Advertisement
Generasi Muda Jangan Sampai Hilangkan Budaya Asal

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Generasi muda diingatkan untuk tidak terasing dengan kebudayaan daerahnya. Meski berada di wilayah DIY, kearifan lokal daerah tidak boleh dihilangkan.
Dosen Filsafat UGM Abdul Malik Usman mengatakan kalangan pemuda memiliki posisi yang penting untuk menjaga budaya dan peradaban. Jika dikaitkan dengan local wisdom, generasi muda memiliki akar sejarah dengan kebudayaan di mana dia dilahirkan.
Advertisement
"Era modernisasi dan globalisasi saat ini menyebabkan generasi muda yang tercerabut dari kebudayaannya. Harus ada gerakan pemuda generasi budaya agar mereka tidak kehilangan jati dirinya," katanya di sela-sela Diskusi Publik Kaum Muda dan Kesadaran Budaya yang digelar Angkatan Muda Asal Lamakera NTT Jogja di Gedung Societeit, kompleks Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Rabu (24/7/2019) malam.
Di sisi lain, Ketua DPD Vox Point' Indonesia DIY Jhon S Keban mengatakan berbicara peradaban bangsa membutuhkan Ketahanan Budaya Bangsa. Nilai-nilai kebudayaan yang universal seperti gotong royong, kejujuran, kejujuran, keadilan, religiusitas, peduli lingkungan dan lainnya harus terus-menerus diangkat. "Di Flores ada kebudayaan Lamaholot juga memiliki kearifan lokal yang sama. Bagaimana menjadikan budaya Lamaholot menjadi sari budaya bangsa," katanya.
Dia mengatakan kultur masyarakat Lamaholot memiliki kultur masyarakat yang terbuka, mudah beradaptasi dan teguh dengan pendiriannya. Di manapun orang Lamaholot tinggal, mereka mau mendengar, rendah hati dan tahu diri. "Mereka bisa survive dalam situasi apapun. Ini menjadi kebanggaan masyarakat Lamaholot. Mereka juga punya nilai kesamaan universal yang juga dimiliki masyarakat Jogja," katanya.
Dengan begitu, keberadaan pelajar dan mahasiswa Lamaholot di DIY bisa menambah kekayaan khasanah budaya dan membangun persaudaraan sejati sesama anak bangsa. Orang Lamaholot memiliki nilai keunggulan yang menjadi karakteristik anak bangsa.
Mahasiswa asal Lamaholot dari Angkatan Muda Asal Lamakera Jogja Hakim Ridwan mencontohkan salah satu budaya yang masih dijaga oleh mahasiswa Lamaholot adalah saat berpakaian. "Anak-anak perempuan Lamaholot tidak mengenakan celana pendek. Ini kami pertahankan untuk menjaga kultur. Mereka boleh berdandan, tetapi tidak boleh berlebihan," katanya.
Nilai-nilai dan kultur yang dibawa pelajar dan mahasiswa dari Lamaholot tidak hanya diterapkan di DIY. Di beberapa daerah seperti Kupang, Makasar dan Malang, mereka juga tetap menjaga budaya yang ada di Lamaholot.
"Kami tidak boleh tercerabut dari nilai budaya kami. Mahasiswa yang merantau selama ini tidak sedikit yang lupa pada kebudayaannya. Kami mendorong agar mereka juga ikut menjaga kultur dan budayanya," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Dirut Garuda Larang Karyawan Gunakan Jatah Tiket Gratis saat Libur Nataru
Advertisement

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya
Advertisement
Berita Populer
- Libur Natal dan Tahun Baru 34 Simpang di Kota Jogja Diatur Otomatis
- Layanan Kedaruratan Jogja PCS 119 Yes Dapat Penghargaan
- Ade Armando Bicara Politik Dinasti, Wakil Ketua DPRD DIY: Memalukan
- Beredar Undangan Menggeruduk Kantor PSI DIY, Minta Tangkap Ade Armando
- Hingga Hari Ini Bawaslu DIY Temukan 5 Kampanye Terselubung Tanpa Pemberitahuan
Advertisement
Advertisement