Advertisement

Promo November

Belum Konkret, Deradikalisasi Masih Sebatas Gaung

Sunartono
Kamis, 28 November 2019 - 10:17 WIB
Nina Atmasari
Belum Konkret, Deradikalisasi Masih Sebatas Gaung Diskusi tentang Pancasila di Kantor DPD RI Perwakilan DIY, Jalan Kusumanegara, Kota Jogja, Rabu (28/11/2019) malam. - Harian Jogja/Sunartono.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Program deradikalisasi yang dicanangkan Pemerintah Pusat dinilai masih sebatas gaung. Deradikalisasi harus dilakukan lebih konkret dalam mengatasi persoalan radikalisme di Tanah Air.

Anggota DPD RI Cholid Mahmud mengatakan perilaku radikal bisa terjadi di mana saja, perilaku ini merupakan pemahaman secara berlebihan sehingga justru keluar dari apa yang seharusnya diajarkan agama. Ia menegaskan orang perilaku semacam itu harus dikembalikan ke arah perilaku yang normal. Butuh banyak unsur bangsa yang terlibat untuk menghindar masyarakat dari pemahaman yang menyimpang tersebut. Salah satunya melalui deradikalisasi, meski program itu belum secara nyata terlihat.

Advertisement

“Karena lebih banyak gaungnya daripada konkretnya apa yang sedang dilakukan [lewat deradikalisasi], banyak pihak perdebatan tentang pemaknaan radikalisasi kan masih sangat luas. Selama ini masih simpang siur masih berdebat sebenarnya radikalisme itu alamatnya ke siapa,” terangnya dalam diskusi tentang pilar kebangsaan di Kantor DPD RI Perwakilan DIY, Rabu (28/11/2019) malam.

Ia mengatakan sebagai keprihatinan bersama, semua pihak harus berusaha untuk mengembalikan pemahaman masyarakat terhadap nilai agama masing-masing, pada jalan yang benar agar tidak menyimpang. Ia tidak mengingkari adanya beberapa orang berpemahaman yang ekstrem. Meluruskan pemahaman itu menjadi pekerjaan bersama untuk membawa umat yang lebih baik ke depan tanpa adanya konflik.

“Dalam konteks pilar kebangsaan, dasar kita bernegara merupakan kesepakatan moderat dari seluruh unsur, sejak bangsa didirikan, dari pokok kesepakatan tidak ada satu pun nilai yang ekstrim,” katanya.

Cholid mengatakan, karena pemikiran radikal bisa terjadi di mana saja, maka program pencegahan seperti deradikalisasi harus lebih nyata dengan melibatkan banyak pihak. Terutama menyadarkan pihak yang berperilaku radikal, bahwa cara berfikir demikian dengan disertai tindakan kekerasan bukan sebuah solusi.

 “Seperti orang membuat bom rakitan [terduga teroris] itu sasaran siapa, target apa, kalau dilakukan dia dapat apa. Apakah bisa mengubah negara dengan itu, saya tidak tahu apakah [seperti temuan bom rakitan] itu betul [mengarah ke radikalisme], tetapi ini adalah contoh orang yang berfikir [radikal] tidak mencari solusi terhadap persoalannya, apa yang bisa diselesaikan dengan bom rakitan seperti itu?,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat

News
| Sabtu, 23 November 2024, 05:57 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement