Keren, Ada Alat Pengontrol Air Irigasi Ciptaan Mahasiswa UGM
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN-- Tim mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM meraih juara dua alam ajang Agricultural Engineering for Sustainable Agriculture Production (AESAP) Student Design Competition 2019 yang diselenggarakan di Institut Pertanian Bogor (IPB), 14-15 Oktober lalu. Mereka berhasil menciptakan teknologi yang membantu sistem irigasi pertanian.
Dalam kompetisi berskala Asia Tenggara ini, tim dari UGM mengajukan desain di bidang teknik pertanian dan biosistem , yakni sistem irigasi otomatis pada lahan pertanian padi dengan metode System of Rice Intensification (SRI).
Advertisement
“Peralatan ini [sistem irigasi otomatis] mampu mengatur bukaan pintu air untuk menyuplai kebutuhan air sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman padi, yang mengikuti kaidah bercocok tanam hemat air dengan metode SRI,” kata Ketua Tim Penelitian, Lukas Wiku, Senin (28/10/2019).
Lukas mengatakan alat yang bisa mengendalikan tinggi muka air tersebut dikembangkan bersama dua rekannya Ahmad Fajar Maulana dan Dian Fatmawati. Kegiatan penelitian dilakukan di Smart Agriculture Research, Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem UGM, di bawah bimbingan dosen Andri Prima Nugroho.
Teknologi yang mereka ciptakan diklaim sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air dalam budidaya tanaman padi sesuai dengan fase pertumbuhannya. Fase pertumbuhan tanaman padi meliputi fase vegetatif (memerlukan ketinggian air sekitar 0,5 sentimeter), masa penyiangan (ketinggian air 23 sentimeter) serta fase generatif (ketinggian air sekitar 0,5 sentimeter). Terakhir masa panen, yang membutuhkan pengeringan lahan.
Peralatan pengendali tinggi muka air tersebut memiliki komponen utama berupa mikrokontroler (Wemos WSP8266). Mikrokontroler dilengkapi dengan sensor tinggi muka air yang berbasis konduktivitas listrik. Perubahan konduktivitas listirik dibaca sebagai perubahan tegangan analog yang selanjutnya digunakan untuk aktivasi bukaan katup pipa air sebagai aktuator (alat pengendali).
Tinggi muka air tercatat secara otomatis menggunakan teknologi cloud, memanfaatkan Wifi untuk pengiriman datanya.
Desain teknologi yang dipresentasikan tim UGM ini berhasil meraih juara dua setelah menyisihkan tim dari Romblon State University Philippines, Universitas Brawijaya Malang dan Universitas Sriwijaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- 5 Hari Penuh, Puluhan Pelajar Kulonprogo Jadi Nelayan
- Pengusaha Muda, Giffari Naufal Arisma Putra, Berkunjung ke Yogyakarta
- Warga Garan Denokan Gelar Selawat dan Doa Bersama untuk Kemenangan Harda-Danang
- Ada 488 PNS Pensiun di Tahun Ini, Begini Harapan PJs Bupati Sleman
- Jadwal KRL Jogja Solo Terbaru, Kamis 21 November 2024, Naik dari Stasiun Tugu hingga Palur
Advertisement
Advertisement