Advertisement

Digelar di Candi Prambanan, Pesta Paduan Suara Gerejawi Jadi Simbol Kerukunan Umat Beragama

Abdul Hamied Razak
Selasa, 21 Juni 2022 - 11:37 WIB
Budi Cahyana
Digelar di Candi Prambanan, Pesta Paduan Suara Gerejawi Jadi Simbol Kerukunan Umat Beragama Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Nasional XIII di Lapangan Siwa Candi Prambanan, Senin (20/6/2022) malam. - Harian Jogja/Gigih M. Hanafi

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Nasional XIII di Lapangan Siwa Candi Prambanan, Senin (20/6/2022) malam menjadi salah satu simbol kerukunan umat beragama di Indonesia.

Pesparawi Nasional XIII yang dibuka oleh Wakil Menteri Agama RI Zainut Tauhid Sa'adi juga dihadiri Gubernur DIY Sri Sultan HB X. Terdapat 12 kategori yang dilombakan dalam Pesparawi XIII yang diikuti oleh 8.144 orang dari 34 provinsi se-Indonesia itu.

Advertisement

BACA JUGA: Kembangkan Kapasitas Penghayat Kepercayaan, BPNB DIY Berharap Regenerasi Terwujud

Menurut Zainut, Pesparawi memiliki makna ganda. Pesparawi menjadi sarana membangun kerukunan umat Kristiani. Sementara dalam konteks masyarakat majemuk, kegiatan yang dilaksanakan secara bergantian memberikan sumbangsih besar dalam menumbuhkan nasionalisme dan mengembangkan kerukunan hidup antarumat beragama di Indonesia 

“Kita tahu, Candi Prambanan merupakan candi umat Hindu terbesar di Indonesia. Pesparawi digelar di sini, sekat-sekat dan dinding pemisah diganti dengan tali persaudaraan. Ini salah satu implementasi moderasi beragama,” ujar Zainut saat pembukaan Pesparawi Nasional XIII.

Moderasi beragama, lanjut Zainut, menjadi langkah besar untuk menumbuhkan toleransi di dalam kehidupan bermasyarakat. Bila jembatan-jembatan yang menghubungkan umat beragama semakin banyak dibangun, sekat-sekat dan dinging pemisah akan semakin hilang. Toleransi yang dibangun dilandasi dengan sikap saling menghormati dan saling memuliakan.

Dengan demikian, trilogi kerukunan umat beragama, mulai kerukunan internal umat beragama, kerukunan antarumat beragama dan kerukunan antarumat beragama dengan pemerintah dapat terwujud.

“Nilai-nilai utama yang menjadi fondasi toleransi tersebut diharapkan dapat tumbuh dari agama-agama melalui ajaran dan praktik peribadatannya,” ucap Zainut.

Gubernur DIY Sri Sultan HB X berharap paduan suara tak hanya melantungkan suara yang merdu tetapi juga keselarasan dan kesadaran untuk saling mengisi agar mencapai performa yang baik. Paduan suara selaras dengan ajaran moral khas Jogja yakni sawiji greget, sengguh, ora mingkuh.

BACA JUGA: Digeruduk Investor, Yusuf Mansur Hadapi Gugatan Hingga Rp98 Triliun

Kearifan lokal tersebut, lanjut Sultan, lahir dari buah pikiran Sri Sultan Hamengku Buwono I, yang meletakkan dasar Kasultanan Ngayogyakarta. “Sawiji dapat dimaknai sebagai konsentrasi atau penjiwaan total tanpa menjadi tak sadarkan diri. Greget semangat atau dinamika batin tanpa menjadi kasar dan sengguh penuh percaya diri namun tetap low profile, tanpa menjadi sombong,” kata Sultan.

Adapun makna ora mingkuh pantang mundur menunjukkan kedisipinan dan tanggung jawab masing-masing peserta paduan suara. Sultan berharap kehadiran para peserta Pesparawi dapat memancarkan energi positif dalam bingkai sportivitas dan saling mengapresiasi dalam membangun peradaban bangsa dan negara dengan indahnya warna-warni toleransi. “Bisa dikatakan bahwa falsafah ini mewakili manusia baik hubungan dengan sesama maupun dengan Tuhan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Alasan Kepolisian Hentikan Penyidikan Kasus Aiman Witjaksono

News
| Jum'at, 29 Maret 2024, 15:57 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement