Warga Sleman Diminta Waspadai Leptospirosis, Kasus Terbanyak Moyudan
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Kasus leptospirosis menjadi salah satu penyakit yang paling diwaspadai di 2023. Meningkat sejak Desember 2022, kasus leptospirosis telah menyebabkan sejumlah kematian di Sleman.
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Sleman, Khamidah Yuliati menuturkan saat ini tren leptospirosis mengalami penurunan dibanding tiga bulan pertama 2023. Penyebaran penurunan ini masih belum dapat dipastikan. Apakah karena faktor bulan ramadan sehingga aktivitas masyarakat berkurang atau disebabkan oleh faktor lain.
Advertisement
"Bulan April ini karena masuk bulan Ramadan mungkin apa kegiatannya berkurang atau bagaimana itu yang saya tidak begitu paham dari pola masyarakat," tuturnya pada Sabtu (15/4/2023).
Ditinjau dari lokasinya, Kapanewon Moyudan disebutkan Yuli menjadi salah satu lokasi dengan gejala kasus leptospirosis cukup banyak. Kawasan dengan daerah mayoritas darah pertanian banyak ditemukan gejala leptospirosis. Hal itu disebabkan karena sawah menjadi salah satu habitat tempat tinggal tikus sebagai vektor leptospirosis.
Baca juga: 7 Kementerian Belum Setor Lengkap Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara
Agar tren penurunan kasus leptospirosis terus terjadi, Yuli mengingatkan masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Namun perubahan budaya ini memang tidaklah mudah, seperti membiasakan petani menggunakan APD di sawah, menggunakan sarung tangan plastik di kebun dan sebagainya.
"Kalau enggak terbiasa kan merasa terganggu dengan APD itu. Tapi itu harus dibudayakan. Kemudian kalau ada luka kalau misalkan mau tetap bertani berkebun itu harus ditutup dengan sangat rapat dan kedap air. Supaya tidak kemasukan air," jelasnya.
Pasalnya kencing tikus menjadi salah satu pembawa penyakit leptospirosis. Sedangkan ketika di sawah kencing tikus sudah bercampur dengan air yang sudah sulit dideteksi.
"Kemudian setelah habis beraktivitas seperti itu ya cuci tangan pakai sabun di air mengalir, itu kunci di sana. Karena dengan sabun ya kuman itu bisa mati," ujarnya.
Banyak gejala kasus leptospirosis ini muncul dari kalangan petani. "Ya kalau yang terdeteksi saat ini kok seperti itu ya trennya," tegasnya.
Daerah Persawahan
Direktur RSUD Sleman, Novita Krisnaeni menuturkan hingga 14 April 2023 jumlah kasus leptospirosis di Sleman mencapai 44 kasus, 21 suspek serta empat kasus meninggal. "Kapanewon yang perlu diwaspadai dengan kasus leptospirosis ini adalah Kapanewon Moyudan, Gamping, Minggir, Sleman dan Prambanan. Biasanya ini yang banyak wilayah dengan sawah," jelasnya.
Untuk pencegahannya, Novi meminta masyarakat untuk menjaga kebersihan. Baik kebersihan diri maupun lingkungannya.
Sub Koordinator Kelompok Substansi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sleman, Seruni Angreni Susila menambahkan bila Dinkes Sleman telah bergerak di lokasi-lokasi yang ditemukan banyak kasus leptospirosis. Setiap ada kasus leptospirosis, Puskemas diminta menyisir warga yang menderita demam serupa dan warga yang sering ke sawah. Skrining dan pengecekan menggunakan rapid test akan dilakukan di lokasi tersebut. "Itu upaya-upaya kami supaya tidak sampai terjadi wabah atau peningkatan kejadian luar biasa," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bareskrim Polri Pulangkan DPO Judi Online Situs W88 dari Filipina
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- KAI Amankan 7.200 Barang Milik Penumpang, Total Senilai Rp11,4 Miliar
- Pekerja Kreatif Bertemu Calon Walikota Jogja Hasto Wardoyo, Bahas Apa?
- Hasil Pemetaan dan Rekomendasi dari Bawaslu Bantul Terkait Potensi TPS Rawan di Pilkada Bantul 2024
- Puluhan Pengumpul Sampah Datangi Rumah Cabup Sleman Harda Kiswaya, Sampaikan Keluhan dan Harapan
- Rutin Melakukan CSR, Kali Ini The Phoenix Hotel, Grand Mercure dan Ibis Yogyakarta Adisucipto Mengunjungi PAUD Stroberi
Advertisement
Advertisement