Advertisement
SDM Hambatan Utama BUMDes

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL -- Forum Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Indonesia menyebut dari 27.067 BUMDes hanya sekitar 10% yang usahanya jalan. Sisanya tidak jalan, dan ada yang jalan tetapi tidak memberikan keuntungan.
Demikian diungkapkan Sekjen Forum BUMDes Indonesia Rudy Suryanto saat meresmikan Taruna Desa di Kampung Mataraman, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Sabtu (8/9/2018).
Advertisement
PROMOTED: Dari Garasi Rumahan, Kini Berhasil Perkenalkan Kopi Khas Indonesia di Kancah Internasional
"Desa sebenarnya tidak miskin potensi tetapi persoalan utama adalah sumber daya manusia [SDM]. Pengelola BUMdes butuh orng-orang yang kreatif agar produknya di terima masyarakat," kata Rudy.
Menurut dia, modal bukan menjadi persoalan dalam pengelolaan BUMDes, karena desa sudah digelontor dana desa yang cukup besar dan bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan BUMDes. Namun dana dan sarana menjadi percuma jika pengelolanya tidak kreatif dan tidak memahami bisnis.
Karena itu pihaknya sengaja membuka Taruna Desa sebagai ajang komunikasi para pemuda desa calon pengurus BUMDes dan menjadi sekolah manajemen BUMDes. Dalam forum tersebut Rudy mengaku menghadirkan juga para pengelola BUMDes yang dianggap sukses, di antaranya BUMDes di Desa Nglanggeran Gunungkidul, BUMdes di Ponggok, Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah, dan BUMDes Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul.
"Tahap awal ini kami latih lima orang menjadi Taruna Desa dari total 200 orang yang mengajukan. Kami pilih pemuda-pemuda yang benar-benar ingin mengelola potensi dengan mengajukan proposal," ujar Rudy.
Ia berharap para Taruna Desa ke depan semakin banyak dan menjadi agen perubahan di desanya masing-masing. Dengan demikian, peran BUMDes nantinya dapat merekrut banyak pegawai sehingga dapat mengurangi pengangguran.
Pengelol BUMDes Tirta Mandiri, Ponggok, Polanharjo, Klaten, Joko Winarno mengatakan awal berdiri BUMDes Tirta Mandiri hanya mengelola potensi air. BUMDes yang didirikan pada 2009 lalu itu sempat merugi selama dua tahun, selanjutnya dapat menghasilkan. Bahkan omzet pada 2017 lalu mencapai Rp13,4 miliar dalam setahun.
Unit usaha pun semakin bertambah. Selain potensi air ada kuliner, wisata, perikanan, persewaan kios, persewaan gedung, jasa, simpan pinjam, dan rental mobil. "Total ada 82 karyawan yang semuanya adalah warga Desa Ponggok," kata Joko.
Selain dapat memberdayakan pemuda, keberadaan BUMDes di Ponggok ini dapat memberikan manfaat dengan membantu menanggung iuran BPJS bagi 350 warga yang belum tertanggung, hingga memberikan beasiswa kepada warga yang melanjutkan ke perguruan tinggi.
Menurut Joko dalam mengelola BUMDes persoalan utama adalah menyatukan visi misi antara pengelola, perangkat desa, dan masyarakat. Karena keberadaan BUMDes sangat tergantung perhatian dari pemerintah desa. "Pertama butuh orang serius untuk mengelola, kedua perhatian pemerintah dan perangkat desa," ujar Joko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Berita Pilihan
Advertisement

Misterius! 3 Lumpang Batu Dipercaya Warga Simpan Harta Karun Emas
Advertisement

Wah...Kini Ada Wisata Pasar Kuliner Minggu Pagi di Pakuningratan Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Cerita Delegasi Asal Malaysia Tawarkan Layanan Kesehatan di ATF
- Yang Mau Malam Mingguan, Cek Dahulu Cuaca Jogja Malam Ini!
- Ratusan Investor Global dan Domestik Komitmen Berinvestasi di IKN Nusantara
- Kulonprogo Gelontorkan Rp10 Miliar untuk Bantu Warga dengan Sembako Lokal
- Foto Karya Mahasiswa Dipamerkan di Vredeburg
Advertisement
Advertisement