Advertisement

Ternak Mati Mendadak Masih Terjadi di Gunungkidul

Muhammad Nadhir Attamimi
Senin, 17 Februari 2020 - 07:57 WIB
Yudhi Kusdiyanto
Ternak Mati Mendadak Masih Terjadi di Gunungkidul Warga membuat lubang untuk mengubur sapi milik Tri Benu, warga Dusun Garotan, Desa Bendung, Semin, yang ditemukan mati pada Minggu (16/2 - 2020) pagi.

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Seekor sapi milik milik Tri Benu, warga Dusun Garotan, Desa Bendung, Kecamatan Semin, ditemukan mati pada Minggu (16/2/2020) pukul 05.00 WIB. Namun berdasar hasil pemeriksaan, kematian terjadi karena sapi dalam kondisi sakit selama 10 hari terakhir.

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul, Suseno Budi, memastikan selama beberapa hari terakhir laporan adanya ternak mati mulai menurun. Namun demikian, dirinya tidak menyebut jumlah total menurunnya. "Laporan kematian ternak milik warga masih ada, tapi sudah tidak sebanyak kejadian di awal kasus antraks mencuat," kata Suseno saat dikonfirmasi Harian Jogja, Minggu (16/2).

Advertisement

Selain itu, menurut Suseno, beberapa ekor ternak yang mati selama beberapa waktu terakhir sudah tidak menunjukkan gejala yang mencurigakan dan mengarah ke antraks. Dia mencontohkan sapi mati yang terjadi di Dusun Garotan, Desa Bendung, Kecamatan Semin. "Ternak yang mati tidak mencurigakan sehingga enggak diambil sampelnya dan langsung dikubur," ujarnya.

Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gunungkidul, Virgilio Soriano, berharap kasus antraks yang sangat berpengaruh terhadap perdagangan ternak dan daging di Gunungkidul segera berakhir. Dia juga menyambut gembira semakin berkurangnya jumlah kematian ternak warga. "Beberapa hari terakhir laporan hewan ternak mati semakin berkurang. Harapan kami kasus antraks sudah bisa tertangani dengan baik," kata Virgilio.

Virgilio mengungkapkan kasus antraks membuat tingkat konsumsi daging warga menjadi anjlok. Saat ini Disperindag bersama tim dari Pemkab Gunungkidul berusaha mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap daging yang beredar di pasar sehingga perdagangan bisa kembali normal.

"Untuk pembelian daging di pasar belum stabil, kami terus berusaha menstabilkan. Masyarakat masih ragu-ragu membeli daging di pasar karena takut terjangkit antraks. Kami harus mengembalikan kepercayaan masyarakat," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Darurat, Kasus Demam Berdarah di Amerika Tembus 5,2 Juta, 1.800 Orang Meninggal

News
| Jum'at, 19 April 2024, 20:27 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement