Advertisement
Belum Konkret, Deradikalisasi Masih Sebatas Gaung

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Program deradikalisasi yang dicanangkan Pemerintah Pusat dinilai masih sebatas gaung. Deradikalisasi harus dilakukan lebih konkret dalam mengatasi persoalan radikalisme di Tanah Air.
Anggota DPD RI Cholid Mahmud mengatakan perilaku radikal bisa terjadi di mana saja, perilaku ini merupakan pemahaman secara berlebihan sehingga justru keluar dari apa yang seharusnya diajarkan agama. Ia menegaskan orang perilaku semacam itu harus dikembalikan ke arah perilaku yang normal. Butuh banyak unsur bangsa yang terlibat untuk menghindar masyarakat dari pemahaman yang menyimpang tersebut. Salah satunya melalui deradikalisasi, meski program itu belum secara nyata terlihat.
Advertisement
“Karena lebih banyak gaungnya daripada konkretnya apa yang sedang dilakukan [lewat deradikalisasi], banyak pihak perdebatan tentang pemaknaan radikalisasi kan masih sangat luas. Selama ini masih simpang siur masih berdebat sebenarnya radikalisme itu alamatnya ke siapa,” terangnya dalam diskusi tentang pilar kebangsaan di Kantor DPD RI Perwakilan DIY, Rabu (28/11/2019) malam.
Ia mengatakan sebagai keprihatinan bersama, semua pihak harus berusaha untuk mengembalikan pemahaman masyarakat terhadap nilai agama masing-masing, pada jalan yang benar agar tidak menyimpang. Ia tidak mengingkari adanya beberapa orang berpemahaman yang ekstrem. Meluruskan pemahaman itu menjadi pekerjaan bersama untuk membawa umat yang lebih baik ke depan tanpa adanya konflik.
“Dalam konteks pilar kebangsaan, dasar kita bernegara merupakan kesepakatan moderat dari seluruh unsur, sejak bangsa didirikan, dari pokok kesepakatan tidak ada satu pun nilai yang ekstrim,” katanya.
Cholid mengatakan, karena pemikiran radikal bisa terjadi di mana saja, maka program pencegahan seperti deradikalisasi harus lebih nyata dengan melibatkan banyak pihak. Terutama menyadarkan pihak yang berperilaku radikal, bahwa cara berfikir demikian dengan disertai tindakan kekerasan bukan sebuah solusi.
“Seperti orang membuat bom rakitan [terduga teroris] itu sasaran siapa, target apa, kalau dilakukan dia dapat apa. Apakah bisa mengubah negara dengan itu, saya tidak tahu apakah [seperti temuan bom rakitan] itu betul [mengarah ke radikalisme], tetapi ini adalah contoh orang yang berfikir [radikal] tidak mencari solusi terhadap persoalannya, apa yang bisa diselesaikan dengan bom rakitan seperti itu?,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Cerita Bupati Blora, 7 Tahun Perjuangkan Pembangunan Jalan Randublatung-Getas
- Jelang Natal dan Tahun Baru, Dishub Jateng Cek Ratusan Bus, Berikut Hasilnya
- Korban Longsor Kismantoro Wonogiri Belum Ditemukan, Ratusan Orang Ikut Mencari
- Gunung Marapi Sumbar Erupsi Lagi Rabu Pagi, Tim SAR Masih Cari 1 Korban
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya
Advertisement
Berita Populer
- Serahkan DIPA dan Buku Alokasi TKD 2024, Belanja Negara di DIY 2024 Naik 12,08 Persen
- Soal Video Ade Armando Senggol Keistimewaan DIY, GKR Hemas: Pasti Itu Pesanan, Tapi Yo Gak Popo
- Dishub Jogja Petakan Titik Parkir Liar Jelang Libur Akhir Tahun, Ini Salah Satunya
- Desentralisasi Pengelolaan Sampah, ORI DIY: Penutupan TPA Piyungan Tidak Sesuai Perda
- Pasar Murah di Alkid, Cabai Rp5 Ribu per Ons Habis Diserbu Warga
Advertisement
Advertisement