogo Mulai Mereda, Dropping Air Dihentikan Kekeringan / Ilustrasi StockCake

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO—Musim penghujan mulai meredakan kekeringan di Kulonprogo. BPBD mencatat, dropping air terakhir dilakukan pada 31 Oktober dan kini sumber air warga mulai pulih.

Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kulonprogo, Budi Prastawa, mengatakan hujan yang turun menyebabkan mata air atau sumur warga mulai memiliki sumber air. Kondisi ini membuat dampak kekeringan mulai mereda bahkan hilang.

Advertisement

"Terakhir kami melakukan dropping air pada 31 Oktober lalu, sudah hampir dua pekan berlalu," katanya saat dikonfirmasi, Kamis (13/11/2025).

Budi menjelaskan, kekeringan di Kulonprogo terjadi karena faktor musim kemarau yang menyebabkan air tanah menghilang. Ia menyampaikan, dua titik terakhir yang mendapat bantuan air adalah Padukuhan Sumbersari, Kalurahan Banjarasri, Kapanewon Kalibawang, dan Padukuhan Junut, Kalurahan Purwoharjo, Kapanewon Samigaluh.

Meskipun intensitas hujan di Kulonprogo sejauh ini belum setiap hari, curah hujan yang ada sudah cukup untuk mengisi air tanah di daerah rawan kekeringan.

"Daerah kekeringan di Kulonprogo seringnya berada di kawasan Menoreh, seperti Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo, dan beberapa bagian di Nanggulan serta Pengasih," ucapnya.

Menurut Budi, kekeringan yang terjadi kali ini terbilang tidak terlalu parah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari jumlah tangki air yang digunakan untuk dropping air yang jumlahnya tidak banyak.

Bahkan, dari 100 unit tangki air yang disediakan oleh BPBD Kulonprogo, masih banyak yang tersisa dan belum terpakai. "Jadi, bantuan tangki air dari Baznas atau Dinsos DIY masih utuh," ungkapnya.

"Selama masa kekeringan kali ini, sudah 16 tangki air yang disalurkan, dan itu hanya milik BPBD saja," lanjut Budi. Ia menyampaikan, 16 tangki tersebut disalurkan sejak September 2025 lalu, baik untuk sekolah hingga tempat ibadah.

Budi mengaku jumlah tersebut adalah yang paling sedikit dibandingkan musim kemarau sebelumnya. "Pada tahun lalu, kekeringan berdampak pada sekitar seribu jiwa. Kalau sekarang, yang terdampak kekeringan tidak sampai 500 jiwa," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Shutdown AS Usai, Demokrat Dituding Kalah dalam Strategi Politik

Shutdown AS Usai, Demokrat Dituding Kalah dalam Strategi Politik

News
| Kamis, 13 November 2025, 20:27 WIB

Advertisement

Sakral, Abhiseka Prambanan Rayakan Usia ke-1.169

Sakral, Abhiseka Prambanan Rayakan Usia ke-1.169

Wisata
| Kamis, 13 November 2025, 09:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement