Advertisement
Persentase Konsumsi Beras Organik di DIY Masih Rendah
![Persentase Konsumsi Beras Organik di DIY Masih Rendah](https://img.harianjogja.com/posts/2022/12/10/1120001/whatsapp-image-2022-12-10-at-11.15.27.jpg)
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Persentase konsumsi beras organik di DIY tergolong masih rendah dibandingkan beras nonorganik. Akan tetapi selama beberapa tahun terakhir mulai mengalami terjadi tren peningkatan terutama setelah pandemi Covid-19.
Salah satu pelaku UKM produsen beras organik Wellfarm Betty Nurbaiti menyatakan persentase konsumsi beras organik di DIY masih rendah dibandingkan beras nonorganik. Akan tetapi selama beberapa tahun terakhir sudah mengalami perkembangan signifikan. Terutama setelah pandemi Covid-19 banyak masyarakat yang mengonsumsi beras organik demi kesehatan mereka. Oleh karena itulah dalam sebulan mengalami peningkatan produksi beras organik hingga 200 ton.
Advertisement
BACA JUGA : 200 Ha Sawah di Nanggulan Jadi Lahan Beras Premium
“[Konsumsi beras organik] Masih kecil, mungkin sekitar 0,5 persen, belum ada 1 persen. Maka kami sebenarnya bermimpi karena kita negara agraris, mengapa tidak semua makan beras organik saja. Hanya mengubah kebiasaan bertani dari sintetis beralih pertanian zaman dahulu karena hasil produksinya lebih sehat,” katanya di sela-sela workshop di area Sibakul Local Fest, Stadion Kridosono, Sabtu (10/12/2022).
Berdasarkan data Pemda DIY konsumsi beras di wilayah DIY mencapai 670.000 ton per tahun. Adapun produksi pertanian di wilayah DIY mampu menghasilkan beras sekitar 870.000 ton. DIY juga banyak mengembangkan beras organik yang dilakukan pelaku UMKM binaan.
Betty mengatakan jumlah petani yang secara khusus menanam padi organik memang perlu terus ditambah. Oleh karena itu pemahaman konsep bertani organik berdampak positif pada kesehatan harus terus digaungkan kepada petani. Ia memiliki mitra sebanyak 5.000 petani yang berada di wilayah DIY serta beberapa di antaranya Jawa Tengah. Petani-petani ini menggunakan cara tradisional sehingga bebas dari pupuk kimia.
“Pertanian yang kita gambarkan adalah tanah yang ada cacingnya, kalau malam ada kunang-kunang, bukan yang kalau kita lewat tanahnya kering aroma pupuk sintetis tinggi. Kalau petani sehat, tanamannya sehat alamnya sehat maka penduduk yang mengonsumsi juga sehat,” ujarnya.
Ia berharap pemerintah maupun BUMN memberikan dukungan agar pasar beras organik asal DIY bisa masuk pasar internasional. Karena untuk mengakses pembeli dari luar negeri memang tidak mudah, sehingga butuh peran pemerintah untuk business matching.
BACA JUGA : Tingkatkan Produktivitas, Dinas Pertanian Sleman Genjot
“Kami butuh pendampingan untuk menyasar market luar negeri, kami yakin pasarnya lebih banyak karena kesadaran penggunaan organik di luar negeri sangat tinggi. Hanya kami terkendal untuk mendatangkan buyer,” ujarnya.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM DIY Srie Nurkyatsiwi menegaskan pemerintah siap dalam memberikan pendampingan bagi pelaku UMKM agar naik kelas dan melakukan ekspor. Salah satu yang harus ditekankan adalah kontinuitas produksi baik dari sisi kuantitas dan kualitas harus dapat dijaga dan dipertahankan.
“Selain itu kami melakukan kerja sama dengan komunitas atau perusahaan besar untuk membantu pelaku UMKM. Sibakul Local Fest ini menjadi bagian dari upaya kami agar produk UMKM dilirik buyer,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2025/02/07/1203446/ray.jpg)
Hangat dan Intimnya Romantic Dinner Hari Valentine bareng Pasangan di Royal Garden
Advertisement
Berita Populer
- Ratusan Warga Keracunan Makanan, Pemkab Sleman Tegaskan Biaya Pengobatan Ditanggung Pemerintah
- Efisienkan Anggaran, Pemkot Jogja Belum Siapkan Opsi WFH bagi ASN
- Efisiensi Anggaran Tak Ganggu Layanan Mitigasi Bencana di DIY
- Jangan Lewatkan! Puluhan Ribu Balita di Gunungkidul Akan Mendapat Tambahan Vitamin A
- Diminta Bisa Tingkatkan Kinerja dan Likuiditas, Bank Bantul Disuntik Modal Rp100 Miliar
Advertisement
Advertisement