Advertisement

Promo November

Kisah Anak Muda Cantik dengan Sekolah Satpamnya

Sirojul Khafid
Rabu, 18 Januari 2023 - 09:47 WIB
Sunartono
Kisah Anak Muda Cantik dengan Sekolah Satpamnya Intan (perempuan di tengah) saat sedang berkegiatan di GTS, beberapa waktu lalu. - Ist

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Medio April 2016 silam, lima bulan lagi Nur Intan Widya Kemala lulus dari kuliah profesi apoteker Universitas Islam Indonesia. Lewat kemampuannya di farmasi industri, bekerja pada perusahaan besar di Jakarta saat itu mungkin pilihan yang tepat.

Sayangnya satu peristiwa di tahun 2017 mengubah rencana hidup Intan. Ayahnya meninggal. Menjalani pekerjaan setelah lulus di bidang farmasi rasanya susah terwujud. Posisi ayah sebagai komisaris di perusahaan keamanan Garda Total Security (GTS) perlu pengganti. Sebagai anak pertama dalam keluarga, Intan menjadi opsi terbaik saat itu.

Advertisement

Sembari menyelesaikan sisa-sisanya kuliahnya, gadis cantik ini kalau itu mulai berkenalan dengan seluruh pegawai kantor, termasuk beberapa orang di kepengurusan atas. Baru setelah lulus kuliah, Intan nyemplung secara total di usaha yang ayahnya rintis bersama satu rekan lainnya. Ia datang ke kantor dan mengambil salah satu posisi tertinggi di perusahaan.   

BACA JUGA : Sultan Usul Satpam Dijadikan Petugas Keamanan Siber

“Karena masih muda, masih dikira belum berpengalaman, apalagi aku mulai dari nol di bidang ini. Dipandang sebelah mata, dipandang enggak bisa apa-apa, baik di internal perusahaan atau oleh pelaku usaha sejenis,” kata Intan, Rabu (11/1/2023).

Untungnya Intan tipe orang yang tetap berjalan di tengah berbagai stigma orang. Dukungan ibunya, yang mengatakan apabila semua ilmu bisa dipelajari semakin menguatkan Intan untuk meneruskan perjuangan ayahnya.

Sejak terjun di GTS yang memberikan layanan pendidikan dan pelatihan satpam serta outsourcing, Intan belajar dari hulu ke hilir, dari pelayanan di ruang depan sampai perizinan. Dia ingin tahu semua hal yang ada di perusahaan.

Meski lagi-lagi, ada saja yang kemudian menggangu pikirannya. Baru beberapa bulan mengurus GTS, ada salah satu orang kepercayaan ayahnya yang kemudian merasa kurang nyaman dengan kepemimpinan Intan. Salah satu petinggi perusahaan itu akhirnya keluar dan membentuk perusahaan sejenis.

“Di titik itu aku sempat merasa gagal, ngerasa enggak mampu sebagai pimpinan. Misal aku bisa memimpin, aku bisa mengendalikan,” kata perempuan asal Sleman ini.

Perginya salah satu pentolan perusahaan membuat pegawai lainnya justru sadar akan potensinya. Semua menjadi lebih aktif bergerak untuk terus belajar. Nyatanya semua lini tetap berjalan, bahkan bisa lebih baik. Salah satu kuncinya memberi ruang setiap orang untuk berkembang.

“Mereka [pegawai] selama ini dikungkung dengan kebiasaan kalau mereka enggak bisa jalan sendiri, ternyata mereka bisa juga memaksimalkan potensinya, bisa mengelola dengan lebih baik, dari awal sampai akhir, dari hulu sampai hilir,” kata Wanita berusia 28 tahun ini.

Tak Ada Beda

GTS pertama kali berdiri tahun 2006, menjadi perusahaan diklat dan outsourcing satpam pertama di DIY-Jateng. Ratusan orang menjadi lulusan diklat mereka per tahunnya. Sementara untuk outsourcing, sekitar 1.000 satpam berada dalam pengelolaannya.

Saat ini ada 40 karyawan yang hampir seimbang komposisi antara perempuan dan laki-laki. Perempuan dan menjadi salah satu petinggi di perusahaan yang terkesan maskulin bukan perkara yang sulit bagi Intan. Terlebih saat ini pandangan masyarakat sudah lebih terbuka tentang kesetaraaan.

“Di banyak bidang [perusahaan] dan jenis jobdes, hampir ada pegawai perempuan dan laki-laki. Peran gender di perusahaan seperti ini, dalam tanda kutip, perlu dikaburkan, jangan justru semakin diperjalas,” kata Intan.

“Misal ada perbedaan [perlakuan] justru itu kemunduran dalam kemajuan zaman.”

BACA JUGA : Sah! Warna Seragam Satpam Sudah Beda dengan Polisi

Dibanding sisi perempuan atau laki-laki, penilaian kerja lebih kepada kemampuan dan progresnya. Semua memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk berkembang dalam GTS.

Intan membuka perusahaan baru pada 2019. Selain tetap memberikan layanan satpam, kini dia merambah pada sektor penyedia tenaga cleaning service, driver, sampai administrasi. Pemikiran ini bermula dari adanya peluang saat berhubungan dengan klien. Dalam sebuah usaha, selain memerlukan satpam dari sisi keamanan, tidak jarang mereka juga membutuhkan cleaning service, driver, sampai tenaga admin.

“Peluang ini belum diolah di perusahaan yang lama, [yang dirintis ayah], padahal bisa jadi satu paket lengkap,” katanya.

“Sementara di perusahaan yang lama, aku bukan satu-satunya owner, agak sulit menggerakkan ke arah situ. Ada anggapan dengan satpam aja dah cukup, kurang ada kemauan garap yang lain, padahal potensinya ada.”

Sama seperti pada penyediaan satpam, Intan memastikan tenaga cleaning service sampai admin paham tugas dan tanggung jawabnya. Sebelum penerjunan pada klien, karyawannya diberikan pelatihan. Untuk driver, perusahaan memastikan dia mahir menyetir dan memiliki perlengkapan seperti surat izin mengemudi. Untuk admin perlu memiliki latar belakang pendidikan tertentu dan pengalaman. Sementara untuk cleaning service ada pelatihan terkait jenis dan cara membersihkan suatu ruangan.

Permulaan dan perkembangan usaha baru ini cukup meyakinkan. Sayangnya setahun berselang, pandemi Covid-19 singgah di Indonesia, termasuk di Jogja. Jangankan mencari pegawai baru berupa tenaga keamanan sampai kebersihan, justru banyak usaha yang memecat karyawannya.

“Baru mulai menanjak, ada pandemi, jadi turun lagi. Kami pihak yang dapat pekerjaan kalau user ada pekerjaan juga. Kalau user usahanya jalan, baru menghubungi jasa kami, dan sebaliknya,” katanya.

Saat ini sudah ada sekitar 100 orang dari cleaning service, driver, sampai admin yang masuk dalam pengelolaan perusahaan baru. Namun berbeda dengan perusahaan rintisan ayahnya, perusahaan baru ini menjadi awal Intan semakin kokoh berdiri di atas kakinya sendiri. Di sini pula tempat dia semakin belajar mengelola perusahaan, sesuatu yang tidak dia dapatkan di bangku kuliah, namun langsung di lapangan.

“Sebagai leader, kita harus bisa semuanya, semua-semuanya harus bisa. Dalam mengelola orang, harus tahu kapan perlu tegas, kapan perlu lembut, ngemong, mendengar, dan sebagainya. Enggak boleh kaku, harus sesuai dengan kebutuhan saat itu,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Bawaslu Bakal Terapkan Teknologi Pengawasan Pemungutan Suara di Pilkada 2024

News
| Sabtu, 23 November 2024, 14:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement