Advertisement
Karyawan Tak Sepenuhnya Bisa Dipantau via Mobile Presensi

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Tingkat kehadiran aparatur sipil negara (ASN) di Gunungkidul tidak dapat sepenuhnya dipantau melalui mobile presensi (mobsi). Sistem mobsi diterapkan untuk menekan jumlah ASN agar tidak melakukan tindakan indisipliner.
Kasubbid Status dan Kedudukan Kepegawaian Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah (BKPPD) Gunungkidul, Sunawan, mengatakan sistem mobsi dibuat agar ASN tertib dalam tingkat kehadiran. Namun demikian, mobsi hanya sebuah alat, sehingga dibutuhkan kedisiplinan dan pengawasan. "Diperlukan pengawasan karena setiap alat pasti punya keterbatasan," kata Sunawan, Senin (23/9/2019).
Advertisement
Pengawasan, menurut Sunawan, sangat penting terutama terkait adanya indikasi kecurangan ASN yang menggunakan aplikasi GPS palsu sehingga seolah-olah pegawai tersebut berada di tempat kerja. Oleh karena itu, segenap pimpinan wajib mengecek dan memantau bawahannya. "Jika ketahuan tidak ada di tempat kerja maka dianggap tidak masuk," katanya.
Sunawan menyatakan jumlah kehadiran ASN berdampak pada tunjangan perbaikan penghasilan (TPP). "Jika tingkat kehadiran rendah otomatis ada pengurangan TPP," ujarnya.
Menurutnya, pengawasan mobsi online dilakukan langsung oleh atasan langsung. Adapun sanksi bagi ASN yang bolos kerja selama lima hari yakni memperoleh hukuman disiplin tingkat ringan, tidak masuk kerja selama 10 hari mendapat teguran tertulis dan apabila tidak masuk tanpa keterangan selama 15 hari berturut-turut diberikan pernyataan tidak puas.
Kepala SMP Negeri 1 Tepus, Heriyanto, menuturkan sistem mobsi efektif digunakan untuk guru dan karyawan terkait dengan tingkat kehadiran. Dengan mobsi, Haryanto mengaku tidak perlu memantau guru dan karyawan di depan pintu gerbang sekolah setiap pagi. "Mereka bisa dipantau langsung lewat mobsi," kata dia.
Dia menjelaskan pengecekan kehadiran per minggu jumlah jamnya mencapai 37,5 jam. Ia memastikan di sekolah yang dia pimpin tidak ada guru maupun karyawan yang memakai aplikasi GPS palsu. "Pengawasan individual terus kami lakukan dengan berkeliling kelas untuk cek kelas saat jam pelajaran," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Penerima Bansos Terlibat Judol, Wakil Ketua MPR: Layak Diganti
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Sempat Tertahan di Taiwan, Jasad PMI Asal Paliyan Akhirnya Bisa Dipulangkan ke Gunungkidul
- TPS3R Potorono Resmi Beroperasi, Bupati Bantul: Kita Harus Selesaikan Masalah Sampah!
- Ratusan Ribu Penerima Bansos Terindikasi Terlibat Judi Online, Ini Komentar Sosiolog UGM
- Udara di DIY Bikin Menggigil, Angin Monsun Jadi Penyebabnya
- 23 Kambing Mati di Turi Sleman Akibat Keracunan Pakan
Advertisement
Advertisement