Advertisement
Jelang Iduladha, Peternak di Sleman Galau soal Pasokan hingga Harga Naik
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN-Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) berdampak cukup signifikan pada peternak di Sleman, khususnya menjelang hari raya Iduladha. Mulai dari dibatasinya suplai ternak, penjualan yang tidak optimal hingga harga daging hidup yang melambung.
Salah satu peternak kambing dan domba, Taufiq Mawaddani, menjelaskan dari sisi jual-beli terkena berdampak pada pembatasan lebih ketat, pasar banyak yang ditutup sehingga suplai mulai jarang. “Kalau masuk takutnya yang di kandang kena. Lawannya virus ga kelihatan,” ujarnya, Senin (6/6/2022).
Advertisement
Sudah sejak sekitar sebulan yang lalu pembatasan ini diberlakukan. Ternak dari luar daerah dilarang masuk. Padahal, Sleman bukan merupakan lumbung ternak. Untuk mendapatkan hewan ternak, para peternak biasa membeli hewan yang berasal dari luar daerah seperti Magelang, Temanggung, Jawa Barat, Medan, Lampung dan lainnya.
BACA JUGA: Hingga Hari Ketujuh, Bocah Tenggelam di Pantai Congot Belum Ditemukan
Otomatis para peternak tidak bisa menambah suplai ternaknya. Dari sisi operasional di kandang juga berpengaruh karena para peternak harus meningkatkan perlindungan dari virus dengan penyemprotan disinfektan rutin sehingga otomatis meningkatkan biaya operasional.
Dengan adanya permasalahan itu maka pada penjualan pun sangat terdampak yakni dengan naiknya harga. “Naiknya lumayan, kalau kambing potong untuk tukang sate itu naik Rp3.000-Rp5.000 per kg daging hidup. Kalau ternak kurban naik bisa Rp10.000-Rp20.000 per kg hidup,” katanya.
Dengan naiknya harga ternak, pembeli pun otomatis juga menurun. Padahal saat ini semestinya menjadi momen panen bagi para peternak karena sudah menjelang hari raya Iduladha. Pada kondisi normal, masa-masa ini biasanya aktivitas jual-beli ternak untuk kurban sudah mulai terlihat.
Selain pembatasan suplai atau pasokan, para peternak juga mulai membatasi kunjungan pembeli ke kendang. Hal ini dikarenakan kemungkinan pembeli bisa menjadi carrier pembawa virus PMK. “Biasanya pembeli road show dari kendang satu ke kendang lainnya,” ungkapnya.
Maka ia pun saat ini hanya melayani pembeli dengan cara online untuk mengurangi mobilitas dan potensi penularan virus. “Cara jual-beli kita hari ini meminimalisir pembeli ke kendang. Kita timbang video, kita antar. Kita tawarkan sembelih di sini,” katanya.
Dari sisi kesehatan, ia mencegah PMK dengan mengurangi traffic orang masuk kendang, menyemprot desinfektan serta banyak berkomunikasi dengan Puskeswan dan Balai Besar Veteriner untuk memastikan ternak tidak terkena PMK.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Farmasi UAD Kembali Giatkan Sekolah Lansia Segar Guna Tingkatkan Kesehatan Lansia di Wirobrajan
- Stok Darah dan Layanan Donor Darah di PMI Kabupaten & Kota di DIY, Kamis 28 Maret 2024
- Baznas Jogja Buka Booth di Pusat Keramaian, Permudah Masyarakat Bayar Zakat
- KAI Daop 6 Turunkan Paksa 11 Penumpang yang Nekat Merokok dalam Kereta
- Lokasi dan Waktu Penukaran Uang Baru di Jogja dan Sekitarnya, Berikut Caranya
Advertisement
Advertisement