Advertisement
Kasus Mafia Tanah Kas Desa, Kejaksaan Tinggi DIY Panggil 40 Saksi, Siapa Saja?

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Penanganan kasus mafia tanah kas desa (TKD) dengan tersangka Direktur PT Deztama Putri Sentosa, RS, 33, terus berlanjut. Kejaksaan Tinggi (Kejati) DIY hingga Rabu (10/5/2023) telah memanggil 40 saksi.
“Terkait dengan mafia tanah dengan tersangka RS, saksi yang sudah dipanggil ada 40 orang yang terdiri dari beberapa elemen, baik masyarakat biasa, penghuni, dari unsur pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, pemerintah kapanewon dan desa, serta ahli,” kata Kasi Penkum Kejaksaan Tinggi (Kejati) DIY Herwanta, Kamis (11/5/2023).
Advertisement
Dia pun menyampaikan hingga kini masih mendalami kasus tersebut. Sehingga dia tidak dapat memastikan ada atau tidaknya keterlibatan unsur pemerintah dalam kasus tersebut.
BACA JUGA: Siap-siap, Taman Parkir Pasar Argosari Gunungkidul Bakal Ditata, Segini Anggarannya
“Untuk ada atau tidaknya keterlibatan unsur pemerintah, ini masih dalam proses penyidikan sehingga masih dalam pendalaman," katanya.
Terkait dengan nasib penghuni perumahan di tanah kas desa, dia mengatakan mereka masih tinggal di sana.
Saat ini, tersangka mafia tanah kas desa, RS masih dalam penahanan untuk proses penyidikan. “Penahanan tergantung kebutuhan dalam tingkat penyidikan, kalau penyidikan belum selesai, pasti diperpanjang penahanannya,” katanya.
Sebelumnya Gubernur DIY, Sri Sultan HB X menyampaikan pemanfaatan tanah kas desa selama ini diatur dalam Peraturan Gubernur (Pergub) No.34/2017 tentang Pemanfaatan Tanah Desa. Untuk mengantisipasi penyalahgunaan tanah kas desa, Sultan menyampaikan Pemda DIY tengah membahas perubahan aturan tersebut.
“Ya kami akan mengubah Surat Keputusan [SK] Gubernurnya [Pergub No. 34/2017] . Sekarang baru dalam proses [perubahan Pergub No.34/2017],” katanya di kompleks Kepatihan, Kamis.
Menurut Sultan, pemerintah kalurahan seharusnya dapat mengetahui terkait adanya praktik mafia tanah kas desa di wilayahnya. Meski begitu, Sultan menyerahkan kasus penyalahgunaan tanah kas desa pada proses hukum.
“Kelurahan yo mestinya mengerti [adanya praktik mafia tanah kas desa]. Tapi kami menuntutnya bukan ke kalurahan, [yang dituntut] yang menggunakan. Perkara nanti kalurahan terlibat atau tidak kan proses di pengadilan, di kepolisian. Siapa yang terlibat, yang melibatkan diri, kan dari situ [proses hukum]. Tapi arahnya ke perusahaan [pengguna TKD yang disalahgunakan], bukan lurah,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Demo Buruh Hari Ini 28 Agustus 2025, Mendikdasmen Abdul Muti Imbau Siswa Tidak Ikut
Advertisement

Kebun Bunga Lor JEC Jadi Destinasi Wisata Baru di Banguntapan Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Pemkot Jogja Pantau Volume Sampah Harian dengan Sistem Digital
- Jadi Tersangka Pembunuhan Kacab Bank BRI, UGM Nonaktifkan Dwi Hartono
- Gelombang Tinggi, BPBD Bantul Imbau Wisatawan Waspada 3 Hari ke Depan
- Masyarakat Lintas Agama Gotong Royong Bersihkan Sampah di Kali Code
- Investor Diajak Bangun SPBU di Kampung Nelayan Merah Putih Pelabuhan Sadeng Gunungkidul
Advertisement
Advertisement