Advertisement
DIY Bertahan di PPKM Level 3, Ini Penyebabnya

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--DIY masih bertahan di level 3 dalam perpanjangan PPKM. Tracing yang rendah dimungkinkan menjadi penyebab DIY masih bertahan di level 3 bersama delapan provinsi lainnya.
DIY berada di PPKM Level 3 bersama dengan sejumlah provinsi lain seperti Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Sulawesi Barat, Papua Barat dan Papua. Seluruh provinsi di Jawa telah memasuki level 2 termasuk DKI Jakarta.
Advertisement
Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji menjelaskan salah satu indikator penilaian untuk menentukan level PPKM adalah BOR atau kapasitas respons. Keterisian bed rumah sakit rujukan Covid-19 atau BOR di DIY tergolong masih tinggi. Hal ini disebabkan karena rumah sakit mulai menggunakan bed untuk pasien umum di tengah menurunnya pasien Covid-19.
“Rumah sakit sudah mendedikasikan tempat tidurnya untuk perawatan reguler tetapi setiap saat bisa digunakan untuk Covid-19. perhitungannya adalah efisiensi, kalau Covid-19 sudah jarang ke rumah sakit, bed jadi kosong, sementara pasien reguler banyak yang butuh. Kapan saja dibutuhkan siap dikembalikan,” katanya Selasa (5/4/2022).
BACA JUGA: Jelang Masa Angkutan Lebaran, KAI Optimalkan Tes Cepat di 3 Stasiun Ini
Oleh karena jika dihitung berdasarkan rumus BOR maka jumlah bed yang dimiliki DIY kian terbatas mengingat ketersediaan mulai dikurangi untuk pasien umum. Akan tetapi rumah sakit sudah siap jika bed umum tersebut sewaktu-waktu dikonversi kembali ke bed Covid-19. Aji tidak mempersoalkan meski DIY masuk PPKM Level 3, karena dari sisi kebijakan tidak ada perbedaan yang signifikan dibandingkan level di bawahnya.
“bed kita terbatas, tetapi setiap saat on call. Sebagian terbesar pasien Covid-19 tidak mengalami gejala, kalau bergejala tidak perlu ke rumah sakit, isoter sudah mulai kosong, semoga dengan kasus tambahan di bawah 30 kasus [harian]. Semoga nanti level bisa menurun,” ujarnya.
Selain itu dari sisi tracing memang tergolong rendah. Aji mengatakan sesuai kriteria memang setiap satu kasus positif target tracingnya sebanyak 15 orang. Hal itu bukan berarti tracing tidak dilakukan, melainkan karena kasusnya sudah mulai menurun sehingga orang yang kontak secara langsung dengan warga terkonfirmasi positif mulai berkurang. Akan tetapi daerah sepenuhnya menerima kriteria yang ditetapkan pusat untuk menentukan level PPKM.
“Memang targetnya tracing satu orang positif itu 15 orang, tetapi kalau yang ketemu hanya 10 orang, masak harus menambah 5 orang lagi meskipun orang itu tidak bertemu. Jadi kalau tracing itu logika saja, kalau seseorang tertular di keluarga, 3 orang dalam satu keluarga, tidak mungkin 3 orang lalu dikalikan 15, karena mungkin yang kontak orang yang sama sehingga jumlahnya tidak sampai 45 orang,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Sidang Kasus Perundungan Dokter Aulia Risma, Dekan FK Undip Tak Ada Iuran di PPDS
Advertisement

Begini Cara Masuk Gratis ke Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Khusus Bulan Juli 2025
Advertisement
Berita Populer
- Prestasi ORI DIY, Selesaikan 177 Laporan Selama Semester I 2025, Paling Banyak Soal Isu Pendidikan
- Libur Sekolah, Museum Sandi Ramai Dikunjungi Wisatawan Keluarga
- Leptospirosis di Jogja Meningkat Signifikan, Ada 18 Kasus dengan Lima Kematian
- Asrama Sekolah Rakyat BBPPKS Purwomartani Sleman Siap Ditempati, Begini Fasilitasnya
- Jadwal KRL Jogja Solo Terbaru, Naik dari Stasiun Tugu Turun di Palur, Rabu (9/7/2025)
Advertisement
Advertisement