Penganiayaan Berujung Kematian di Sekitar Asrama Papua Jogja, Ini Kronologinya
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Sekjen Ikatan Pelajar Mahasiswa Papua (Imapa) DIY Irto Mamoribo mengakui adanya penganiayaan berujung kematian di sekitar Asrama Mahasiswa Papua, pada Selasa (23/8/2022) malam. Korban penganiayaan tersebut bernama John Telis Msen.
Irto yang saat dikonfirmasi sedang mengurus jenazah korban mengutuk penganiayaan dan berbagai bentuk kekerasan yang ada. “Dan jangan disangkutpautkan dengan suku atau ras tertentu, kekerasan apapun itu tidak dapat dibenarkan,” katanya, Rabu (24/8/2022).
Advertisement
BACA JUGA: Main Judi Togel Online, Warga Sleman Ditangkap Polres Bantul di Angkringan Jalan Janti
Saat ditanya kronologis dan penyebab insiden penganiayaan, Irto belum bisa menjelaskan karena sibuk mengurus jenazah korban. “Nanti detailnya akan kami adakan konferensi pers,” ujarnya.
Saksi mata insiden yang menolak disebut identitasnya menjelaskan pada pukul 20.45 WIB, dia hendak menutup tokonya yang hanya berjarak 100 meter dari Asrama Mahasiswa Papua. Kemudian dia melihat kerumunan orang kejar-kejaran. “Toko ini tutup pukul 21.00 WIB, pas saya mau membereskan satu kerjaan tiba-tiba ada rombongan orang dari Asrama Papua membawa parang dan pedang mengejar yang lain,” jelasnya, Rabu (24/8/2022).
Waktu kejadian, toko saksi tersebut yang paling terang dan masih buka. “Tiba-tiba korban sudah di depan toko saya bersimbah darah dan di belakangnya dikejar orang bawa parang, saya takut dan panik langsung nutup toko,” ujarnya.
Saking paniknya, saksi tersebut menutup pintu toko, padahal ada rolling door yang lebih mudah untuk ditutup.
Saat di dalam toko, saksi mendengar orang-orang berteriak, “Bunuh, bunuh saja”, dan “Ampun bang, sudah bang, jangan.”
“Itu kan ada dua rombongan, korban ini rombongannya empat orang tapi berpencar karena dikejar rombongan yang bawa parang,” jelasnya.
Saksi menyebut rombongan yang membawa parang hanya menyerang satu orang yang belakangan diketahui bernama John Telis Msen. “Tiga temannya lainnya ini mencoba melerai tapi kalah jumlah dan senjata kayaknya,” katanya.
BACA JUGA: Lahan Sawah Hanya 50 Hektare, Pemkot Jogja Andalkan Impor Beras
Tak lama setelah penganiayaan berakhir, mobil Avanza warna putih berhenti di toko saksi. “Saya coba intip dari dalam, mobilnya membawa korban pergi,” katanya.
Saat mengintip itu, saksi melihat korban masih sadar dan hidup.
“Saya lihat dia [korban] membuka handphone dengan tangan kiri, kayak menghubungi seseorang, padahal tangan kanannya sudah putus,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Dinas Kebudayaan Gelar Malam Anugerah Kebudayaan dan Launching Aplikasi SIWA
- Pemkab Bantul Kembali Bagikan 250 Pompa Air Berbahan Bakar Gas ke Petani
- KPH Yudanegara Minta Paguyuban Dukuh Bantul Menjaga Netralitas di Pilkada 2024
- Mendorong Pilkada yang Inklusif dan Ramah Difabel
- Terbukti Langgar Netralitas, Seorang ASN di Bantul Dilaporkan ke BKN
Advertisement
Advertisement