Advertisement

Petani Gunungkidul Diminta Waspadai Serangan Hama Tikus

David Kurniawan
Rabu, 02 Desember 2020 - 13:07 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Petani Gunungkidul Diminta Waspadai Serangan Hama Tikus Ilustrasi hewan pengerat. - JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Petani di Gunungkidul diminta untuk mewaspadai serangan tikus terhadap lahan pertanian yang sedang digarap. Pasalnya, serangan hama ini bisa menurunkan produktivitas hingga terjadinya kegagalan panen.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Raharjo Yuwono mengatakan, tikus masuk dalam kelompok binatang pemakan segala. Keberadaan hewan pengerat ini harus diwaspadai karena bisa merusak lahan pertanian milik masyarakat.

Advertisement

Dia menjelaskan, perkembangan populasi tikus sangat cepat. Dalam setahun sepasang tikus bisa menghasilkan anakan tikus hingga 72 ekor anakan tikus. “Setahun bisa berkembangbiak sebanyak tiga kali. Kalau tidak dikendalikan, populasi tikus bisa merusak lahan pertanian,” kata Raharjo kepada wartawan, Rabu (2/12/2020).

Baca juga: Tambah 110, Total Kasus Positif DIY Tembus 6.000

Ia menuturkan, serangan hama tikus hingga saat ini belum banyak terjadi karena masih dalam luasan yang kecil. Salah satunya bisa dilihat Dusun Jatisari, Kalurahan Playen, Playen. Ancaman serangan belum menimbulkan kerugian, tapi tanda-tanda sudah terlihat pada bibit padi yang ditanam petani.

“Sudah dilakukan pengendalian hama dengan cara emposan atau menyemprot obat ke lokasi yang menjadi sarang tikus. Total lahan yang disasar mencapai lima hektare,” katanya.

Ditambahkan Raharjo, ancaman terhadap serangan tikus harus diwaspadai sejak awal agar tidak menimbulkan kerusakan. Menurut dia, tingkat kerusakan sangat bergantung dengan populasi tikus. Semakin banyak jumlahnya, maka potensi kerusakan bisa semakin luas. “Setidaknya bisa mengurangi produktivitas panen hingga 20%, tapi kalau serangan parah bisa berakibat pada kegagalan panen,” katanya.

Menurut dia, untuk pengendalian hama tikus, dinas pertanian dan pangan tidak menyarankan menggunakan jebakan tikus dengan aliran listrik. Cara ini dinilai berbahaya untuk keselamatan masyarakat. “Kami tidak menyarankan menggunakan jebakan listrik karena penanganan bisa menggunakan cara yang lebih aman dan ramah lingkungan,” ujarnya.

Baca juga: Klaster Perkantoran Bermunculan, Pemda DIY Tetap Tak Mau Terapkan WFH

Hal tak jauh berbeda diungkapkan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto. Menurut dia, kewaspadaan petani terhadap serangan hama tidak hanya pada tikus. Pasalnya, hama-hama seperti wereng coklat dan lainnya tetap harus diwaspadai sehingga tidak mengganggu dalam upaya pemeliharan tanaman pertanian. “Pengendalian bisa dilakukan dengan melakukan pengamatan secara berkala. Jika ada, gangguan maka bisa diantasi sejak awal sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Hari Kedua Perundingan Gencatan Senjata, Perang Israel-Hamas Masih Buntu

News
| Minggu, 05 Mei 2024, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Mencicipi Sapo Tahu, Sesepuh Menu Vegetarian di Jogja

Wisata
| Jum'at, 03 Mei 2024, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement