Advertisement

Persentase Konsumsi Beras Organik di DIY Masih Rendah

Sunartono
Sabtu, 10 Desember 2022 - 22:37 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Persentase Konsumsi Beras Organik di DIY Masih Rendah Beras organik yang diproduksi Wellfarm dipamerkan dalam Sibakul Local Fest di Stadion Kridosono, Sabtu (10/12/2022). - Harian Jogja/Sunartono.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Persentase konsumsi beras organik di DIY tergolong masih rendah dibandingkan beras nonorganik. Akan tetapi selama beberapa tahun terakhir mulai mengalami terjadi tren peningkatan terutama setelah pandemi Covid-19.

Salah satu pelaku UKM produsen beras organik Wellfarm Betty Nurbaiti menyatakan persentase konsumsi beras organik di DIY masih rendah dibandingkan beras nonorganik. Akan tetapi selama beberapa tahun terakhir sudah mengalami perkembangan signifikan. Terutama setelah pandemi Covid-19 banyak masyarakat yang mengonsumsi beras organik demi kesehatan mereka. Oleh karena itulah dalam sebulan mengalami peningkatan produksi beras organik hingga 200 ton.

Advertisement

BACA JUGA : 200 Ha Sawah di Nanggulan Jadi Lahan Beras Premium

“[Konsumsi beras organik] Masih kecil, mungkin sekitar 0,5 persen, belum ada 1 persen. Maka kami sebenarnya bermimpi karena kita negara agraris, mengapa tidak semua makan beras organik saja. Hanya mengubah kebiasaan bertani dari sintetis beralih pertanian zaman dahulu karena hasil produksinya lebih sehat,” katanya di sela-sela workshop di area Sibakul Local Fest, Stadion Kridosono, Sabtu (10/12/2022).

Berdasarkan data Pemda DIY konsumsi beras di wilayah DIY mencapai 670.000 ton per tahun. Adapun produksi pertanian di wilayah DIY mampu menghasilkan beras sekitar 870.000 ton. DIY juga banyak mengembangkan beras organik yang dilakukan pelaku UMKM binaan.

Betty mengatakan jumlah petani yang secara khusus menanam padi organik memang perlu terus ditambah. Oleh karena itu pemahaman konsep bertani organik berdampak positif pada kesehatan harus terus digaungkan kepada petani. Ia memiliki mitra sebanyak 5.000 petani yang berada di wilayah DIY serta beberapa di antaranya Jawa Tengah. Petani-petani ini menggunakan cara tradisional sehingga bebas dari pupuk kimia.

Pertanian yang kita gambarkan adalah tanah yang ada cacingnya, kalau malam ada kunang-kunang, bukan yang kalau kita lewat tanahnya kering aroma pupuk sintetis tinggi. Kalau petani sehat, tanamannya sehat alamnya sehat maka penduduk yang mengonsumsi juga sehat,” ujarnya.

Ia berharap pemerintah maupun BUMN memberikan dukungan agar pasar beras organik asal DIY bisa masuk pasar internasional. Karena untuk mengakses pembeli dari luar negeri memang tidak mudah, sehingga butuh peran pemerintah untuk business matching.

BACA JUGA : Tingkatkan Produktivitas, Dinas Pertanian Sleman Genjot

“Kami butuh pendampingan untuk menyasar market luar negeri, kami yakin pasarnya lebih banyak karena kesadaran penggunaan organik di luar negeri sangat tinggi. Hanya kami terkendal untuk mendatangkan buyer,” ujarnya.

Kepala Dinas Koperasi dan UKM DIY Srie Nurkyatsiwi menegaskan pemerintah siap dalam memberikan pendampingan bagi pelaku UMKM agar naik kelas dan melakukan ekspor. Salah satu yang harus ditekankan adalah kontinuitas produksi baik dari sisi kuantitas dan kualitas harus dapat dijaga dan dipertahankan.

“Selain itu kami melakukan kerja sama dengan komunitas atau perusahaan besar untuk membantu pelaku UMKM. Sibakul Local Fest ini menjadi bagian dari upaya kami agar produk UMKM dilirik buyer,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Darurat, Kasus Demam Berdarah di Amerika Tembus 5,2 Juta, 1.800 Orang Meninggal

News
| Jum'at, 19 April 2024, 20:27 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement