Advertisement

Penjualan Emping dan Kerupuk di Bantul Masih Lesu

Catur Dwi Janati
Rabu, 03 Maret 2021 - 09:57 WIB
Sunartono
Penjualan Emping dan Kerupuk di Bantul Masih Lesu Penjual kerupuk sedang melayani pembeli. - Harian Jogja/Catur Dwi Janati.

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL--Setahun sejak Covid-19 diumumkan pertama kali di Indonesia, berbagai lini sektor ekonomi masih terdampak. Tak terkecuali pedagang emping dan kerupuk di Pasar Bantul, sepi hajatan sepi wisatan, dagangan tak laku.

Salah seorang pedagang kerupuk dan emping Pasar Bantul, Hadiyah mengaku sejak pandemi penjualan bermacam kerupuk surut. "Berbeda dengan dulu, rada sepi sekarang," jelasnya pada Selasa (2/3/2021).

Advertisement

Dengan dagangan yang cukup bervariasi, nyatanya los Hadiyah masih sepi selama pandemi. Tidak hanya kerupuk udang, menggleng, puyur, slondhok, pati garut, dan sebaginya dijajakan di los Hadiyah. "Biasanya kalau enggak pandemi, biasanya yang sering beli orang punya gawe. Lumayan itu, sekali beli bisa sampai Rp500.000. Tapi kalau sekarang sepi," ungkapnya.

BACA JUGA : Kemarau Panjang, Pembuat Kerupuk Rambak Untung Besar

"Sekarang  hajatan sepi sekali. Dibatasi, mengaruh ke penjualan. Tidak hanya sepi, benar-benar anjlok turunnya," imbuhnya.

Sebelum Covid-19 melanda, Hadiyah bisa mengantongi penjualan hingga Rp500.000 per hari. Kini, Hadiyah paling mentok menjual kerupuk sampai Rp300.000, itu pun enggak setiap hari. "Paling seminggu sekali, sisanya hariannya paling laku satu dua [pembeli]," ujarnya.

Padahal Hadiyah juga melayani konsumen yang menjual kembali kerupuk matang. Konsumen ini memasak kerupuk untuk selanjutnya dibungkus dalam ukuran kecil-kecil yang diedarkan ke warung-warung. Langganan ini pun, disebutkan Hadiyah juga mengurangi pembelian karena sepi.

"Biasanya setiap Jumat itu mengambil tiga kilogram, sekarang hanya mengambil satu kilogram [kerupuk], melorot, yang beli grosiran juga berkurang," katanya.

BACA JUGA : Terinspirasi Pedagang Kerupuk Keliling, Adit Jadi Produsen

Kendati demikian, Hadiyah mengaku penghasilan yang ada cukup untuk makan sehari-hari. Pasalnya, hanya berdagang kerupuk sumber nafkah Hadiyah.

Pedagang kerupuk dan emping Pasar Bantul lainnya yang merasakan turunnya omzet turunnya adalah Parjinem. Saking sepinya pengunjung di los miliknya, Parjinem sering pulang tanpa ada satu pun dagangan yang laku. "Kalau sebelum Covid-19 sehari bisa Rp100.000 - Rp150.000 mboten mesti, tapi nek corona niki blong ora kapayon. Sering ngeblong, kadang laku kadang enggak," ujarnya.

Los Parjinem menjual berbagai emping dan kerupuk seperti emping jagung, rengginang telo, rengginang ketan, emping telo biasa, emping telo telur, kerupuk telo, dan lain sebaginya. "Hajatan biasanya beli, kalau enggak orang piknik dari Samas nanti turun di pasar beli kerupuk telo, terus emping jagung. Karena corona hajatannya sepi yang piknik juga tidak ada," imbuhnya.

BACA JUGA : Hati-Hati kalau Jajan! Kerupuk dengan Rhodamin B Beredar

Diakui Parjinem, wisatawan sangat berpengaruh terhadap penjualan dagangannya. Satu orang wisatawan dituturkan Parjinem bisa memborong paling tidak dua kilogram kerupuk atau emping. "Kalau satu orang bisa beli dua kilogram, padagal bisa 20-30 orang," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Izin Tinggal Peralihan Jembatani Proses Transisi Izin Tinggal WNA di RI

News
| Jum'at, 26 April 2024, 10:07 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement