Advertisement
Perubahan Iklim, Petani Mulai Tinggallkan Pranata Mangsa
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Perubahan iklim yang sudah terjadi sejak beberapa tahun belakangan sudah terasa dampaknya di bidang pertanian. Dengan tidak menentunya pergantian musim, saat ini petani di Sleman tak lagi menggunakan pranata mangsa sebagai acuan dalam aktivitas bertani mereka.
Salah satu petani di Sleman, Janu Riyanto, menjelaskan dengan tidak menentunya waktu pergantian musim kemarau dan hujan, petani tidak lagi bisa menggunakan pranata mangsa.
Advertisement
“Kalau untuk petani muda sekarang sudah kurang begitu memperhatikan, saya sendiri kadang mengabaikan pranata mangsa itu,” ujarnya, Selasa (11/4/2023).
Sebagai gantinya, untuk mengetahui pergantian musim dan menentukan setiap kegiatan pertanian, para petani sepenuhnya mengacu pada informasi yang diberikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). “Informasi itu kami mengacu BMKG,” katanya.
Perubahan iklim menurutnya berdampak munculnya cuaca ekstrem yang menyebabkan gangguan pada pertanian. “Kalau panas tiba-tiba hujan, atau sebaliknya, pasti berdampak pada tanaman. Berpengaruh pada kelembaban dan dropnya Ph tanah. Dapat menyebabkan jamur,” ungkapnya.
BACA JUGA: DKPP Bantul Klaim Perubahan Iklim Tak Ganggu Produktivitas Pertanian, Ini Respons Petani
Selain itu, petani juga harus cermat mengakses informasi cuaca dari BMKG agar tidak salah menentukan waktu penanaman. Pada tanaman padi, hal ini tidak berdampak hingga mengubah musim tanam, namun pada tanaman hortikultura, ini menyebabkan musim tanam tidak menentu.
“Kalau padi tidak. Tetapi kalau hortikultura, petani menunggu situasi atau cuaca yang menguntungkan. Misalnya kalau BMKG menyebut dalam satu minggu terjadi hujan lebat, biasanya petani mundur walaupun sudah memiliki benih yang siap tanam,” kata dia.
Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian, Pangan dan Prikanan Sleman, Siti Rochayah, menjelaskan dalam situasi perubahan iklim saat ini, pranata mangsa sudah sulit untuk diterapkan. “Susah kalau sekarang iklimnya sudah berubah-ubah,” ujarnya.
Maka saat ini petani harus terus selalu memantau informasi dari BMKG. Untuk memastikan petani mendapatkan akses informasi tersebut, pihaknya sudah membuat grup Whatsapp dengan para kelompok tani dan BMKG yang selalu diberikan informasi yang dibutuhkan petani.
Ia mencontohkan seperti tahun ini Sleman masuk musim kemarau di dasarian 1 Mei. Namun ada prediksi kemunculan elnino pada tahun ini. “Maka kami mengimbau petni untuk melakukan percepatan tanam mumpung air hujannya masih ada,” ungkapnya.
Dengan adanya elnino, maka musim kemarau tahun ini akan lebih kering dibanding tahun sebelumnya. Dalam kondisi demikian, petani bisa menyesuaikan jenis tanaman apa yang akan ditanam sesuai dengan ketersediaan air.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Seorang DPO Kasus Korupsi Pembangunan Pasar Rakyat Ditangkap di Papua
Advertisement
Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Stok dan Jadwal Donor Darah di Jogja Hari Ini, Jumat 19 April 2024
- KPU Buka Layanan Konsultasi bagi Paslon Perseorangan di Pilkada Kota Jogja
- Pencegahan Kecelakaan Laut di Pantai Selatan, BPBD DIY: Dilarang Mandi di Laut
- Perekrutan Badan Ad Hoc Pilkada DIY Dibuka Pekan Depan, Netralitas Jadi Tantangan
- Tidak Berizin, Satpol PP Jogja Menyegel Empat Reklame Papan Nama Toko
Advertisement
Advertisement